di sebuah kota tua,
Tahun Baru diawali dengan sholawatan di sebuah gereja
katanya, itulah bentuk toleransi Pancasila
di sebuah desa Pulau Sumatera
Tahun Baru diperingati dengan tuak dan dansa-dansa
bercampur baur semua kalangan antar agama
di sebuah pelabuhan kepulauan timur Indonesia
Tahun Baru, semua PSK dibooking pelaut manca-negara
untuk menambah angka AIDS-HIV bagi para remaja
tentang Tahun Baru itu hanya sedikit saja cerita
seolah pergantian tahun tidak bermakna kalau tanpa pesta
semua media mengabarkannya, berita di halaman muka
semua berita tentang pesta, sedikit saja berita tentang bencana
berapa orang-kah yang peduli dengan banjir di Jakarta?
kecuali berita olok-olok atas ketidakmampuan Gubernur-nya
baik Gubernur sekarang, maupun Gubernur-Gubernur sebelumnya
berapa media yang memberitakan banjir bandang di Labura?
kecuali beberapa media di Medan Sumatera Utara, itupun karena
pemiliknya adalah orang yang sangat peduli pada kaum miskin dan dhuafa
kami di Aceh tidak merayakan Tahun Baru
karena kami yakin, itu adalah dosa, menurut agama
tapi kami masih melakukan dosa yang lain,
menyunat rumah bantuan untuk kaum dhuafa, hal itu biasa
menjual dan membeli ganja
menjadi terkenal karena shabu-shabu, hal itu biasa
dan, banyak dosa lainnya, yang seolah-olah menjadi hal biasa
kami di Aceh adalah negeri syariat Islam
kalaupun ada yang merayakan Tahun Baru,
itu-pun dilakukan secara diam-diam
Bireuen, 1 Januari 2020 Mukhlis Aminullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar