sejarah hujan dari rahim langit setelah dikandung mega berhari-hari kemudian berkembang menjadi mendung kemudian gerimis dan seterusnya, kadang menjadi derasnya hujan catatan alam menjadi apa hujan itu kemudian bagi tanaman, hujan adalah harapan sejarahnya adalah melimpahnya hasil tanam bagi matahari, hujan aalah keniscayaan sejarahnya bisa menjadi kawan atau lawan bagi pencinta, hujan adalah magnet rayuan sejarahnya dicatat dengan perkawinan bagi penyair, hujan adalah inspirasi sejarahnya ditulis menjadi sajak dan puisi sejarah hujan, kita punya catatan masing-masing
setelah bulan Oktober kusemai dua syair kelahiran bulan November kusemai satu syair kehilangan tentang cinta kepada ayah-bunda tentang rindu kepada ayah-bunda mertua tentang kenangan saat masa kecil tentang sanak famili yang berjauhan tentang kampung halaman yang sudah asing dan tentang semua hal yang tidak lagi jadi milikku
bulan November adalah bulan kerinduan aku hanya bisa merindukan tapi tak mampu lagi mendekap, memeluk bahkan memiliki masa lalu
pepatah tua tidak pernah tua selalu bisa menasehati menasehati sajak dan puisi menasehati kisah dan cerita menasehati Didong dan Saman menasehati tanah dan tanaman pepatah tua tidak pernah tua kalaupun usia sudah tua semangatnya selalu muda
puisi tanpa nama
pengirim tanpa nama
kemudian, kamu duduk berhayal
ini dari siapa?
puisi tanpa nama
pengirim tanpa nama, kedua kalinya
kemudian, kamu termenung
beberapa nama dalam pikiranmu
ada si ganteng dari Medan
senyum ramah Uda dari Pariaman
ah, bukan, katamu kemudian
sampai basah sepucuk puisi
yang ketiga, juga tanpa nama
dan, ikrar kemudian lahir
akulah puisi tanpa nama itu:
pemuda tetanggamu
meja makan adalah tempat makan
tempat orang-orang membalas dendam pada kelelahan
kadang saja, makan juga tidak terkendalikan
meja makan adalah tempat menyatakan cinta
kepada pujaan dan kekasih hati
baik untuk cinta pertama kalinya
maupun cinta kedua kali, dan seterusnya
meja makan bagi sebagian orang
bisa menjadi ruang politik
keputusan mendukung si Ana dan si Anu
dan atau menjegal si Fulan dan si Fulen
diputuskan di meja makan, yang juga
meja politik
meja makan adalah tempat membiacarakan kebijakan
baik itu kebijakan yang populer
dan menguntungkan rakyat
maupun kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kerabat
"Seseorang tidak akan bisa berpikir jernih, mencintai dengan tulus,
juga tidur nyenyak, bila perut kosong" kata Virginia Wolf, filsuf Amerika
betapa pentingnya meja makan
kecuali bagi si fakir dan si miskin
jangankan meja makan
sehari-hari saja susah dapat makan
barangkali, disebabkan oleh kebijakan-kebijakan
meja makan bagi kami adalah tempat berkumpul
membicarakan sekolah, membincangkan pendidikan
dan merancang masa depan
dan juga membicarakan cicilan meja makan
(yang masih terhutang)
setelah bertahun-tahun
engkau pergi
barangkali malam ini berkenan
menjengukku sejenak
anakmu butuh nasehat
sudah lama sekali aku jadi yatim
dari ceramah-ceramahmu
barangkali malam ini berkenan
ayah menjadi khatib dalam mimpiku
Bireuen, 28 Juli 2020 mukhlis aminullah
(teringat dan rindu pada ayah)
pada malam yang kian menua
kukirim tetesan-tetesan doa
lafal Allahummaghfirlaha warhamha
untuk ibuku dan ibu mertua
lafal Allahummaghfirlahu warhamhu
untuk ayahku dan ayah mertua
dengan surat permohonan
tanpa cap, serta tanpa tanda tangan
perempuan-perempuan hebat
pencari kerang dan tiram
separuh menyelam, basah
tak menghiraukan suaminya
sepanjang hari hanya duduk di pos ronda
para pencari tiram perempuan hebat
yang hanya kalah oleh asap rokok
para suami penganggur
para pencari kerang perempuan kuat
yang rela tinggalkan rumah
bekerja penuh tidak pernah libur
para pencari kerang dan tiram
sesungguhnya telah menikam
muka para lelaki yang tidak bermuka
perkenalkan, nama saya proposal
saya ditulis oleh tangan-tangan cerdas
bukan oleh penulis lepas
pada media tak ada redakturnya
saya adalah proposal
bukan dari kalangan warga miskin
tapi dari penguasa serakah
perkenankan, kalau saya hadir
yang lain mohon minggir
tiba-tiba datang gerombolan harimau
membawa proposal
para kerbau tidak berani menolak
para sapi takut dipalak
kambing juga tak berontak
semua takut pada proposal
yang berbentuk harimau
sejak gemuruh jantungku berdzikir
tidak pernah kutafsirkan nama-mu
kemudian, hidup tidak bisa ditebak
setelah melayari laut yang jauh
dermagaku ada pada ranum senyummu
Posbindu, saat ini telah menjadi salah satu strategi penting
pemerintah (Kemenkes) untuk mengendalikan trend penyakit tidak menular
yang semakin mengkawatirkan. Sebagaimana kita ketahui, berbagai data dan
penelitian, menunjukkan bahwa trend tingkat kesakitan dan kematian
penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, stroke, jantung, ginjal,
dan lainnya), sudah melampaui tinkat morbiditas dan mortalitas penyakit
menular.
Lalu apa perbedaan Posbindu dan Posyandu? Perbedaan terutama pada
sasaran. Pada Posyandu mencakup bayi, balita, Ibu hamil, ibu menyusui ,
ibu nifas, serta Wanita usia subur. Sedankan sasaran usia Posbindu
Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM atau orang dewasa
yang berumur 15 tahun keatas.
Posyandu sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai wadah atau tempat
Posbindu. Selain juga dapat memanfaatkan lembaga yang sudah ada, seperti
posyandu Lansia,
Pos UKK, atau membentuk tempat dan lembaga khusus lainnya sesuai
kesepakatan masyarakat, karena Posbindu merupakan salah satu bentuk UKBM
(sebagaimana halnya Posyandu).
Untuk memahami apa itu Posbindu, baik menyangkut pengertian,
tujuan, sasaran, manfaat, dan kegiatannya, berikut isi juknis Posbindu
Kemenkes, 2014.
Pengertian: Posbindu PTM
merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM)
meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
(DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.
Beberapa bentuk Kegiatan Posbindu, antara lain:
Monitoring faktor risiko bersama PTM secara rutin dan periodik. Rutin berarti Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi sakit. Sedangkan Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.
Konseling faktor risiko PTM tentang diet, aktifitas fisi, merokok, stress dan lain-lain.
Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.
Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dan lain-lain.
Rujukan kasus faktor risiko sesuai kriteria klinis.
Tujuan, Sasaran & Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM
Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama kegiatan
adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15
tahun ke atas.
Sasaran : Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM
atau sasaran dengan range usia 15 tahun keatas. Pada orang sehat
dimaksudkan agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal. Pada
orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke
kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan
faktor risiko pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi
PTM.
Manfaat : Membudayakan Gaya Hidup Sehat dengan berperilaku CERDIK,
yaitu Cek kondisi kesehatan anda secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktifitas fisik, Diet yang sehat dengan kalori seimbang, Istirahat
yang cukup, Kelola stress.
Terdapat beberapa jenis Kegiatan POSBINDU, antara lain :
Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan perilaku.
Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh termasuk analisa lemak tubuh.
Melakukan pengukuran tekanan darah.
Melakukan pemeriksaan gula darah.
Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida).
Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)
Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga bidan terlatih
Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
Melakukan rujukan ke Puskesmas
Untuk jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan
memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara
klinis (lihat pada tabel anjuran pemantauan).
Alur Kegiatan POSBINDU, sebagaimana juga pada Posyandu, meliputi 5 meja kegiatan, yaitu:
MEJA 1 : Pendaftaran
MEJA 2 : Wawancara
MEJA 3 : Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lemak Perut
MEJA 4 : Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Cholesterol
MEJA 5 : Edukasi / Konseling
Ketenagaan
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader,
dibantu tenaga kesehatan Puskesmas setempat. Berikut jenis tenaga dan
peranannya dalam kegiatan Posbindu, sebagai berikut:
Koordinator : Ketua atau penanggungjawab kegiatan serta berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina terkait di wilayahnya.
Kader Penggerak : Anggota yang aktif, berpengaruh dan komunikatif
bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus melakukan wawancara dalam
penggalian informasi
Kader Pemantau : Anggota yang aktif dan komunikatif bertugas melakukan pengukuran Faktor risiko PTM
Kader Konselor : Anggota yang aktif, komunikatif dan telah menjadi
panutan dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas melakukan konseling,
edukasi, motivasi serta menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas
Kader Pencatat : Anggota yang aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan kepada
koordinator Posbindu PTM.
Syarat kader Posbindu;
Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi
Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA
Tugas Kader Posbindu;
Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu
Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi
untuk datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar
hadir, memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali
dan menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).
Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan.
Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
Sebagai langkah awal dari terbentuknya Posbindu, petugas kesehatan
harus selalu mendampingi kader posbindu dalam pelaksanaannya sampai
kader Posbindu dapat melaksanakan tugasnya secara mandiri terutama dalam
melakukan pengukuran Tekanan darah, pengukuran IMT, serta kader mampu
melakukan pencatatan, pelaporan dan rujukan.
Sarana dan Prasarana
Berikut beberapa Peralatan Deteksi Dini dan Monitoring Faktor
Risiko PTM dan Peralatan KIE dan Penunjang, berdasarkan Tipe Posbindu
PTM
Posbindu PTM Dasar
Alat ukur Lingkar Perut
Alat ukur tinggi badan
Tensimeter Digital
Alat Analisa Lemak Tubuh
Feakflow meter
Posbindu PTM Utama
Posbindu PTM Dasar kit
Alat Ukur Kadar Gula, kolesterol total dan Trigliserid
Alat Ukur Kadar Alkohol Pernafasan
Tes Amfetamin Urin
Bahan IVA dan alat kesehatan dan penunjang lainnya
Sedangkan Sarana KIE dan Penunjang untuk kedua type posbindu tersebut sama, antara lain :
Menurut Effendy (1998), Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah
pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Menurut Aritonang (2000), Posyandu merupakan perpanjangan tangan
puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang
dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk
masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat yang
menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan
kualitas manusia secara empirik telah dapat meratakan pelayanan bidang
kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan
gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan
antara lain untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi, serta
memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar.
Sedangkan pengertian Kader kesehatan atau Posyandu, menurut Depkes RI
(2003) adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat,
mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
secara sukarela. Sementara menurut WHO (1998) merupakan laki-laki atau
wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani,
masalah-masalah kesehatan perorangan maupun yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Menurut Depkes RI (2003), terdapat beberapa syarat menjadi Kader, antara lain :
Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
Bisa membaca dan menulis huruf latin
Sabar dan memahami usia lanjut
Menurut WHO (1993) kader diatas merupakan salah satu unsur yang
memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan dimasyarakat.
Sedangkan menurut Depkes RI (2003), berbagai peran kader, khususnya pada
kegiatan Posyandu, antara lain:
Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat:
Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain
untuk melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal
masalah dan potensi.
Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas
hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal
kegiatan
Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum pelaksanaan Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga)
Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir di posyandu.
Melakukan penimbangan bayi dan balita.
Mencatat hasil penimbangan pada KMS.
Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV.
Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya pada bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, pasangan usia subur,
Referensi, antara lain: Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan
Kesehatan Masyarakat, EGC; Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok
Usia Lanjut. Depkes RI 2003;
Banyak rekan yang bertanya tentang Posyandu Lansia, terutama dari rekan kami para Pendamping Desa, segala level. Hal ini berhubungan dengan tugas sebagai Tenaga Pendamping Profesional, yang harus ikut mengampu kegiatan Pelayanan Sosial Dasar. Berikut akan kami coba uraikan terkait dengan POSYANDU LANSIA.
Pengertian lanjut usia sendiri merupakan seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas (UU 13 tahun 1998). Katagori Lanjut Usia
ini menurut Hardywinoto (1999) terdiri dari 3 kategori, antara lain:
1. Young old (70 – 75 tahun),
2. Old (75 – 80 tahun)
3. Very old (di atas 80 tahun).
Sedangkan menurut rumusan WHO, batasan lanjut usia sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) yaitu antara usia 45 – 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) yaitu antara usia 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) yaitu antara usia 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) yaitu di atas usia 90 tahun
Sedangkan pengertian Posyandu Lansia
(Effendy, 1998), merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS).
Terdapat beberapa kategori pada penyelenggara posyandu lansia, yaitu
terdiri dari pelaksana kegiatan dan pengelola Posyandu. Pelaksana
kegiatan merupakan anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan pengelola
posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan
yang ada di wilayah tersebut
Tujuan, Mekanisme dan Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Secara garis besar, menurut Depkes RI (2006), tujuan pembentukan posyandu lansia sebagai berikut:
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut
Sementara mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
Meja I, meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan.
Meja II, meliputi kegiatan pencatatan berat badan, tinggi badan,
Indeks Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan
sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
Meja III, meliputi kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia, antara lain meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Sedangkan jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya:
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan kemudian dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT).
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan
aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti
senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan
atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan
kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,
tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju
Sehat (KMS) lansia.
Berdasarkan aspek lokasi, menurut Effendi (1998). syarat lokasi yang harus dipenuhi meliputi menurut antara lain:
Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
Dapat merupakan lokal tersendiri
Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya
Refference, antara lain:
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan. Direktorat kesehatan keluarga.