KADANG kebenaran tertolak hanya karena cara kita
menyampaikan yang menyalahi tuntunan. Tetapi kadangkala kebenaran
diterima justru bersebab tersentuhnya hati oleh kasih-sayang. Bukan
karena telah dipahaminya kebenaran. Ia menerima kebenaran tersebut
karena hatinya tersentuh sehingga tergerak untuk meyakini, padahal ia
belum memahaminya.
Selain benar, kita dituntut untuk menyampaikan kebenaran dengan sabar
dan penuh sayang. Saling mewasiatkan dengan kebenaran, saling
mewasiatkan dengan kesabaran dan saling mewasiatkan dengan penuh
kasih-sayang. Saling mewasiatkan kepada kebenaran, saling mewasiatkan
kepada kesabaran dan saling mewasiatkan untuk saling berkasih-sayang.
Sengaja saya tulis “saling mewasiatkan” secara berulang karena
seperti itu pula yang kita dapati dalam al-Qur’an surat Al-’Ashr dan
Al-Balad. Ini menandakan pentingnya memegangi prinsip tersebut. Kita
harus mewasiatkan kebenaran dengan cara yang benar. Kita pun harus
mewasiatkan dengan kesabaran dan mewasiatkan pula kepada kasih sayang,
dengan penuh kasih-sayang.
Allah Ta’ala berfirman:
إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat
menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (QS. Al-’Ashr, 103: 2-3).
Allah Ta’ala juga berfirman:
ثم كان من الذين آمنوا وتواصوا بالصبر وتواصوا بالمرحمة
“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90: 17).
Emosi kadang meledak-ledak. Tetapi kita harus mengambil jarak
sejenak, adakah yang ingin kita perbaiki itu kebatilan atau kekhilafan?
Kita pun harus mengambil jarak agar tak memukul rata setiap kekeliruan.
Kita perlu bedakan, ini kerusakan ataukah kesalahan tak mendasar? Setiap
kita dapat terjatuh pada salah dan lupa. Maka, bedakan kesalahan yang
semacam ini dengan kesesatan dan kerusakan diri maupun aqidah.
Ada saat kita harus memperingatkan dengan tegas, ada saat kita harus
bertanya terlebih dahulu sebelum mengingatkan. Seseorang dapat melakukan
kesalahan karena kesengajaan untuk melakukannya. Tetapi kadangkala
seseorang berbuat salah karena khilaf. Dapat pula terjadi, seseorang
melakukan kesalahan hanya karena salah ucap untuk perkara sederhana.
Dapat pula karena tak tahu jika itu salah.
Berbeda sekali orang yang melakukan kesalahan secara sengaja, lebih
berat lagi yang melakukan secara sengaja dan terang-terangan. Berbeda
pula orang yang tak sengaja melakukan kesalahan. Ia tahu itu salah, tapi
keliru dalam melakukan sesuatu sehingga salah tanpa sadar. Dan berbeda
juga dengan orang yang melakukan kesalahan tanpa bermaksud melakukan
kesalahan bersebab ia tak tahu bahwa itu salah.
Di saat kita ingin menasehati orang lain dan mewasiatkan tentang
kebenaran, kita perlu memohon rahmat Allah Ta’ala seraya menilik diri.
Kita memeriksa diri sendiri, adakah kita ingin meluruskan ataukah ingin
membungkamnya secara telak? Ingin memenangkan hati atau meninggikan
reputasi?
Sungguh, hanya karena rahmat Allah Ta’ala maka kita akan dapat
berlaku lembut, berhati sejuk dan tidak berkata kasar. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف
عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب
المتوكلين
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran, 3: 159).
Semoga catatan sederhana ini bermanfaat untuk yang menulis, yang
membaca dan menyebarkannya. Semoga Allah Ta’ala limpahi kita hidayah dan
taufiq. Semoga pula Allah ‘Azza wa Jalla berikan rezeqi husnul-khatimah
kepada kita.
Mohammad Fauzil Adhim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar