Minggu, 19 Desember 2010

SUATU SORE DI BERANDA

suatu sore di beranda
sekuntum senyum
sekerlip mata
rona bahagia makin senja
ditemani tiga dara
kalimat demi kalimat mengalir cerita
tentang hidup, tentang cinta;
(pada Tuhan, pada Rasul, pada orangtua, pada sesama)

suatu sore di beranda
rajut asa demi masa
dan raih bahagia
dengan selaksa senda bersama-sama

suatu sore di beranda
kelembutan mu adalah milik kita
yang akan ku jaga
berhari-hari lamanya
demi
besarkan anak-anak dengan cinta

kota juang, 19 desember 2010 karya mukhlis abi fildza
(saya persembahkan kepada isteri saya, fildza, mazaya & tsurayya)

Minggu, 28 November 2010

RINDU UJUNG TANAH 2

Ujung Tanah, tunggu aku di lautmu...
aku akan menuangkan cinta
pada kabut tipis dermaga
sambil menikmati segelas kopi secangkir teh,
penghangat rindu....

Ujung Tanah, tunggu aku di halte mu...
aku akan suburkan kenangan
pada tempat terakhir kita berpisah

Ujung Tanah, tunggu aku...
sore minggu aku kembali,
tuk nikmati petang bersama sama

Kota Juang, 27 November 2010, karya mukhlis abi fildza.
(saya dedikasikan puisi ini untuk mengobati kerinduan pada Ujung Tanah; sebuah gampong tempat saya pernah tinggal saat tugas di Samadua, Aceh Selatan. Ujung Tanah berada di pinggir jalan lintas barat, dipinggir laut nan indah)

Selasa, 26 Oktober 2010

Geliat Orientalis dan Misi Kristen

Setelah menyelesaikan studi S-2 di University of Melbourne, Jeffery berangkat ke India untuk menjalankan misi kristenisasi. Jeffery berprofesi sebagai dosen di kolej Kristen Madras (Madras Christian College), India. (John S. Badeau, “Arthur Jeffery-A Tribute”, The Muslim World 50 (1960)).

Di kolej tersebut, Jeffery bertemu sekaligus berteman akrab dengan dosen sekaligus Misionaris yang lebih senior, yaitu Pastor Edward Sell (1839-1932). Jeffery mengakui bahwa gagasannya tentang Alquran Edisi Kritis terinspirasi dari Edward Sell. (Arthur Jeffery, “Progress in the Study of the Koran Text”, Editor oleh Ibnu Warraq di buku The Origins of the Koran (New York: Prometheus Books, 1998) Sell menyeru kalangan misionaris Kristen ketika mengkaji Islam, supaya fokus kepada historitas al-Qur’an.

Menurut Sell, kajian kritishistoris al-Qur’an bisa dilakukan dengan menggunakan metodologi analisa bibel (biblical criticism). Merealisasikan idenya, Sell sendiri sudah menggunakan metodologi higher criticism, ketika mengkaji historisitas al-Qur’an di dalam karyanya Historical Development of the Quran. Higher criticism adalah satu bagian dari metodologi kritik Injil (Biblical criticism) yang memfokuskan pada pengarang, penanggalan dan asal mula teks. (Canon Sell, Studies in Islam (Delhi: BR Publishing Corporation, 1985; pertama kali terbit tahun 1928).

Gagasan Sell untuk mengkaji Alquran secara kritis-historis bukanlah gagasan orisinal. Sell sangat memanfaatkan hasil kajian yang dilakukan oleh Theodor Nöldeke (18361930), yang pada usia 20 tahun (tahun 1856), sudah menulis sebuah monograf dalam bahasa Latin tentang asal mula penyusunan Alquran.

Gagasan kritis-historis Alquran semakin menggeluti pemikiran Jeffery ketika ia berada di Kairo. Jeffery berada di sana karena mendapat kesempatan menggiurkan pada tahun 1921 dari Dr Charles R Watson, President pertama Universitas Amerika (American University), Kairo untuk menjadi salah seorang staf di fakultas School of Oriental Studies (SOS), yang didirikan pada 1921.

Selain Jeffery, staf-staf lain di fakultas S.O.S terdiri dari para orientalis terkemuka, seperti Earl E Elder, Canon Temple Gairdner dan Samuel Marinus Zwemer, pendiri jurnal The Moslem World. Persahabatannya dengan Zwemer menjadikan Jeffery, yang masih bergelar MA, diangkat sebagai seorang Pembantu Editor (Associate Editor) jurnal The Moslem World pada tahun 1922. Jeffery memperoleh gelar Doktor dari Universitas Edinburgh pada tahun 1929 dengan anugerah istimewa (with special honors). Universitas tersebut juga menganugerahkan Jeffery dengar gelar Doktor dalam kesusastraan (D Litt) dengan summa cum laude pada tahun 1938.

Penulis produktif

Tulisannya mengenai Alquran terbit di Jurnal The Muslim World tahun 1935 dengan Judul Progress in the Study of the Koran Text. Dua tahun setelah itu, yakni pada tahun 1937, buku Jeffery berjudul Materials for the History of the Text of the Quran: The Old Codices (Bahan-bahan untuk Sejarah Teks al-Qur'an: Mushaf-mushaf Lama) terbit. Setahun setelah itu, yaitu pada tahun 1938, buku Jeffery yang berjudul The Foreign Vocabulary of the Qur'an (Kosa-kata Asing Alquran) terbit di India. Buku ini merupakan perluasan dari tesisnya Jeffery yang ditulis sekitar tahun 1925-1926.

Pada tahun yang sama (1938), Jeffery dengan bantuan Otto Pretzl mendapatkan manuskrip yang ada di Berlin tentang Fada'il Alquran karya Abu Ubaid. Jeffery menerjemahkan satu bagian dari karya Abu Ubaid mengenai ayat-ayat yang hilang dari al-Qur'an ke bahasa Inggris dan diterbitkan di The Muslim World pada 1938. Setahun sesudahnya, hasil penelitian Jeffery tentang ragam bacaan al-Fatihah dipublikasikan di Jurnal The Muslim World.

Tahun 1940, Jeffery me-review dengan cukup panjang bukunya Nabia Abbot, The Rise of the North Arabic Script and its Kuranic Development, with a full description of the Kuranic Manuscripts in the Oriental Institute (Chicago: University of Chicago 1939). Pada tahun 1942, Jeffery bersama I. Mendelsohn mengkaji fotografi Mushaf al-Qur'an dari Samarqand, yang berada di perpustakaan Universitas Colombia.

Hasil kajian tersebut dipublikasikan di Journal of the American Oriental Society 62 (1942) dengan judul The Orthography of the Samarqand Quran Codex. Pada tahun 1950, Jeffery juga mempublikasikan empat serial tulisannya tentang The Quran as Scripture di Jurnal the Muslim World. Tulisan ini kemudian dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1952 dengan judul yang sama. Pada tahun 1951, Jeffery memodifikasi kembali karyanya tentang Sejarah Teks al-Qur'an dengan judul Index of Qur'anic Verses to the English Part of `Material for the History of the Text of the Qur'an (Leiden: EJ Brill, 1951).

Jeffery menyimpulkan bahwa kitab suci Alquran adalah wahyu progressif. (Arthur Jeffery, "The Quran as Scripture," Muslim World 40 (1950)). Maksudnya, ide mengenai kitab suci dalam Islam adalah lanjutan dari konsep yang sudah lama berkembang dalam Yahudi, Kristen dan juga agama lain. Karena itu, sejarah al-Qur’an sama juga dengan sejarah kitab-kitab suci lainnya. Alquran berkembang melalui berbagai tahap sejarah teks sehingga muncul menjadi teks standar yang selanjutnya dianggap suci.

Jeffery menolak pendapat kaum Muslim yang mengatakan ketika Rasullullah saw wafat, teks Alquran sudah tetap, sekalipun belum dihimpun dalam sebuah mushaf. Ia memfokuskan penelitiannya kepada keragaman mushaf. Menurutnya, terdapat 15 mushaf primer dan 13 mushaf sekunder. Ia tidak mempercayai Mushaf Uthmani itu sebagai teks asli (Urtext).

Jeffery mengutip pendapat yang menyebutkan bahwa ketika Utsman mengirim teks standart ke Kufah dan memerintahkan supaya teks-teks yang lain dibakar, Ibnu Mas’ud menolak menyerahkan mushafnya. Di sini jelas Jeffery tidak jujur dalam menulis sejarah Alquran. Ia tidak mengkaji sikap menyeluruh dari Abdullah ibnu Mas’ud. Padahal, Kitab alMasahif yang disuntingnya menunjukkan bahwa Ibnu Mas’ud meridhai kodifikasi yang dilakukan Utsman ra Ibnu Mas’ud merevisi pendapatnya yang awal dan kembali kepada pendapat Utsman dan para Sahabat. Ibnu Mas‘ud menyesali dan malu dengan apa yang telah dikatakannya.

Banyak kesalahan dalam studi Arthur Jef fery dan para orientalis lain terhadap Alquran. Tampak, mereka juga tidak “netral” dalam studinya, sebab sudah berangkat dari asumsiasumsi tertentu. Ironisnya, di Indonesia, kini bermunculan jurnal dan buku-buku yang – kata mereka — mengkaji al-Qur’an secara kritis. Padahal, mereka terbukti menjiplak begitu saja pendapat orientalis, tanpa kritis.

Lebih ironis lagi, kini di sejumlah Perguruan Tinggi mulai dikembangkan studi Alquran, yang mengarahkan mahasiswa agar tidak mensucikan Alquran. Dengan bangga metode orientalis diterapkan. Katanya ilmiah dan demi kemajuan. Padahal, sadar atau tidak, mereka telah bertaklid kepada orientalis ketimbang para ulama Islam yang alim dan shalih.

Adnin Armas, Peneliti INSIST, dimuat di Republika OnLine » Ensiklopedia Islam » Islam Digest tanggal 25 September 2010.

Selasa, 05 Oktober 2010

MENGHARGAI HASIL KERJA MURID

Belum habis rasa kecewa terhadap perilaku sebagian guru. Sehingga pada judul yang lain kali ini saya juga ingin melanjutkan tulisan tentang guru.

Ananda Zhafira Mazaya, anak kedua saya yang masih kelas I MIN, tadi sore pulang sekolah dengan girang. Dengan wajah polos dia mengatakan gurunya baik sekali telah memberinya telur. Ada apa ini? batin saya, juga dengan setengah bertanya. Sejak kapan guru MIN membagi-bagikan telur pada muridnya?

Wah, ternyata saya kecele... Telur yang dimaksud bukanlah telur sungguhan, tapi merupakan nilai nol yang diberikan oleh sang guru pada tugas yang diberikan kepada anak saya. Memang nilai nol sering disamakan dengan telur... (istilah itu malah sejak saya masih kanak-kanak).
Dengan kecewa saya periksa lagi hasil tugas yang diberi nilai nol tersebut. Kalau pada awalnya saya sempat kecewa pada si anak, terakhir malah saya kecewa pada gurunya. Betapa tidak? Kalau melihat tugas yang sudah dikerjakan oleh si murid (nampak dari usahanya yang sungguh-sungguh), tidak seharusnya diberikan nilai nol. Katakanlah kalau hasilnya tidak memenuhi keinginan guru, setidaknya guru dapat memberi apresiasi terhadap usaha si murid dengan memberikannya nilai yang rendah, bukan nol.
Karena dengan usia anak kelas I MIN, yang rata-rata masih enam tahun, tentu saja kemampuan untuk mencerna keinginan guru masih rendah, sehingga tentu saja akan beragam pula hasil yang diperoleh masing-masing siswa. Namun, kita tetap harus memberi dorongan pada mareka yang masih cilik ini dengan penghargaan, bukan dengan hukuman, konon lagi dengan memberikan nilai nol...

Saya terus terang saja kecewa dengan kejadian terhadap Mazaya, apalagi kejadian ini bukan pertama kali. Sekitar dua tahun yang lalu, kejadian yang hampir sama, beberapa kali, juga menimpa anak sulung saya, Ananda Fildza Alifa, yang juga sekolah disana. Hanya saja bukan masalah nilai nol, tetapi guru menyalahkan PR Matematika yang dibuat Fildza. Ketika anak saya sudah sangat serius menghitung PR-nya ternyata di sekolah disalahkan. Karena ini mata pelajaran Matematika, tentu siapapun tidak bisa membengkokkan hasilnya. Dua kali dua hasilnya adalah empat. Pasti.
Anak sulung saya, Fildza menghitung kembali PR-nya. Hasilnya tetap sama seperti semula. Saya yang penasaran juga ikut menghitung, ternyata hasilnya tetap sama. Toh mata pelajaran ini adalah ilmu pasti. Jadi, gurunya yang salah. Sehingga saya, sebagai seorang ayah, membuat sebuah notes kecil di buku PR Fildza agar guru lebih berhati-hati memeriksa hasil tugas si murid. Kejadian seperti ini sempat terulang tiga kali, makanya saya sempat meragukan kemampuan gurunya tersebut.

Dengan beberapa kejadian yang saya alami, saya jadi teringat sebuah catatan kecil Bpk R.Kasali ketika mengunjungi anaknya yang sekolah di Amrik sono. Ceritanya ketika anak beliau mendapat tugas membuat suatu makalah dari Profesornya, si anak telah berusaha semampunya. Melihat makalah dimaksud, secara serta merta Pak R.Kasali menilai bahwa kualitas tulisan anaknya sangat rendah. Sangat tidak memenuhi kualifikasi, katanya. Namun sang anak tetap bersikukuh bahwa tulisannya sudah bagus sehingga dia tidak mau memperbaikinya, konon lagi waktu untuk menyampaikan makalah pada Profesornya sudah kepepet.
Setelah dibawa pada Profesor, malah memberi nilai yang bagus terhadap tulisan itu. Aneh juga. Pak R.Kasali segera saja menemui Profesor untuk mempertanyakan alasan memberikan nilai yang bagus pada hasil karya anaknya, yang menurut beliau sendiri masih kurang layak.
Jawaban sang Profesor sangat mengangetkan. "Di negara anda (maksudnya Indonesia) barangkali sudah terbiasa seorang guru tidak menghargai hasil kerja para anak didik (dalam hal ini mahasiswa). Tapi ini Amerika pak... kami memperlakukan dengan adil jerih payah anak didik. Kalau hasil yang dicapai kurang, kami tidak akan menghakimi, kami tetap akan menghargai mereka..."

Nah, jawaban itu yang membuat Pak R.Kasali merasa malu pada Profesor.

Kejadian yang saya ceritakan di Amrik itu seakan menelanjangi kita. Tidakkah seorang guru seharusnya menggunakan nurani? Bahwa menghargai sedikit saja anak didiknya (yang sudah berusaha mengerjakan tugas yang diberikan dengan semampunya) akan membuat si anak termotivasi untuk mendapat nilai yang lebih baik pada kesempatan yang lain.

Khusus bagi Mazaya, jangan bawa pulang lagi telur ke rumah....! Ummi-mu sudah cukup menyediakan lauk untuk makan...

Mukhlis Aminullah, orangtua murid, berdomisili di Kota Juang, Bireuen.

FAKTA DUNIA PENDIDIKAN

Sebenarnya topik panas hari ini yang ingin saya tulis adalah masalah pengajuan nama Timur Pradopo sebagai calon Kapolri oleh Presiden kepada DPR. Tapi tidak jadi saya angkat, mengingat hampir seluruh media telah mengupasnya dengan tuntas, terutama dari sisi politis, karena diajukan secara mendadak oleh Presiden.

Saya ingin sedikit mengulas atau menceritakan tentang bobroknya dunia pendidikan, khususnya kejadian nyata sehari-hari. Pada kesempatan ini saya tidak bermaksud menelanjangi para guru, terlebih lagi ada sebagian guru masih memelihara nilai-nilai luhur profesi sebagai guru.

Namun saya ingin menulis fakta, agar menjadi bahan renungan kita semua, sehingga tergerak batin kita untuk bersama-sama memperbaiki. Syukur, kalau ada rekan guru yang tersinggung, sehingga ketahuan bahwa rekan itu termasuk dalam golongan yang berperilaku tidak baik. Ayo, akan saya uraikan satu per satu deh.....

Pertama; masih banyak guru yang tidak masuk kelas alias bolos, sehingga kelas terbengkalai dan mengganggu kelas yang lain, karena muridnya gaduh. Satu sisi guru tersebut telah menunjukkan perilaku tidak bagus yaitu koruptif (korupsi waktu).

Kedua; pada kasus lain, ada guru atau tepatnya sekelompok guru berkumpul dan berserikat untuk secara bersama-sama "menggoyang" Kepala Sekolah karena ada kepentingan pribadinya tidak dipenuhi oleh pimpinan. Pada satu sisi kejadian ini akan menurunkan wibawa sang guru, namun pada sisi yang lain, juga akan merusak kewibawaan pimpinan.

Ketiga; pada saat Ujian Nasional, secara berjamaah, hampir semua guru memberikan kunci jawaban kepada siswanya. Biasanya kunci jawaban beredar tiga atau empat hari sebelumnya. Alasan yang dikemukakan adalah demi menjaga rangking sekolahnya saat UN selesai. Padahal dengan perilaku demikian, bukan hanya menurunkan derajat pendidikan, namun juga menurunkan wibawa para guru di mata siswa-siswanya. Selain itu juga akan berdampak pada menurunnya minat siswa untuk belajar, toh pada saat ujian akan ada kunci jawaban. Tragisnya, saat pengumuman rangking kelulusan UN, dengan bangga media menulis kelulusan UN di kabupaten A atau provinsi B memuaskan.

Keempat; fenomena "jual bangku" pada saat penerimaan siswa baru (Tahun Ajaran baru). Sudah rahasia umum juga, bahwa kalau ada calon siswa yang tidak lulus tes masuk sekolah atau madrasah, tetap akan bisa masuk lewat jalur belakang dengan catatan si orang tua harus menyediakan sejumlah uang kepada pimpinan sekolah. Ini juga perilaku koruptif yang mendarah daging. Seakan sudah menjadi hal biasa, bukan sesuatu yang patut dipertanyakan.

Kelima; yang terakhir adalah bobroknya proses sertifikasi guru. Dimulai saat guru sibuk "mengumpulkan" sertifikat (masing-masing sertfikat akan dinilai bobotnya). Kenapa saya katakan mengumpulkan dalam tanda kutip? Karena sertifikat-sertifikat tersebut diperoleh dengan jalan yang kotor. Maksudnya, penerima sertifikat tidak pernah mengikuti kegiatan yang dimaksudkan dalam sertifikat itu. Alias sertifikat bodong. Model demikian dengan mudah diperoleh. Malah ada oknum guru yang menjadi pabrik sertifikat bagi rekan-rekannya, dengan catatan sertifikat itu tidak gratis.
Selajutnya, saat proses sertifikasi dilakukan juga akan ditempuh upaya-upaya haram agar proses pemerikasaan berjalan lancar. Pihak instansi terkait juga sudah sangat mengetahui perilaku itu, tapi tetap melanjutkan proses sertifikasi.
Maka pada saat sekarang, lahirlah guru-guru yang sebenarnya "tidak berhak" menyandang TELAH LOLOS SERTIFIKASI.

Semua perilaku tersebut di atas, sudah menjadi rahasia umum, termasuk diketahui oleh para siswa sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa wibawa guru sudah sangat menurun di mata siswa. Sehingga, apapun yang disampaikan oleh guru terhadap siswa akan dianggap angin lalu, yang pada akhirnya akan menurunkan minat belajar. Bisa ditebak apa endingnya, yaitu mutu lulusan sangat rendah. Maka lahirlah generasi bodoh dengan nilai ijazah yang tinggi. Semua itu kamuflase semata.

Kesimpulan yang bisa saya tulis adalah dengan bobroknya dunia pendidikan, terutama perilaku sebagaian guru, akan melahirkan generasi yang bodoh, tidak berakhlak, dan akhirnya menjadi beban bagi bangsa dan negara.

Mari kita pantau secara bersama-sama. Sebagai warga masyarakat, kita wajib mengkritisi dan menegur perilaku yang salah dari para pelaku di dunia pendidikan, yang tentu saja disertai dengan solusi yang membangun.

Mudah-mudahan tulisan ini mendapat tanggapan yang posiitif. Terima kasih kepada isteri saya, tulisan ini juga merupakan protes dari gejolak batinnya.

Mukhlis Aminullah, Direktur Eksekutif LSM LEPOEMAT Bireuen.

Sabtu, 02 Oktober 2010

DARAH SIA-SIA

siang terik,
Kopaja menjadi perantara
senjata pencabut nyawa
hanya karena segelas anggur merahmu
haruskah rasa sebangsa tiada lagi terasa..?

sore merah padam
tanah berceceran darah
beberapa nyawa meregang
serasa badan berpisah dari tulang
darah merah meluncah, bukti untuk siapa?
apatah hanya karena perbedaan bentuk muka
kita harus bersabung nyawa...?

pada anak cucu mesti kujawab,
bahwa jangan ulangi hal serupa
tumpah darah sia-sia...
bukan untuk tegakkan selembar bendera
laksana pahlawan kita

kota juang, 2 oktober 2010 karya mukhlis abi fildza
(prihatin dengan insiden Blowfish dan kejadian Tarakan, Indonesia semakin tidak aman)

Minggu, 05 September 2010

SAJAK SEBINGKAI DENDAM

segelas teh, secangkir kopi
malam makin mengendap; makin mendalam
tonjolan urat leher kita
tak mampu akhiri
bayang pertempuran...
kau masih kokoh dalam pendirianmu
"kita harus perang lawan Malaysia!" katamu

secangkir kopi, segelas teh
remang cafe 88 makin panaskan
hati dalam rindu dendam
entah apa yang ada dalam benakmu
tentang Malaysia..?
sehingga kau anggap anggap
damai dengan mereka hanya buaian sepi
"Malaysia jangan diberi hati!" teriakmu
(sehingga seisi cafe melotot padamu)

malam merangkak pelan
angin sepoi tak mampu dinginkan
bara hati yang masih panas
entah kenapa?
Malaysia membingkai sesal bagimu?
padahal kita sangat tahu
separuh bendera kita
melambai-lambai disana

secangkir teh, segelas kopi
berbuih-buih kau telan dendam
"ada apa denganmu?" kataku
silahkan kau jawab besok pagi
(karena aku masih berharap bendera
kita tetap melambai disana; sepenuh tiang)

cafe 88, 5 september 2010 karya mukhlis abi fildza

Selasa, 31 Agustus 2010

SESAL

secerah petang, selembar sajadah...
dalam syahdu azan, aku terbuai
kemudian tercenung...
andai aku ada dalam firdaus-Mu...

maafkan hamba ya Rabbi...
kenikmatan dari Mu tidak sebanding
dengan ibadahku

kota juang, 31 agust 2010 jam 16 wib by mukhlis abi fildza
(jam segini masih sibuk di kantor, urus laporan bulanan,
kapan iktiqafnya...?)

Minggu, 29 Agustus 2010

MENYIKAPI KARAKTERISTIK ZAMAN

Dirasatul Maidan (memahami karakteristik medan dakwah) merupakan salah satu unsur pokok yang menopang keberhasilan perjuangan dakwah. Termasuk di dalamnya adalah ma’rifatul qarn (memahami kondisi zaman) saat dakwah ini harus dikomunikasikan. Kata Imam Syafii: Kurikulum dakwah adalah satu fan (fiqh syariah) tersendiri, dan mensosialisakannya dalam realitas adalah fan yang lain (fiqhul waqi’).

Pemahaman secara cermat dan akurat terhadap realitas sosial (fiqhul waqi’) akan memberikan rujukan dalam merumuskan langkah perjuangan yang akan ditapaki. Maka, ma’rifatul qarn sejatinya akan menyingkap berbagai problem klasik dan kontemporer. Sehingga seorang dai bisa mengurai persoalan (hall) dan memutuskan (aqd). Seorang dai ibarat sebagai thabib, ketika melihat tubuh umat yang loyo, pucat, terserang berbagai virus (kurap = kurang rapi, kutil = kurang teliti, kudis = kurang disiplin, kuman = kurang iman), mustahil bisa diobati secara baik bila ia tidak sanggup mendiagnosa penyakit yang diidapnya.

Pada zaman dahulu ada sebagian tokoh sufi yang meratapi zaman. Lahirlah karya tulisnya yang berbentuk puisi yang panjang, berjudul: Syakwaz Zaman (Meratapi Zaman). Mengomentari kitab tersebut, BUYA Hamka mengatakan, “Sejak zaman Nabi Saw saja ada orang munafiq yang menyusup di shof kaum beriman, tetapi beliau tetap berjiwa besar dan terus berfikir positif menatap obyek dakwah, dengan mengedepankan sabar, ulet, istiqomah. Dan pada akhirnya barisan umat Islam angkatan pertama tidak terpengaruh oleh kontaminasi zaman jahiliyah. Dunia, memang darul imtihan, darul amal, darul jihad, sedangkan akhirat darul hashad (medan untuk memanen).”

Said Hawa mengatakan, “Inna ‘ashranaa haadza mamlu-un bisy syahawati wasyu syubuhati wal ghaflah.” (sesungguhnya zaman kita ini didominasi oleh lingkungan sosial yang membangkitkan syahwat, syubhat, dan kelalaian).

Sejalan dengan statemen ideolog Ikhwanul Muslimin tersebut, penulis muslim berkebangsaan Inggris, Ahmad Thomson menyebut, dunia kita sekarang sejak kurang lebih satu abad terakhir menggunakan sistem Dajjal (Dajjal values), bertolak belakang dengan sistem kenabian (prophetic values).

Muhammad Quthb dalam karya tulisnya “Rukyatun Islamiyyah Li Ahwalil ‘Alamil Mu’ashir” (Tafsir Islam Atas Realitas Kontemporer) mempersepsikan dunia sekarang sebagai jahiliyah abad 20 (jahiliyah fil qarnil ‘isyrin). Setidaknya ada empat ciri mayarakat jahiliyah kontemporer.

Pertama: Tidak adanya iman kepada Allah. Kalau masa jahiliyah klasik Islam, ditambah dengan berbagai ritual dari asing. Jahiliyah modern Islam yang sempurna ini dikurangi. Mereka menghendaki Islam tidak perlu dilibatkan dalam kehidupan bernegara. Islam tanpa jihad, Islam tanpa hukum had. Islam tanpa qishah. Islam itu moderat. Bahkan sekarang ini mereka membuat image Islam itu radikal, teroris, antikemapanan, dan lain-lain, sehingga akidah dipisahkan dari syariah.

Kedua: Tidak adanya hukum yang merujuk kepada ketentuan Allah Swt. Maka, hukum menuruti keinginan hawa nafsu. Efeknya, hukum bagaikan pisau. Tajam untuk kalangan grass root, tumpul untuk level the have. Hukum yang melukai rasa keadilan dan kemanusiaan (QS. 5 : 49-50)

Ketiga: Tampilnya berbagai thaghut (tirani) yang membujuk manusia supaya tidak beribadah dan tidak taat kepada hukum Allah serta menolak hukum syariat-Nya, kemudian mengalihkan peribadatannya kepada jibt dan thaghut dan hukum-hukum yang dibuat menurut selera hawa nafsunya (QS. 2 : 257).

Keempat: Fenomena sikap menjauh dari agama Allah (uculuddin, Bhs Jawa), sehingga mengarah kepada penyakit pikiran (syubhat) dan penyakit moral (syahwat) dan penyakit kepribadian (ghoflah).

Demikianlah karakteristik jahiliyah kekinian. Akar persoalannya, tidak tahu diri dan tidak tahu Tuhan. Buta kebenaran, bukan buta ilmu dan teknologi. Ilmunya tinggi (ma’rifat, sundhul langit, Bhs Jawa), tetapi tidak melahirkan khosyyah (ketakutan) kepada Allah. Fenomena jahiliyah modern persis dengan kejahiliyahaan klasik.

Dahulu orang Arab dikenal pakar dalam menulis teks pidato, puisi, prosa. Bahkan karya yang dinilai bermutu ditempel di atas dinding Ka’bah, tetapi kompetensi mereka tidak mengantarkannya kepada perbaikan budi pekerti, moralitas. Bahkan memahami teks “Allah” sudah terkontaminasi dengan paham paganisme.

اَلْحاَلَةُ الَّتِيْ تَكُوْنُ عَلَيْهاَ أُمَّةٌ ماَّ قَبْلَ مَجِيْئِهاَ هُدَى الَّلهِ وَالْحاَلَةُ الَّتِيْ تَمْتَنِعُ فِيْهاَ أُمَّةٌ ماَّ أَوْ بَعْضُ أُمَّةٍ مِنَ الاِسْتِجاَبَةِ لِهَدْيِ اللَّهِ

Jadi, jahiliyah adalah kondisi umat yang terjadi sebelum kedatangan petunjuk Allah (hidayatullah) dan keadaan bangsa tertentu atau sebagian bangsa yang menghalangi disambutnya petunjuk Allah.

Ironi Nation State

Rasulullah Saw memprediksikan, dengan berjalannya waktu dan berlalunya masa dari sumber wahyu, umat Islam akan mengalami degradasi spiritual (istidraj) secara bertahap. Berbagai kemajuan material, hanya untuk menggali lubang kehancurannya. Berawal dari runtuhnya intitusi formal kenegaraan (al-khilafah al-Islamiyah) sampai dilalaikannya kewajiban paling prinsip seorang hamba kepada-Nya, yaitu shalat.

عَنْ أَبِيْ أُماَمَةَ الْباَهِلِيْ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيَنْقُضَنَّ عُرَى

الاِ سْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً تَشَبَّثَ النَّاَسُ باِ لَّتِيْ تَلِيْهاَ وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ

وَأَخِرُهاَ الصَّلاَةُ

“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum, dan yang paling akhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 45/134).

Sejak 1924 M, dunia menyaksikan titik paling nadir keruntuhan kepemimpinan formal dunia Islam. Musthafa Kamal, yang dijuluki ulama yang konsisten dengan Islam dengan sebutan “Kamal A’daut Turki” (Kamal musuh bangsa Turki), memimpin acara seremonial pembubaran global state (al khilafah al Islamiyah) yang jangkauan kekuasaannya membentang dari Maroko di Afrika Barat sampai Maluku di Indonesia Timur. Lalu dengan konyolnya memproklamasikan berdirinya negara Turki sekuler-modern yang sepenuhnya mengekor Eropa.

Dengan program unggulan Yahudi “farriq tasud” (cerai-beraikanlah kaum muslimin supaya kamu bisa merajai), mulailah negara-negara Islam mengumandangkan berdirinya nation state. Masing-masing menentukan ideologi dan falsafahnya yang menyimpang dari kitab suci Al Quran dan Al Hadits. Kemudian diikuti dengan sikap lebih membanggakan identitas material-geografis kebangsaannya melebihi dari identitas spiritual-ideologis keislamannya. Islam kemudian menjadi menyempit dan termarginalkan dari percaturan global.

Beralihnya kepemimpinan khilafah kepada kepemimpian mulkiyah (kerajaan), terlepas pula ikatan hukum, aqidah, akhlaq, ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, seni budaya, militer dan pertahanan-keamanan dari celupan (shibghah) Islam. Ending-nya, dunia pun menyaksikan peristiwa memilukan, terlepasnya ikatan Islam terakhir, yaitu shalat. Betapa banyak umat Islam sekarang yang sudah mendapat dispensasi waktu shalat dari 50 waktu sehari semalam, menjadi lima waktu sehari semalam, dikurangi lagi menjadi sekali seminggu, kemudian setahun sekali, sekali seumur hidup, bahkan yang lebih ironis ditinggalkan sama sekali, sampai akhirnya dishalati.

Agen pencabut

Inilah zaman yang disinyalir Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan Imam Ahmad, sebagai babak keempat perjalanan umat Islam, yaitu babak mulkan jabariyyah (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak). Sebelumnya pada babak pertama, umat masih memiliki sistem dan person yang prima secara kepemimpinan, yaitu Nabi Muhammad saw sendiri dalam babak An-Nabuwwah (kenabian). Selanjutnya di babak kedua umat masih memiliki person dan sistem yang tetap konsisten secara kepemimpinan, yaitu khulafa ar-rasyidin di babak khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhilafahan yang mengikuti sistem Kenabian).

Di babak ketiga, umat memiliki sistem yang mengalami penurunan kualitas, tetapi masih memadai, yaitu mulkan ‘aadhdhan (penguasa-penguasa yang masih menggigit Al Quran dan As Sunnah), sekalipun pada akhirnya terlepas juga. Di babak keempat ini, umat bahkan tidak memiliki sistem syariat dan para penguasanya bermasalah secara person.

Inilah babak di mana umat Islam harus secara jujur menyadari sedang mengalami krisis multidimensional (‘azmah kubro). Tiada penguasa mana pun pada kurun ini yang tidak terhegemoni oleh sistem Dajjal. Ujian ini berat, tetapi cukup menantang. Jika kita berfikir positif, dan bisa kita lalui justru akan mengangkat derajat kita dan menghapus dosa-dosa kita.

Zaman ini menuntut kita berpola pikir dan berpenampilan seperti generasi awal umat ini, para sahabat Rasulullah Saw. Mereka berjuang pada fase Makiyah dengan penuh kesabaran, pengorbanan, dan istiqomah. Mereka membuat strategi, tidak berkompromi dengan sistem jahiliyah yang berlaku.

Sejak Allah Swt menurunkan sistematika turunnya Al-Quran, Dia memberikan arahan perjuangan kepada Nabi secara gradual (konstan). Al Alaq 1-5 mengajarkan tidak berkompromi dengan orang yang melampaui batas (ayat 6), orang yang merasa dirinya cukup (ayat 7), orang yang melarang penegakan syariat (ayat 9-10), pendusta dan berpaling (ayat 13). Pada Surat Al-Qalam (68), berlepas diri dengan para pendusta, hipokrit, banyak sumpah serapah dan hina, pembuat fitnah, penghalang perbuatan baik dan pendosa, membanggakan harta.

Pada Surat Al-Muzzammil (73), tidak berelaborasi dengan pendusta, bermewah-mewahan, perilaku hedonis dan amoral. Pada surat Al-Muddatstsir (74), tidak menjalin kerjasama dengan konsep materialisme, membanggakan asal-usul dan keturunan. Pada surat Al-Fatihah (ummul kitab), bertolak belakang dengan Yahudi dan Nasrani. Hingga Allah mengizinkan hijrah dan membangun komunitas muslim di Madinah.

Dengan ma’rifatul qarn kita bisa berta-assi (tapak tilas), berqudwah (meneladani) kesabaran, keuletan, pengorbanan, sikap konsisten, optimis, harapan, sebagaimana pada angkatan pertama umat. Dan masa babak belur, tidak mudah dan tidak sederhana ini, sesungguhnya tidak akan tahan lama, pasti akan mengikuti kekuatan fithri (QS. Ali Imran : 185), QS. Al A’raf : 34). Artinya setiap komunitas memiliki hak untuk maju, jika memiliki persyaratan untuk mendatangkan pertolongan-Nya. Dan setiap bangsa memiliki hak pula untuk jatuh, jika mengabaikan nilai-nilai idealisme, moralitas, immaterial.

أَعْماَرُ أُمَّتِيْ بَيْنَ سِتِّيْنَ وَ سَبْعِيْنَ وَ أَقَلُّهُمْ مَنْ يُجاَوِزُ عَلَى ذَلِكَ


”Umur umatku antara 60-70 tahun, dan sedikit sekali yang melebihi dari itu.” (HR. Ahmad).

Tetapi, zaman kelima yang kita nantikan kehadirannya di samping sebuah wa’dun (janji kenabian) yang dijamin kebenarannya, pula berupa faridhah (menuntut ikhtiar yang optimal). Tercabutnya malikun jabbar (diktator global) berbanding lurus dengan kesiapan kita sebagai ‘anashirut taghyir (unsur pencabut). Bukan menyibukkan diri dengan persoalan yang bukan asasi, konflik internal umat. [Kudus, 14 Oktober 2009/www.hidayatullah.com]

Kudus, 2009, oleh Sholih Hasyim / hidayatullah.com

PENGARUH PSIKOLOGIS NAFSU LAWWAMAH

Diantara nama dari asmaul husna (nama Allah SWT yang indah) adalah al ‘Adlu (Maha Adil). Allah SWT Maha Bijaksana dalam aturan-Nya. Adil dalam perintah dan larangan-Nya. Dia akan membalas secara setimpal terhadap orang yang taat dengan pahala dan akan menghukum orang yang mendurhakai-Nya dengan siksa. Hanya saja kasih sayang-Nya mengalahkan kemurkaan-Nya. Sedikitpun Allah SWT tidak berbuat aniaya terhadap makhluk-Nya.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushshilat (41) : 46).

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al Isra (17) : 7).

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az Zalzalah (99) : 7-8).

Benar, pahala dan hukuman Allah SWT itu secara adil akan diterima kelak di hari pembalasan (yaumuddin). Realitasnya tidak ada keadilan sepenuhnya di dunia ini. Yang banyak hanya kantor pengadilan. Hanya saja, tidak berarti keadilan-Nya itu belum dirasakan di bumi ini. Bentuk penjabaran keadilan Yang Maha Adil di antaranya dalam bentuk perasaan bahagia bagi orang yang berbuat baik dan perasaan bersalah/berdosa bagi yang berbuat jahat.

Perasaan berdosa bagi orang yang berbuat jahat secara transparan maupun terselubung adalah bentuk hukuman baginya sebagai bentuk penjabaran keadilan-Nya. Ada kepuasan batin bagi yang suka berbuat baik dan ada perasaan mencekam (ketakutan yang tidak beralasan yang muncul dalam jiwa) bagi orang yang senang berbuat dosa. Dalam al-Quran disebut dengan “nafsu lawwamah” (gugatan batin). Ia menggugat atas dosa yang telah dilakukan seseorang. Boleh jadi ada saat-saatnya gugatan itu mereda, tetapi pada saat yang lain akan muncul dengan hebatnya, ia akan selalu ada selama kesalahan dan dosa itu belum diselesaikan.

Gugatan batin itulah yang dikenal dalam ilmu jiwa sebagai perasaan bersalah. Gugatan perasaan bersalah terhadap batin tidak kalah hebatnya dengan rongrongan amarah, ketakutan, dendam, iri hati, dan lain-lain. Efek yang ditimbulkan dari nafsu lawwamah ini berupa gangguan kesehatan jasmani tidak kurang pula hebatnya. Para profesional di bidang medis di zaman modern ini memahami betul akal gejala kejiwaan ini.

Kini, banyak pusat kesehatan membuka Bagian Psychosomatik. Para ahli pada bagian ini dapat bercerita banyak tentang berbagai penyakit jasmani yang timbul sebagai akibat dari perasaan berdosa ini. Pada umumnya penyakit yang tampak secara lahiriyah luka pada fisik tidak bisa disembuhkan secara total dengan semata-mata pengobatan medis saja, sebelum diterapi penyebab pokoknya. Yakni, diatasi perasaan bersalahnya terlebih dahulu.

