menulis tentang teungku rayeuk
ingatanku melayang
seorang bocah bermata sipit yang selalu kalah
dengan matahari
kulitnya putih dan berambut pirang
juara kelas, kata ibu guru Fatimah
pada saat bertemu lagi dengannya
setelah tiga puluh lima tahun berselang
tentang teungku rayeuk!
orang-orang tua di kampung mengenang
itu nama julukan bukan nama pemberian orangtua
saat memotong dua ekor kambing jantan
kemudian, setelah empat puluh lima tahun
nama itu pelan-pelan menghilang
tidak modern, dan ditelan zaman
tentang teungku rayeuk!
itu nama legenda! tak tergantikan
Bireuen, 9 Januari 2017 mukhlis aminullah
Selasa, 09 Januari 2018
LAKSANA MENULIS DI PASIR
seperti menulis di pasir
sebentar kemudian disapu buih
tiada tersisa semua pahala
bila terus memupuk dosa
di mesjid kita sangat khusyuk berzikir
untuk tetangga fakir kita kikir
pada dini hari kita sholat malam
besok lusa ke klub malam
di depan umum kita simpatik
sejatinya itu pembohongan publik
oh, dunia ternyata tipu menipu
semua orang tanpa rasa malu
seperti mengundang buih saat
kita selesai menulisi pasir
betapa bodohnya, kita!
Laut Kuala Raja, 8 Januari 2017 Mukhlis aminullah
sebentar kemudian disapu buih
tiada tersisa semua pahala
bila terus memupuk dosa
di mesjid kita sangat khusyuk berzikir
untuk tetangga fakir kita kikir
pada dini hari kita sholat malam
besok lusa ke klub malam
di depan umum kita simpatik
sejatinya itu pembohongan publik
oh, dunia ternyata tipu menipu
semua orang tanpa rasa malu
seperti mengundang buih saat
kita selesai menulisi pasir
betapa bodohnya, kita!
Laut Kuala Raja, 8 Januari 2017 Mukhlis aminullah
Langganan:
Postingan (Atom)