Sabtu, 27 Oktober 2018

TEKNIK WAWANCARA

Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.

Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan  teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita  akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang  secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.

Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.

Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib  memetakannya. Penyiapan anatomi  persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal  tersebut. Misalnya, seorang Wartawan  ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi  di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan  bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana  resmi  Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta  “Sara”. Itu yang penting !.

Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori  intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya  intelektual  ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.
Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. 

Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit,  adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.

Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1.            Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware  yang diperlukan.
2.            Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.
Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
1.            Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2.            Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti.
3.            Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
4.            Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5.            Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6.            Hindari gaya interogasi.
7.            Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran  yang sebetulnya sudah dimiliki.
8.            Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
9.            Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
10.        Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
11.        Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
12.        Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif  nara sumber.
Ke dua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.
Persiapan Wawancara
Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
  1. Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
  2. menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
  3. Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain:
    1. Tema berita
    2. Angle
    3. Latar belakang masalah
    4. Narasumber
    5. Daftar pertanyaan 
 Mengumpulkan Informasi dengan Tepat
Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.
Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:
  1. Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.
  2. Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
  3. Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.
  4. Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.
Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
  1. Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.
Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.
Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal it terjadi.

KRITERIA KELAYAKAN BERITA

Apakah semua peristiwa layak dijadikan berita? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi berita, antara lain adalah:

Penting

Pengesahan RUU tentang Desa adalah penting, karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak, yang menjadi pembaca media yang bersangkutan. Maka, layak jadi berita. Ini juga relatif, tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Kemudian, issue Prabowo maju sebagai Presiden tentu penting bagi Harian KOMPAS, tapi jadi kurang penting untuk Majalah Gadis, karena khalayak pembacanya berbeda. 

Baru terjadi, bukan peristiwa lama 

Peristiwa yang terjadi 10 tahun lalu tentu tidak bisa jadi berita

Unik, bukan sesuatu yang biasa.

Seorang mahasiswa yang kuliah setiap hari tentu itu hal biasa. Tapi mahasiswa yang berkelahi dengan dosen di ruang kuliah adalah peristiwa luar biasa. Itu layak jadi berita. 

Azas keterkenalan

Kalau mobil anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tapi kalau mobil yang ditumpangi Sandiaga Uno ditabrak orang, itu berita heboh

Azas kedekatan

Azas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosional. Banjir di China telah menghanyutkan ratusan orang, masih kalah nilai berita bila dibandingkan banjir yang melanda Jakarta atau Medan, karena lebih dekat dengan kita.

Magnitude (dampak dari suatu peristiwa)

Demonstrasi yang dilakukan 1000 mahasiswa tentu lebih besar magnitude-nya dibandingkan demonstrasi oleh 100 mahasiswa.

Trend

Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.

 Dari berbagai sumber

Minggu, 05 Agustus 2018

RINDU PADAMU, DIK

aku telah belajar pada sunyi
ternyata aku kehilangan kesabaran
ingin merengkuh rindumu
dan segera pulang
dik... kamu sedang apa??


Banda Aceh, 7 September 2017 mukhlis aminullah

AIR TERJUN PIRAMIDA (SAMALANGA)

matahari tersembunyi
dibalik dedaunan dan akar rotan
kami hanya menemukan
seberkas cahaya saja
disinilah alam yang sesungguhnya
yang masih alami dipelihara Tuhan
entah siapa yang menabalkannya
Piramida kemudian menjadi nama
magnet air terjun bak Nia Gara
di puncaknya, air mengalir bersih
di bawahnya terbentuk kolam
ikan-ikan kecil bercumbu
menikmati bening air dari hutan
Piramida ini kian memberi warna
surga wisata pilihan kita


lumut hijau pada bebatuan
memberi kesan indah sempurna
di kiri kanan sungai ini
alam liar pepohonan, dan hutan
ada jejak lebah madu di ranting
dan sarang tawon
Piramida ini terasing,
berjam-jam perjalanan
menembus bukit, jalan setapak
dan bukan pula sebuah dusun
kecuali dianggap sebagai rumah Aulia
oleh para tetua desa
pun demikian, wisata ini adalah warisan
yang harus terus dijaga
dari tingkah pongah keserakahan
ummat manusia

Piramida, kunjungilah! dan,
siapkan bekal, perjalanannya jauh

Samalanga, 18 Januari 2018 mukhlis aminullah

NASIB BURUH

pada hari penuh bara
kertas dan spanduk menghiasi memori kami
berlapis-lapis, penuh petisi
kami menuntut, kami menggugat
pasal demi pasal memihak siapa
kami tetaplah buruh yang merana
tidak tahu lagi harus mengadu kemana


Bireuen, 1 Mei 2018 mukhlis aminullah

PUISI STENGAH BAYA

pada selembar kertas
empat puluh lima kata terbaca
puisi setengah baya, kata istriku
hari ini semesta bahagia menyatu
perasaan anak-anak haru biru
sambut berkah usia ayahnya
Fildza dan Mazaya bercanda
mulai besok ayah jadi lansia, ucapnya
Tsuraiya dan Hafiyya hanya tersenyum saja
sambut hari ini


"Barakallahu fii umrik, ayah..."

Bireuen, 1 Juni 2018 Mukhlis Aminullah

ZAMAN CACI MAKI

inilah zaman terkini
penuh caci maki
hampir semua jadi pembenci
dan saling hujat
beda pendapat, caci maki
beda mazhab, caki maki
beda pilihan politik, caci maki
beda bendera, caci maki
bahkan kyai kawin lagi
semua sibuk caci maki


jelang pemilu banyak orang
saling benci dan iri
ganti Presiden, caci maki
tetap Jokowi, caci maki
semua orang saling bully
para pendukung saling dengki

oh, zaman caci maki
tidak ada moral pada zaman kini
orang lain tak pernah benar
kita merasa paling benar
orang lain kita tuduh anarkis
kitalah paling pancasilais
berjenggot sedikit dicap teroris
padahal kita diintai komunis

oh, zaman caci maki
berhentilah saling benci

Bireuen, 30 Juli 2018 mukhlis aminullah
Puisi ini saya bacakan baru saja, pada acara "Bireuen Lam Puisi" bersama Bg Fikar W Eda... Salam puisi!

KENANGAN

jelang malam
kau mengirim salam
melalui semangkok bubur
akupun terkenang lagi
pada secarik kertas merah
yang sempat basah dalam cucian
dua puluh empat tahun silam


terima kasih, dik!
bubur kacang hijaunya enak

Bireuen, 1 Agustus 2018 mukhlis aminullah

Kepada Fadhilah Adam

Selasa, 09 Januari 2018

TEUNGKU RAYEUK

menulis tentang teungku rayeuk
ingatanku melayang
seorang bocah bermata sipit yang selalu kalah
dengan matahari
kulitnya putih dan berambut pirang
juara kelas, kata ibu guru Fatimah
pada saat bertemu lagi dengannya
setelah tiga puluh lima tahun berselang


tentang teungku rayeuk!
orang-orang tua di kampung mengenang
itu nama julukan bukan nama pemberian orangtua
saat memotong dua ekor kambing jantan
kemudian, setelah empat puluh lima tahun
nama itu pelan-pelan menghilang
tidak modern, dan ditelan zaman

tentang teungku rayeuk!
itu nama legenda! tak tergantikan

Bireuen, 9 Januari 2017 mukhlis aminullah

LAKSANA MENULIS DI PASIR

seperti menulis di pasir
sebentar kemudian disapu buih
tiada tersisa semua pahala
bila terus memupuk dosa
di mesjid kita sangat khusyuk berzikir
untuk tetangga fakir kita kikir
pada dini hari kita sholat malam
besok lusa ke klub malam
di depan umum kita simpatik
sejatinya itu pembohongan publik
oh, dunia ternyata tipu menipu
semua orang tanpa rasa malu


seperti mengundang buih saat
kita selesai menulisi pasir
betapa bodohnya, kita!

Laut Kuala Raja, 8 Januari 2017 Mukhlis aminullah

Jumat, 05 Januari 2018

DOA UNTUK KESEMBUHAN LK ARA

menerima kabar tentang sakitmu
mataku kehilangan warna
laksana membaca puisi dalam gelap
aku tidak melihat lagi dimana titik koma
sebentar, gemetar
risau, hatiku galau
aku takut kehilangan sejumlah buku
yang belum tertulis
dan masih ada dalam fikiranmu


aku khawatir kehilanganmu
kehilangan lengkingan
kehilangan teriakan
kehilangan semangat seniman
aku khawatir
akhirnya, doalah yang paling utama
untuk kesembuhan
(Allahumma robbannas adzhibilba’ sa isyfi antasysyafi la syifauka syifa’ an la yughodiru saqoma)

Bireuen, 5 Januari 2018 mukhlis aminullah
untuk LK Ara