Minggu, 16 Februari 2014

MENGINGATKAN UNTUK MELURUSKAN

KADANG kebenaran tertolak hanya karena cara kita menyampaikan yang menyalahi tuntunan. Tetapi kadangkala kebenaran diterima justru bersebab tersentuhnya hati oleh kasih-sayang. Bukan karena telah dipahaminya kebenaran. Ia menerima kebenaran tersebut karena hatinya tersentuh sehingga tergerak untuk meyakini, padahal ia belum memahaminya.

Selain benar, kita dituntut untuk menyampaikan kebenaran dengan sabar dan penuh sayang. Saling mewasiatkan dengan kebenaran, saling mewasiatkan dengan kesabaran dan saling mewasiatkan dengan penuh kasih-sayang. Saling mewasiatkan kepada kebenaran, saling mewasiatkan kepada kesabaran dan saling mewasiatkan untuk saling berkasih-sayang.

Sengaja saya tulis “saling mewasiatkan” secara berulang karena seperti itu pula yang kita dapati dalam al-Qur’an surat Al-’Ashr dan Al-Balad. Ini menandakan pentingnya memegangi prinsip tersebut. Kita harus mewasiatkan kebenaran dengan cara yang benar. Kita pun harus mewasiatkan dengan kesabaran dan mewasiatkan pula kepada kasih sayang, dengan penuh kasih-sayang.
Allah Ta’ala berfirman:
إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-’Ashr, 103: 2-3).

Allah Ta’ala juga berfirman:
ثم كان من الذين آمنوا وتواصوا بالصبر وتواصوا بالمرحمة
“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90: 17).

Emosi kadang meledak-ledak. Tetapi kita harus mengambil jarak sejenak, adakah yang ingin kita perbaiki itu kebatilan atau kekhilafan? Kita pun harus mengambil jarak agar tak memukul rata setiap kekeliruan. Kita perlu bedakan, ini kerusakan ataukah kesalahan tak mendasar? Setiap kita dapat terjatuh pada salah dan lupa. Maka, bedakan kesalahan yang semacam ini dengan kesesatan dan kerusakan diri maupun aqidah.

Ada saat kita harus memperingatkan dengan tegas, ada saat kita harus bertanya terlebih dahulu sebelum mengingatkan. Seseorang dapat melakukan kesalahan karena kesengajaan untuk melakukannya. Tetapi kadangkala seseorang berbuat salah karena khilaf. Dapat pula terjadi, seseorang melakukan kesalahan hanya karena salah ucap untuk perkara sederhana. Dapat pula karena tak tahu jika itu salah.

Berbeda sekali orang yang melakukan kesalahan secara sengaja, lebih berat lagi yang melakukan secara sengaja dan terang-terangan. Berbeda pula orang yang tak sengaja melakukan kesalahan. Ia tahu itu salah, tapi keliru dalam melakukan sesuatu sehingga salah tanpa sadar. Dan berbeda juga dengan orang yang melakukan kesalahan tanpa bermaksud melakukan kesalahan bersebab ia tak tahu bahwa itu salah.

Di saat kita ingin menasehati orang lain dan mewasiatkan tentang kebenaran, kita perlu memohon rahmat Allah Ta’ala seraya menilik diri. Kita memeriksa diri sendiri, adakah kita ingin meluruskan ataukah ingin membungkamnya secara telak? Ingin memenangkan hati atau meninggikan reputasi?
Sungguh, hanya karena rahmat Allah Ta’ala maka kita akan dapat berlaku lembut, berhati sejuk dan tidak berkata kasar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran, 3: 159).

Semoga catatan sederhana ini bermanfaat untuk yang menulis, yang membaca dan menyebarkannya. Semoga Allah Ta’ala limpahi kita hidayah dan taufiq. Semoga pula Allah ‘Azza wa Jalla berikan rezeqi husnul-khatimah kepada kita.

 Mohammad Fauzil Adhim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar