setelah dua puluh satu tahun
aku tak mungkin lupa
dimana kutaruh wangi malam
dan aroma pagi
karena setiap wewangian
adalah kamu, dik!
Dee Paya, 18 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
Sabtu, 18 Juli 2020
Rabu, 15 Juli 2020
BANGSA PAPUA
senyum hangat dan muka cerah
memutarbalikkan semua kisah
ternyata rakyat Papua sangat ramah
bahkan terlalu ramah
Papua, Juni 2001 Mukhlis Aminullah
KENANGAN KAMPUNG
kaki-kaki telanjang melintas pematang
berjalan menuju ke sebuah bangunan tua
setiap hari, bertahun-tahun
sepasang pakaian lusuh jahitan ibu
pada akhirnya kehilangan warna
dipakai setiap hari, dicuci, dijemur, dipakai lagi
setiap hari, bertahun-tahun
potret kami seperti Mahar, Lintang dan Ikal
dalam cerita film Laskar Pelangi
ibu Muslimah adalah ibu Nurul Hayati
pak Harfan adalah pak Hamid yang baik hati
kaki-kaki telanjang main bola di bantaran
Krueng Leubu penuh kenangan
Kamal kecil, Nurdin kecil dan Mukhlis kecil
terus tumbuh dan mengejar impian
meninggalkan cerita kampung halaman
kaki-kaki telanjang melintas pematang
hanya tinggal kenangan lama
bu Muslimah dan pak Harfan akhirnya berpulang
Mahar, Lintang dan Ikal entah merantau kemana
sesekali ketika pulang kesini, rindu kami membumi
Leubu, 4 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
MENATAP INDONESIA TAHUN 2045
menatap pagi dari luar jendela
tampak masa depan Indonesia yang megah
sebuah negara adil makmur sentosa
memimpikan dirgahayu-nya yang ke 100
pada tahun 2045, adalah sebuah upacara negara maju
pertumbuhan ekonomi-nya tujuh persen per tahun
angka Stunting hanya dua persen,
kematian anak dan ibu hamil tidak ada
menatap pagi dari luar jendela
muncullah bayangan Indonesia yang ramah
tidak ada lagi begal, tidak juga rampok, tidak juga narkoba
melihat anak-anak Indonesia tampil kelas dunia
Olimpiade Fisika, olimpiade kimia bahkan
Piala Dunia Sepakbola, kita adalah Juara-nya
pada tahun 2045 kita mengungguli Amerika
mengalahkan negara-negara Asia, bahkan China
kita adalah sebuah negara berdaulah ekonomi-nya
Indonesia tidak lagi mengandalkan TKW
sebagai andalan meraih devisa
menatappagi dari luar jendela
yang terlihat adalah anak-anak sedang menghafal Alqur'an
anak-anak yang rajin belajar di pondok pesantren
mereka adalah asset masa depan yang harus dijaga talentanya
menatap pagi dari luar jendela
hari ini, besok, lusa dan seterusnya
kami selalu memelihara harapan kebaikan bangsa
walaupun kami tahu, perampokan negara terus merajalela
setelah kasus BLBI, muncul kasus Century, kini kasus Jiwasraya
padahal kasus Garuda belum juga reda
negara dirampok dengan rapi, bukan oleh perampok biasa
tapi dengan jas stelan mahal dan berdasi,
nama mereka adalah begal korporasi
koruptor menjadi bintang iklan, dengan senyum ramahnya
muncul keren di teve
sepertinya tidak juga membuatnya malu dan jera
menatappagi dari luar jendela
dengan puisi dan pot-vas bunga menjadi saksi
harapan kami sebagai rakyat Indonesia, selalu Indonesia berjaya
untuk masa depan dan anak-anak kita, tahun 2045
Bireuen 28 Desember 2019 Mukhlis Aminullah
TAHUN BARU 2020
di sebuah kota tua,
Tahun Baru diawali dengan sholawatan di sebuah gereja
katanya, itulah bentuk toleransi Pancasila
di sebuah desa Pulau Sumatera
Tahun Baru diperingati dengan tuak dan dansa-dansa
bercampur baur semua kalangan antar agama
di sebuah pelabuhan kepulauan timur Indonesia
Tahun Baru, semua PSK dibooking pelaut manca-negara
untuk menambah angka AIDS-HIV bagi para remaja
tentang Tahun Baru itu hanya sedikit saja cerita
seolah pergantian tahun tidak bermakna kalau tanpa pesta
semua media mengabarkannya, berita di halaman muka
semua berita tentang pesta, sedikit saja berita tentang bencana
berapa orang-kah yang peduli dengan banjir di Jakarta?
kecuali berita olok-olok atas ketidakmampuan Gubernur-nya
baik Gubernur sekarang, maupun Gubernur-Gubernur sebelumnya
berapa media yang memberitakan banjir bandang di Labura?
kecuali beberapa media di Medan Sumatera Utara, itupun karena
pemiliknya adalah orang yang sangat peduli pada kaum miskin dan dhuafa
kami di Aceh tidak merayakan Tahun Baru
karena kami yakin, itu adalah dosa, menurut agama
tapi kami masih melakukan dosa yang lain,
menyunat rumah bantuan untuk kaum dhuafa, hal itu biasa
menjual dan membeli ganja
menjadi terkenal karena shabu-shabu, hal itu biasa
dan, banyak dosa lainnya, yang seolah-olah menjadi hal biasa
kami di Aceh adalah negeri syariat Islam
kalaupun ada yang merayakan Tahun Baru,
itu-pun dilakukan secara diam-diam
Bireuen, 1 Januari 2020 Mukhlis Aminullah
ANGKA KEMISKINAN
apakah kamu percaya pada angka kemiskinan?
angka-angka di negeri dongeng
seperti siluman, kadang salah kadang ada benarnya
angka-angka di negeri degelan
seperti drama, malam ditulis skenario, siang dilakonkan
siapa menjamin kebenaran angka kemiskinan?
pada sebuah sensus, angka kemiskinan dipaparkan
dua puluh tujuh persen sepersekian
lakon baru pada beberapa Kementerian
standar kemiskinan dibuat perbedaan aturan
bertambah-lah angka kemiskinan
karena standar kemakmuran diturunkan
apakah kamu percaya pada angka kemiskinan?
angka-angka di negeri lawakan
seperti guyonan, pelawak mengambil kebijakan
angka kemiskinan memprihatinkan
orang kaya tiba-tiba mengaku miskin
saat Pemerintah memberi bantuan
angka kemiskinan di negeri antah berantah
bisa dimanipulasi dan disesuaikan
puisi ini hanya berlaku untuk negeri dalam kisah dongeng
salam kemiskinan
Bireuen, 12 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
PUISI KEMISKINAN
setiap kulalui jalan ini
laksana kubaca lagi puisi kemiskinan
yang pernah kutulis dua puluh lima tahun silam
tentang Keude Leubu yang sepi
tentang pasar Ulee Gle yang mati suri
tentang banjir siklus semesteran
Kecamatan Makmur tanpa pembangunan
irigasi-irigasi besar yang direncanakan
hanya pemanis kata kampanye lima tahunan
petani tidak berdaya, pertanian masih tadah hujan
jalan mulus beraspal yang dijanjikan
hanya ada dalam buku Musrenbang
mulai tahun enam puluhan
sampai setengah abad kemudian
setiap kulewati jalan ini
puisi kemiskinan pasti kubaca lagi
Leubu, 12 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
TEMPATKU BERTEDUH
setelah lelah memandangi pantai yang jauh
dan pertukaran abad yang terus dikunyah usia
wajahmu-lah tempatku berteduh
menyambangi ketenangan dan kelembutan
lihatlah, sayang! betapa indah puisiku ini
melebihi mahar
Ujong Blang, 5 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
TAK PERNAH BOSAN
pada saatnya, buih segera menghapus goresan
kata cinta yang baru saja kutuliskan padamu, dik
padahal bait-bait puisi itu
adalah renunganku, mulai tengah malam sampai pagi
sejurus kemudian, aku menulis lagi
ombak dan riaknya menghapus lagi goresan
kutulis lagi, kutulis kata cinta lagi
karena aku tak pernah bosan menyayangimu
Ujong Blang, 5 Juli 2020 Mukhlis Aminullah
DERMAGA-KU
sejak gemuruh jantungku berdzikir
tidak pernah kutafsirkan nama-mu
kemudian, hidup tidak bisa ditebak
setelah melayari laut yang jauh
dermagaku ada pada ranum senyummu
Banda Aceh, September 1995 Mukhlis Aminullah
tidak pernah kutafsirkan nama-mu
kemudian, hidup tidak bisa ditebak
setelah melayari laut yang jauh
dermagaku ada pada ranum senyummu
Banda Aceh, September 1995 Mukhlis Aminullah
Langganan:
Postingan (Atom)