Berbagai kasus penyakit jasmani yang disebabkan oleh perasaan bersalah itu tidak ada benang merah antara penyakit dan penyebab utamanya oleh mata orang awam, bahkan kaitan itu sama sekali tidak disadari oleh si penderita karena perasaan berdosa itu sudah masuk bawah sadarnya, dan baru kemudian disadarinya setelah seorang ahli berhasil menggali kembali dan menemukan faktor utama penyebabnya. Ada satu ungkapan ahli hikmah: Al ‘Aqlus Salim fil Jismis salim (akal/jiwa yang sehat berbanding lurus dengan badan yang sehat). Sebaliknya, pikiran yang buruk akan menurunkan luka di badan.

Kemungkinan kita pun merasakan perasaan serupa. Sekalipun kesalahan yang kita kerjakan termasuk dosa kecil, tetapi yang kecil itu menimbulkan perasaan penyesalan yang mendalam dan perasaan itu mengganggu serta merisaukan kita. Kita dibayangi perasaan cemas, ketakutan secara berlebih-lebihan.

Kita harus segera menghilangkan gangguan perasaan berdosa itu. Tetapi, cara mengatasinya tidak dengan teknik yang memberikan hasil yang semu. Bagaikan burung onta yang ingin menyelamatkan diri dari serangan pemburunya, dengan membenamkan kepala dalam pasir karena ia mengira bahwa dengan cara demikian tidak bisa melihat bahaya yang mengancam, artinya bahaya itu tidak akan datang. Dengan beriman kepada Allah SWT akan menghilangkan perasaan yang merisaukan itu sampai ke akar-akarnya. Di antara kiat untuk mengelola perasaan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, bersyukur kepada Allah SWT karena kita memiliki kepekaan batin terhadap dosa yang kita lakukan. Ini merupakan indikator bahwa jiwa kita masih relatif bersih, sehingga sedikit khilaf sudah cukup menjadikan kita gelisah. Ada banyak orang di dunia ini yang hatinya telah kesat dan berwarna hitam akibat dosa yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga datangnya noda baru tidak menggoncangkannya. Hanya kemudian timbunan noda hitam itu membangkitkan gugatan batin yang tak terpikulkan di samping bentuk-bentuk keadilan Allah SWT yang lain. Dengan kesadaran mahal tersebut kita akan melangkah menuju kiat berikutnya.

Kedua, Istighfar dan bertaubat kepada-Nya. Dalam beristighfar kita mohon kelemahan kita semakin hari ditutupi. Oleh sebab itu kita harus terbuka kepada Allah SWT. Kita curahkan segala perasaan penyesalan tanpa ditutup-tutupi. Tidak boleh ada yang tersisa. Dalam sebuah hadis, orang yang menyesali dosa-dosanya menunggu datangnya rahmat Allah SWT. Sekiranya kita didominasi oleh perasaan berdosa dengan cara menangis, maka puaskanlah tangisan kita di hadapan-Nya. Kita tidak perlu khawatir dengan Allah SWT. Sekalipun tidak kita ungkapkan, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati kita.

Dengan berterus terang kepada-Nya semoga perasaan yang mengganjal dihilangkan. Setelah itu kita mohon maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa kembali. Tidak ada dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus. Kita yakin, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Kita ucapkan doa berikut secara berulang-ulang dengan penuh penghayatan.

Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya tidak dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang (al Hadits).

Ketiga, apabila kesalahan kita ada hubungannya dengan hak orang lain (haqqul adami), yakni kita pernah merugikan orang lain baik moril maupun material, maka sebelum Allah SWT mengampuni kita, kita dituntut menyelesaikan persoalan itu dengan yang bersangkutan. Mungkin kita banyak berkorban dalam hal ini. Sebenarnya kita tidak perlu merasa demikian, toh untuk kebaikan diri kita sendiri secara lahir dan batin.

Dan jika tidak berhasil menemukan jalan untuk mengurai persoalan dengan pihak yang kita rugikan, kita adukan saja hal ini kepada Allah SWT mohon petunjuk-Nya agar menemukan jalan keluar yang terbaik. Dengan cara melakukan shalat malam dan melantunkan doa berikut.

Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (QS. Al Isra (17) : 80).

Kita mendoakan kepada orang yang kita rugikan, berdoa kepada-Nya agar berkenan memberikan ampunan dan kebahagiaan kepadanya. Kita singkirkan dendam kesumat, kedengkian kepadanya, mungkin kita menemukan penyelesaian dengan cara gruis loos.

“Wahai Tuhanku, berilah ampunan untukku, untuk kedua orang tuaku, untuk orang yang ada haknya atasku dan untuk semua muslim dan muslimah dan semua orang mukmin dan mukminah baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.” (al Hadits).

Keempat, memperbanyak amal saleh. Karena amal saleh itu akan mengangkat derajat kita, menghapus kesalahan kita dan sebagai wasilah untuk mengurai kerumitan kehidupan kita. Bersedekah, berbuat jasa, bermakna bagi orang yang memerlukan uluran tangan kita.

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud (11) : 114).

“Dan susullah perbuatan dosa itu dengan kebajikan dan ia akan menghapuskannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi dari Abu Dzar).

Kita tidak perlu ragu dengan kasih sayang Allah SWT. Sekalipun kita jatuh pada lumpur dosa, sesungguhnya Dia selalu menerima kehadiran kita dalam keadaan bagaimanapun. Asalkan, kita ingin kembali kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Jika kita selalu berdoa, biasanya akan dikabulkan secara kontan ataupun kredit. Apabila doa kita dikabulkan secara kredit, karena Allah ingin menikmati suara kita. Atau agar suara kita dikenal di penduduk langit, sehingga ketika sewaktu-waktu meminta, mereka mudah menerima permohonan kita. Atau proposal kita disimpan terlebih dahulu, dan diberikan kepada kita pada saat memerlukannya secara mendadak, misalnya terhindar dari kecelakaan secara tiba-tiba.

Kudus, 28 Mei 2010 oleh Shalih Hasyim/hidayatullah.com

TENTANG IBU

aku lihat sesuatu di matamu,
ketika aku mematut-matut diri
pada suatu sore,
dalam cermin yang retak

dalam renyahnya senja
aku lihat tubuh sehatmu
hanya tinggal kenangan
dan menjadi masa lalu...
kini
kulit membungkus tulang
aku tak sanggup menatapmu; ibu
bahwa
dalam sakit masih bumbui cinta
pada anak-anakmu
dengan sambal belacan kesukaan kami
(pada suatu sore menjelang berbuka puasa)

apa yang mesti ku tulis...?
tentangmu adalah seonggok tubuh ringkih
yang telah tunaikan sejarah
menjadi seorang ibu yang berhati mulia

aku melihat sesuatu di matamu
dalam sakit
ada selaksa semangat di dada
(semoga engkau cepat sembuh; ibu)

kota juang, 29 agustus 2010 karya mukhlis abi fildza

puisi ini saya persembahkan untuk ibu saya yg sedang sakit,
semoga cepat sembuh. kami selalu mendo'akanmu, ibu....

Selasa, 24 Agustus 2010

SAKIT YANG MENYEMBUHKAN

Allah sudah menitipkan kekuatan-Nya dalam tubuh manusia untuk menyembuhkan dirinya sendiri

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,” (Q.S. Asy-Syu’araa [26] :80)

Ayat ini sering terpasang di dinding rumah sakit Islam dan menjadi ayat favorit di fakultas kedokteran Islam. Sebuah ayat yang membesarkan hati pasien dengan harapan akan disembuhkan oleh Allah.

Az-Zamakhsary dalam Tafsir Al-Kasyaaf mengatakan bahwa sakit itu akibat ulah manusia sendiri yang bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dan kemudian Allah lah yang menyembuhkan.

Al-Qurthuby dalam Jami’ul Ahkam mengungkap sebuah makna lain, yaitu bahwa sakit itu datang dari setan sedangkan sembuh datang dari Allah. Al-Alusy dalam Ruhul Ma’any berpendapat bahwa hakikatnya sakit juga takdir dari Allah. Tapi demi adab kesopanan, hal-hal buruk tidak pantas disandangkan penyebabnya kepada Allah Swt.

Apakah benar bahwa sakit itu buruk? Dr. Andrew Weil, M.D. (dokter lulusan Harvard) dalam buku Spontaneous Healing mengatakan bahwa rasa sakit itu bagus karena ia menunjukkan bahwa ada gangguan di suatu tempat sehingga bisa dilakukan penyembuhan.

Penyakit tidak harus dihadapi dengan berperang atau digempur dengan obat antibiotik yang justru menjadikan bakteri dan virus bermutasi menjadi jenis baru yang lebih bandel dan ganas.

Penyakit harus dihadapi dengan upaya peningkatan daya tahan tubuh secara sabar dan terus menerus. Dengan pola makan serta gaya hidup jasmani dan ruhani yang baik, tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Kecuali untuk kasus-kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan medis tertentu.

Dengan demikian, ayat tersebut di atas bisa ditafsirkan ke dalam beberapa pengertian.

Pertama, Allah menyembuhkan suatu penyakit secara langsung sehingga membuat penyakit tersebut tiba-tiba hilang secara ajaib, baik dengan doa atau pun tidak. Kesembuhan seperti ini lebih bersifat pasif, untung-untungan, dan menunggu mukjizat.

Kedua, Allah menyembuhkan melalui faktor di luar diri penderita sakit (semisal dokter, tabib, terapis) dan benda (semisal obat, ramuan, alat-alat). Ini berarti kesembuhan diraih melalui perantara dan ikhtiar tertentu.

Ketiga, Allah sudah menitipkan kekuatan-Nya dalam tubuh manusia untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Penyembuhan dengan cara self-healing ini bisa dipelajari oleh semua manusia.

DR. A. M. Isran MBA, (penemu senam Perkasa yang didasarkan pada gerakan shalat) memaknai ayat di atas secara berbeda. Ia berpendapat bahwa apabila aku sakit, maka dia (penyakit tersebut) lah yang menyembuhkan aku. Penjelasannya begini, adanya penyakit bisa diketahui melalui rasa sakit ketika simpul-simpul syaraf di tubuh dirangsang pijitan.

Kebanyakan simpul-simpul itu berada di ruas-ruas jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan matakaki, sambungan sikut dan dengkul, sekitar mata, serta cuping hidung dan daun telinga. Dengan terapi di titik-titik itu, endapan yang menyumbat syaraf bisa dibongkar sehingga aliran bio-elektrik lancar dan badan menjadi sehat kembali.

Proses terapinya memang menimbulkan rasa sakit dan nyeri hingga membuat badan berkeringat. Nah, rasa sakit waktu dipijit itulah yang menjadi sebab sembuhnya penyakit. Jadi, sakit itu menyembuhkan bukan? Wallahu a’lam.

sumber; percikan-iman.com

DAN TANAMAN PUN BERTASBIH

Subhanallah! Terjawab sudah makna ayat yang menyatakan bahwa tumbuhan bisa bertasbih dan bersujud kepada Allah Swt

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” (Q.S Ar-Rahman [55]: 6)

Dalam Al-Quran, masih banyak ayat seperti di atas yang menyebut tentang tanaman dan pepohonan bertasbih dan bersujud kepada Allah. Selama ini, ayat-ayat tersebut ditafsirkan hanya sebagai kiasan. Artinya, tumbuhan bersujud dan bertasbih dengan cara tunduk pada hukum alam (sunnatullah).

Tanaman dianggap makhluk tak berjiwa. Mereka yang meyakini tanaman berjiwa akan dicap sebagai penganut animisme atau dinamisme yang musyrik. Sayang sekali, padahal hal itu (konsepsi pohon berjiwa) mengandung isyarat ilmu. Akhirnya, ilmuwan non-muslim lah yang berhasil menemukan fakta ilmiah tumbuhan yang mempunyai jiwa dan kecerdasan.

Richard Karban, ahli ekologi University of California, dalam makalahnya yang berjudul Ecology Letter di tahun 2008 membuktikan bahwa tumbuhan bisa merespon situasi lingkungannya. Mereka bisa berkomunikasi satu sama lain, bahkan juga saling memperebutkan mangsa. Mereka bisa bereaksi sama terhadap stimulus yang pernah dialami. Ini artinya mereka mempunyai memori.

Tanaman pemangsa bisa bergerak secepat 1/30 detik menangkap serangga. Bahkan bunga Morus Alba dapat menyergap mangsa dengan kecepatan kilat Mach 0.5. Tanaman lain bisa bergerak melingkar lebih lambat dalam hitungan beberapa jam.

Tanaman juga ‘berburu’ di bawah tanah dengan akarnya. Long Li, ilmuwan dari China Agricultural University (Beijing), meneliti respon akar kacang yang menyemburkan zat kimia asam untuk mengejar dan menangkap cairan fosfor (yang ia perlukan) di dalam tanah. Ketika serangga jenis tertentu memakan atau melubangi daunnya, tanaman tersebut mengeluarkan berbagai jenis zat kimia yang dapat ‘memanggil’ serangga jenis lain yang merupakan musuh serangga pertama. Bukan hanya itu, tanaman di sekitarnya juta ikut ‘berteriak’ dan membuat pertahanan.

Anthony Trewavas dari University of Edinburgh dalam bukunya mengatakan bahwa tanaman punya kemampuan problem solving. Ini berarti bahwa mereka memiliki kecerdasan. Pada bulan Mei 2009, para peneliti plant neurobiology berkumpul untuk kelima kalinya di Florence (Italia) untuk membahas keberadaan otak pada tumbuhan. Consuelo M De Moraes dari Penn State University menemukan bahwa tanaman bisa membedakan dirinya dari tanaman sejenis. Ini mengindikasikan bahwa tanaman mempunyai kepribadian khas yang membedakannya dengan tanaman (sejenis) lain.

Subhanallah! Terjawab sudah makna ayat yang menyatakan bahwa tumbuhan bisa bertasbih dan bersujud kepada Allah Swt. Shadaqallahul adzim.

sumber; percikan-iman.com

Kamis, 19 Agustus 2010

RINDU UJUNG TANAH

mentari beranjak sepi
jejak sore kian tenggelam
sambut seteguk kopi dingin
dan
sepiring makanan...

pada sore seperti ini,
mengepak sayap rindu
ingin terbang ke Ujung Tanah,
dan
berbuka puasa dengan kalian

kota juang, 19 agustus 2010 karya mukhlis abi fildza

Rabu, 18 Agustus 2010

PENULIS (KETJIL)

lewati jejak malam,
aku terus melangkah
detik demi detik tak berdetak,
sunyi...
bersama embun, ku rengkuh asa
sepiring nasi buat anakku
dari sepotong kalimat...

lewati jejak malam,
pena lusuh, kertas buram
menari-nari...
untuk jajan anakku besok pagi

kota juang, 18 agustus 2010 karya mukhlis abi fildza

Selasa, 17 Agustus 2010

EPISODE DAMAI MERDEKA

aku tak pernah lupa,
hikayat dari seorang lelaki tua tentang negeri endatu
bahwa kita adalah bangsa yang merdeka
berabad-abad ....
“Kita bukan pemegang sumpah Gajah Mada, Neuk” katamu suatu senja
aku diam...,
apa yang mesti ku jawab...?
aku adalah bocah kecil
sejarah bagiku adalah buku cetak
dan yang ku tau;
benderaku merah putih

aku tak akan lupa,
pada senja yang lain, tulang ringkihmu memompa dadaku
bahwa kita adalah anak cucu Iskandar Muda
“Kita bangsa yang berjaya, Neuk....” katamu
aku diam...,
apa yang mesti ku bantah....??
sementara engkau sudah mengibarkan bendera
berwarna merah, bergaris merah...
aku adalah sepasang mata kecil
yang tak mengerti apa arti perbedaan warna
karena pada setiap tiang bendera
yang kulihat;
adalah bendera merah putih

sampai pada saatnya,
satu per satu lelaki di kampungku berkurang
yatim bertambah, janda bertambah
aku masih belum tau;
ada apa gerangan?
karena aku adalah bocah kecil....
yang ku tau,
baju loreng adalah pahlawan....
(loreng agak pudar atau loreng agak terang, entahlah)

senja yang pekat sore tenggelam,
malam adalah petaka
setiap jengkal tanah bau amis darah
kata “merdeka” adalah sepotong nafas
yang segera mengakhiri hikayat tua
“Tanah makam perlu diperluas....” kata Keuchik
semua diam.... akupun diam
“Adakah aku pengisi makam berikutnya..?” batinku; seorang remaja
aku belum tau perang untuk siapa....

suatu ketika, sebuah meja bersatu warna
tiada lagi kata “merdeka”
senja adalah sahabat setia,
malam bukan lagi pencabut nyawa...
damai bersemayam di dada...

“Ternyata merah putih tetap bendera kita, Kek....” ucapku
pada suatu senja memerah jingga
(ketika mengunjungi makam kakek)

kota juang, 17 agustus 2010 jam 3 karya mukhlis abi fildza.
saya persembahkan untuk semua orang yang cinta damai

NB; neuk (bhs aceh) = nak...(bhs indonesia, panggilan lembut untuk anak kecil)

Jumat, 13 Agustus 2010

8 KEMULIAAN RAMADHAN

Rasulullah SAW memberikan sambutannya menjelang Bulan Suci Ramadhan.

“Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai sunnah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban.
Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan merupakan bulan santunan, bulan yang dimana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-Nya. Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut.” (HR Khuzaimah)

Sambutan Nabi Muhammad SAW ini merupakan teladan bagi umatnya dalam menghadapi datangnya Bulan Ramadhan. Sambutan hangat penuh kegembiraan yang Beliau sampaikan menunjukkan perlunya tarhib Ramadhan seperti khutbah Nabi ini ditradisikan kaum muslimin. Jika ada satu momen dimana kepala negara menyampaikan pidatonya tentulah momen tersebut bukan momen biasa. Itu sebuah program superpenting dengan momen paling istimewa. Demikian pula dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan keunggulan dan kemuliaan.

Dari hadits tersebut, Nabi kita menyebutkan 8 keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya, yaitu:

1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)

Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari hati yang bertakwa.”
Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Syahrul Mubarak

Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi detik di Bulan Suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya
dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya.
Keberkahan Ramadhan oleh Nabi kita secara garis besar dibagi 3, yaitu 10 malam periode pertama penuh rahmat Allah, 10 berikutnya diisi dengan ampunan (maghfirah), sedangkan di 10 malam terakhir merupakan pembebas manusia dari api neraka. Keberkahan yang Allah berikan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw.

3. Syahru Nuzulil Qur’an

Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah dalam rangkaian ayat puasa, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan
(pembeda).” (Al-Baqarah: 185)

Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk insan takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan wahyu pertama pada bulan Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang sampai dua kali untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an. Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam jiwa mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.

4. Syahrus Shiyam

Pada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim mengkonsentrasikan diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat Subuh atau Maghrib yang memakan waktu beberapa menit saja. Puasa Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam matahari (Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib membangun akhlaqul karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang makruh (yang dibenci Allah).

5. Syahrul Qiyam

Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan orang-orang saleh seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan benar di dalam shalat malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian derajatnya setiap mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.

6. Syahrus Sabr (bulan sabar)

Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.
Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko seperti dalam dakwah dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim beramal islami dalam berjamaah untuk meninggikan kalimat Allah.

7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)

Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang ditanamkan.

Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak, wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia ini. Memberi meskipun kecil, bernilai besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum pada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang diperoleh orang yang berpuasa.

8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min

Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang yang jadi pegawai dapat kelebihan pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.

Wallahu'alam....

sumber; eramuslim.com

Kamis, 12 Agustus 2010

TUGU JUANG

pada seonggok tugu
aku titipkan sejarah
bahwa disinilah gelora perang
kami tabuh
dan disinilah kain merah putih
kami kibarkan....
satukan jiwa, pekik merdeka
demi bumi pertiwi

kota juang, 12 agustus 2010 by mukhlis abi fildza

Minggu, 08 Agustus 2010

.......................................

merpati terbang rendah di negeriku
kabarkan segenggam cita
tentang tongkat serimbun beringin
tentang tanah harapan selebat belimbing
tentang tanah senikmat makanan
ada sorak gembira sebagian kaula
saat merpati hinggap di jendela
tangan-tangan lemah menengadah
coba robah kutukan ketelatan yang tak berujung

mungkin lewat kepak sayapnya
takdir akan berubah
dan kini,
sang burung pengantar berita itu
terbang tinggi kembali ke sarang
tinggalkan duka yang dalam
pada semak-semak padang ban
dan disini,
di kaki gunung topi
kami terpana
memandang puisi-puisi yang terserak
di rata sudut gampong
tertinggal bersama bulu-bulu putihnya
dan anak-anak
coba membingkainya
dalam pigura yang lusuh
di kamar tidur yang pengap

samadua, 8 agustus 2010 jam 12.43 by S.Junaidi,SH

(ketika saya sedang memposting sajak pertama dari Camat Samadua, saya buka sms datang lagi sebuah sms baru. inilah sajaknya yang langsung saya posting. juga tanpa judul... tapi kekuatan tulisan sangat luar biasa. nampaknya aku harus membuka literatur atau riwayat, jangan-jangan memang beliau, Bapak S.Junaidi itu seorang penyair beneran yang selama ini tidak aku (dan kawan-kawan) ketahui... silahkan teman-teman baca! yu....)
ketika rembulan merangkak pelan
matanya yang binar menyeruak kabut
di puncak bukit barisan
meleleh di sungai-sungai
menggenangi lautku
kucoba menangguk di keremangannya,
untuk memberkas cahaya
ka kukatakan pada dunia
inilah api yang kita gelorakan,
yang denyutkan nadi pertiwi.
dan ketika rembulan temaram di ufuk barat,
sembunyi dalam peraduannya.
aku gamang meraih asa.
adakah lagi sang penjaga malam...?
yang rela mengguyur cahaya
pada jalan yang telah kita retas.
adakah cinta kasih tersisa nanti...?
ketika gundah dalam tali temali
yang kita rentang menjerat
adakah harap menembus bilik bireuen
dari samadua...?

kata orang; di ruas jalan ini,
tak ada yang pasti
semua berubah,
bergilir dalam mesin waktu
yang digariskanNya.
hati tercekat dalam hening,
ribuan kata terhempas dalam bisu,
selaksa sesak menghimpit dalam sunyi
sejuta suara, gaduh dalam kelu.
hanya lafazd berbisik terdengar pelan
ucapkan selamat malam
dan impikanlah bulan.

dan malam ini aku berteriak panjang,
jangan hapus jejak dalam coretan,
yang telah kita pahatkan
dalam sudut negeri ini.

samadua, 7 agustus 2010 jam 23.00 by S.Junaidi.SH

(inilah sajak yang dikirimkan oleh Bpk S.Junaidi, Camat Samadua, kepada saya melalui sms, tadi malam ketika saya beranjak pulang ke Bireuen untuk mengabdi di kampung halaman. Saya sangat terharu, ternyata beliau sangat menghargai saya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, ternyata beliau sangat bisa menjadi "penyair"..... Dan sajak ini belum diberi judul, sehingga sayapun tidak mau memberi judul.... Terima kasih, Pak...semoga cepat datang peganti saya di Samadua untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai)

Sabtu, 07 Agustus 2010

SAJAK YANG TAK SELESAI

masih ingatkah kau tentang pertemuan itu
ketika hari pertama aku datang
saat kalian menatap lekat
bahwa aku adalah orang asing
dari pulau yang jauh...
masih ingatkah kau tentang aku,
seorang lelaki sederhana
yang tidak menjanjikanmu membeli laut
karena kemampuanku hanya sanggup menatap laut

masih ingatkah kau?
tentang sebingkai komitmen
yang kalian lukis pada hari kedua aku datang
bahwa itupun aku tidak memintanya
"inilah bentuk kesetian pada RTM, pak" kata kalian
entahlah...,
aku sendiri tidak mengingatnya
aku hanya mencatat

berhari-hari, berminggu-minggu
aku menikmati setiap jengkal harapan
bersama kalian
demi mimpi yang akan mereka genggam;
(para RTM itu)

setelah empat belas bulan lamanya
tiba saatnya aku pamit
meninggalkan mimpi yang belum terpatri
bagi mereka
(para RTM itu)

kini saatnya aku beranjak pergi
menjadi orang asing di tempat yang baru
maafkan aku,
karena aku-lah puisi yang tak selesai
mudah-mudahan kalian bisa melanjutkannnya.

ujung tanah, 7 agustus 2010 jam 2.12 by abi fildza

Rabu, 04 Agustus 2010

DAMAI

hati damai adalah danau yg tenang,
setelah ku tunggu berhari-hari....
akhirnya
aku akan menyelam didalamnya,
bersama kalian

Hotel Putroe Bungsu, 4 Agustus 2010 by abi fildza
(spesial buat anak-anak & umminya, akan pindah ke bireuen)

Senin, 02 Agustus 2010

SESUNGGING CINTA

dalam kesepian, aku-lah buluh perindu itu...
yang kau tunggu berhari-hari
pada saatnya tiba, sesungging cinta
akan jadi milikmu
sabar adalah sekuntum bunga
disiram selalu dengan rasa
setangkai senyum
adalah bahagia kita
dan bahagia anak-anak kita
dan,
waktu itu akan tiba...
tatap pagi bersama-sama

(ujung tanah, 2 Agustus 2010 by abi fildza)

Minggu, 01 Agustus 2010

PERPISAHAN

mendaki puncak malam
taman hati kian bisu
setangkai sedih adalah pelampiasan
ketika menghitung sisa hari...

rindu empat pasang mata,
adalah lara puluhan pasang mata
tiga belas bulan cukup sudah
ronakan cinta
pada Ujung Tanah

ketika hari kian dekat
haru biru menjadi satu
apa yang harus kukatakan...?
hati pilu, lidahpun kaku

wahai lanskap malam,
sekuntum rindu kutitip padamu
"tolong kamu jaga baik-baik...!"
Aku tetap cinta Samadua

(Ujung Tanah, 1 Agustus 2010 by abi fildza)

Kamis, 29 Juli 2010

BAHAYA FORMALIN

Saya tiba-tiba saja sangat ingin mengetahui lebih banyak tentang formalin. Bukan tanpa sebab. Pada awalnya, memori saya kebetulan saja sedang teringat pada formalin karena saya melihat seorang penjual mie di pasar yang mana mie-nya yang belum digoreng tidak dikerubuti lalat, padahal lalat mengerubuti jenis makanan yang lain. Sebab kedua, tanpa sengaja saya menemukan koran lama di rumah yang memberitakan tentang formalin.

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah, tahun 2005 dan tahun 2006, media surat kabar dan telivisi di negara kita pernah marak memberitakan tentang beredarnya produk makanan yang mengandung formalin di tengah masyarakat. Hanya saja issue itu tidak lama, karena kemudian datang berita lain yang hebohnya melebihi persoalan formalin, terutama berita politik. Dan persoalan formalin hilang dengan sendirinya dan tidak ada tindakan yang berkelanjutan dari pihak berwenang, padahal persoalan ini sudah memasuki taraf yang sangat mengkhawatirkan.

Dari berbagai referensi yang saya baca, dapat dikatakan bahwa formalin adalah sejenis bahan pengawet beracun. Namanya diambil dari larutan formaldedid. Dan bahan pengawet ini sangat berbahaya, sehingga Pemerintah melarang digunakan untuk mengawetkan makanan seperti tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999.
Pada dasarnya formalin banyak digunakan sebagai desinfektan untuk pembersih lantai, gudang, dan pakaian. Dan juga sebagai getmisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran. Formalin pun dapat dipakai untuk pembasmi serangga yang digunakan dalam industri tahu. Selain itu juga digunakan sebagai bahan kecantikan. Pada kesempatan lain, juga digunakan untuk mengawetkan mayat, seperti pada fisik almarhum Ferdinand Marcos.

Nah yang terjadi sekarang ini, formalin bukan hanya digunakan untuk kebutuhan yang seharusnya, tetapi juga sudah digunakan pada makanan kita sehari-hari. Hampir tidak ada makanan yang kita konsumsi terbebas dari formalin, khususnya bagi kita yang hidup di kota-kota besar. Kita seperti dikepung oleh segerombolan harimau, kota kita ibarat rimba raya. Tanpa kita sadari, bahwa makanan-makanan yang kita beli sudah dijejali formalin yang sesungguhnya lebih berbahaya dari sergapan harimau.

Sangat kita sayangkan, dibalik ancaman terhadap kesehatan orang banyak, sebagian orang lain menikmati hasilnya dengan sukacita. Para penghasil produk makanan seperti melupakan bahwa formalin sangat berbahaya dan menjadi hal biasa saja. Mereka menggunakan formalin hanya demi keuntungan semata sementara masalah kesehatannya bukan menjadi tanggung jawab mereka. Sungguh naif sekali...

Alasan yang dikemukakan oleh sebagian produsen adalah untuk menekan ongkos produksi serendah mungkin, akibat kenaikan harga BBM. Dengan begitu produksi tetap berjalan, daya beli masyarakat tetap terjaga. Itu hanya alasan pembenaran saja.
Kita berharap pemerintah melalui BPOM dapat melakukan tindakan tegas terhadap produsen atau pelaku industri yang menggunakan formalin dan zat-zat pengawet lainnya yang membahayakan kesehatan masyarakat. Dan kepada YKLI selaku wadah perlindungan konsumen agar lebih pro aktif, tidak harus menunggu pengaduan dahulu baru bertindak. YKLI dapat lebih giat melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang bahaya formalin dan zat-zat pengawet lainnya.

Hasil pengujian sampel yang dilakukan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), beberapa bahan makanan yang mengandung formalin adalah pada ikan asin sotong, ikan asin Sange Belah, ikan asin Teri Medan, ikan Cucut Daging Super, ikan Sepat Kering, ikan Tipis Tawar Kering, ikan Teri, ikan Cumi kering dan beberapa jenis ikan asin lainnya. Selain pada ikan asin, formalin juga terdapat pada tahu Segar Kuning, tahu Kuning, tahu basah, tahu segar putih kecil, tahu segar putih besar, tahu Cina, tahu Putih dan tahu Telur. Kita juga mesti mewaspadai bakmi super Keriting Telor, mie Keriting, mie Ayam, bakmi Gulung, Kwie Tiau dan mie basah berbagai bentuk.
Kita tidak boleh hanya terpaku pada segala bentuk makanan yang sudah diuji oleh BPOM, namun juga mesti waspada pada ikan basah/ikan yang baru dibawa pulang oleh nelayan yang sudah di laut berhari-hari. Bukan berarti semua ikan laut kita anggap mengandung formalin, tetapi hanya meningkatkan kewaspadaan saja. Begitu juga pada bakso atau mieso, kita tetap harus berhati-hati. Sebagian memang menggunakan formalin, tidak semua.

Bagi para konsumen agak sulit memang untuk mengenali ciri-ciri makanan yang mengandung formalin. Tetapi beberapa uraian berikut bisa sedikit mencerahkan agar terhindar dari formalin. Untuk jenis mie basah, jika mengandung formalin maka bau mie agak menyengat, mie basah tidak rusak sampai dua hari jika ditaruh diudara terbuka dan bertahan lebih dari 15 hari jika ditaruh di lemari es, selain itu mie basah tidak lengket lebih mengkilap dibanding mie secara umumnya.

Untuk tahu yang mengandung formalin, bau agak menyengat khas formalin dan kekenyalannya yang begitu kuat. Tahu tanpa formalin bila ditekan akan mudah hancur dan mengeluarkan aroma kedelai. Sedangkan ikan asin yang mengandung formalin, menurut BPOM tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar. Warna ikan asin pun bersih cerah, namun tidak berbau khas ikan asin dan tidak banyak dikerumuni lalat.
Mendapatkan formalin tidaklah sulit. Sejumlah toko kimia biasanya menyediakan dengan harga 20 ribu rupiah perliter. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, efeknya akan mematikan fungsi sel dan menyebabkan keracunan. Bisa juga iritasi lambung, kencing darah dan terburuk kanker yang berujung pada kematian.

Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan para produsen makanan yang sudah saya sebutkan di atas, tetapi hanya sebagai informasi bagi sebagian konsumen untuk berhati-hati, karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam makanan akan menjadi tabungan jelek bagi kesehatan kita semua. Terima kasih bagi produsen yang telah sangat menghargai nyawa orang lain, Insya Allah rezeki anda akan barokah bagi anggota keluarga.

Mukhlis Aminullah, konsumen, berdomisili di Samadua, Aceh Selatan.

Rabu, 28 Juli 2010

CATATAN HUJAN

terjebak hujan...
dalam satu catatan,
pd malam-malam akan berakhir.
catatan hujan...
adalah kabar gembira,
menanti hari ketika aku akan pamit.
pada gerimis malam aku berjanji,
tidak akan melupakan,
uluran tangan persahabatan....
ah, bersama hujan, aku makin cinta Samadua.

gunung kerambil 27 Juli 2010 22.25 by abi fildza)

Kamis, 22 Juli 2010

KESETIAAN

tidak ada kesetiaan,
kecuali kesetiaan antara laut dengan pantai..
bahkan kesetiaan ikan terhadap air
hanya sebatas ketika ikan belum masuk perangkap jaring manusia,
setelah itu; berakhir!!
secarik kertas akan segera melupakan Ujung Tanah,
kecuali akal budi, nasehat, dan keikhlasan persahabatan...
maafkan! aku tidak sanggup menjaga kesetiaan,
biarkan aku kayuh sampan,
do'akan aku dapat menjangkau pulau.

ujung tanah, 22 Juli 2010 by abi fildza
(sebuah ungkapan hati)

MEMORI BIRU

aku masih ingat
ketika kau utarakan akan menambat perahu
pada sebuah dermaga yang teduh
aku masih ingat
ketika kau katakan tak ingin lagi menikmati sunset
...sendirian
selembar kertas undangan
mengawali bait demi bait
sajak demi sajak
sampai aku yakin; dermaga yang kamu maksud adalah
seseorang yang sederhana
yang kemudian hari menemanimu
menikmati terbit tenggelam matahari
dalam keadaan halal

aku masih ingat
memori enam belas tahun yang lalu

happy birthday,semoga selalu dalam iman yang kokoh

dari : ummi fildza, 1 Juni 2010.

IZINKAN..! Puisi yg kamu kirim saya posting disini.

Selasa, 20 Juli 2010

BERSYUKUR OLEH KARUNIA ALLAH

Sesungguhnya Allah telah memuliakan manusia dari makhluk lainnya, serta memberikan banyak kenikmatan dan kemudahan dalam mengarungi dan menjalani kehidupan. Mereka dapat memenuhi segala kebutuhannya dengan memanfaatkan karunia yang ada di bumi ataupun di laut. Tidak lain agar manusia selalu bersyukur dan menaati apa yang telah diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, mereka akan termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.

Tak merupakan puncak kemuliaan manusia. Hendaknya semua orang berlomba untuk berada di bawah bendera takwa dalam naungan Allah. Bendera takwa inilah yang diangkat dan dikibarkan oleh Islam untuk menyelamatkan manusia dan fanatisme terhadap jenis kelamin, bangsa, kabilah, atau suku, dan keluarga serta keturunan.

Abu Hurairah r.a. berkata : “Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Salam, pernah ditanya, ‘Siapa manusia yang paling mulia? Beliau menjawab, “Manusia yang paling mulia atau terbaik disis Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka’. Mereka berkagta, “Kami tidak bertanya tentang itu’. Beliau bersabda, “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, karena ia Nabiyullah (nabi Allah), anak dan Khalilullah (kekasih Allah, ylaitu Nabi Ibrahim)’. Mereka berkata, ‘Bukan ini kami tanyakan’. Lalu, beliau balik bertanya, “Apa kalian bertanya kepadaku tentang barang tambang orang-orang Arab? Mereka menjawab,”Ya”. Nabi Sallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda, “Yang terbaik daintara kalian pada masa jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam, jika mereka faqih (paham dalam urusan agama)”. (HR.Bukhari).

“Sesungguhnya, Allah tidak melihat kepda bentuk (fisik) dan harta (kekayaan) kalian, tetapi melihat kepada hati dan amal perbuatan”. (HR.Muslim)

Tetapi, memang hanya sedikit manusia yang dapat bersyukur atas segela nikmat dan karunia yang sudah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada manusia. Manusia banyak yang ingkar dan berbuat dzalim, durhaka, bukan hanya kepada Allah, tetapi juga terhadap mereka sendiri. Manusia banyak yang berlaku ‘isyraf’ (berlebihan) dalam segala hal, khususnya menggunakan pemberian Allah berupa kenikmatan dunia, dan tanpa mensyukuri atas pemberian-Nya.

Setiap harta dan kekayaan mereka miliki seharusnya disadari sepenuhnya itu merupakan amanat, dan titipan dari Allah Azza Wa Jalla, dan kelak harus dipertanggungjawabkan dihadapan Rabbnya. Tidak ada setitik hartapun yang dimiliki oleh manusia, yang kelak tidak dipertanggung jawabkan kepada Rabbnya. Harta yang dimiliki dan amanah itu, seharusnya untuk dapat menyempurnakan keimanan dan aqidahnya, melalui cara tidak menjadikan harta dan kekayaan sebagai ‘ilah’ (tuhan) baru.

Tidak mungkin seorang mukmin hidupnya dapat mendua. Tidak mungkin seorang mukmin yang sejatih hidupanya menjadi ambivalen. Menjadi Allah Rabbul Aziz, tetapi sekaligus mencintai makhluk dan benda yang merupakan ciptaan-Nya. Manusia harus dapat membuktikan dalam hidupnya, bila dia seorang mukmin yang mukhlis, yaitu hanyalah mencintai Allah secara total, dan hanya menomorkan duakan, segala sesuatu selainnya.

Bila manusia sudah menyadari dirinya sebagai makhluk ciptaan-Nya, dan hanya menjadikan Allah itu, semata-mata tujuannya, tidak mungkin ada rasa berat untuk membagikan harta kekayaan yang merupakan amanah dari Allah, dan kemudian membagikan kepada fuqara dan masakin, yang sekarang ada di mana-mana, dan itu merupakan wujud syukur atas segala karunia.

Bila sikap hidu seperti itu, tidak mungkin akan ada orang yang rakus terhadap dan harta, dan akan selalu memiliki empati yang dalam terhadap mereka yang fakir dan miskin. Indonesia akan menjadi negeri yang aman dan penuh dengan kedamaian. Tidak ada lagi permusuhan dan fitnah diantara mereka.

Wallah’alam.

sumber ; eramuslim 19 Juli 2010.

Minggu, 18 Juli 2010

IBU 2

seandainya semua semangatmu tidak aku catat,
pastilah air mata sudah tumpah ke danau,
lauti asa demi asa orang yang kalah...
kelembutan dan kasih sayangmu adalah kepak sayapku,
hingga aku bisa seperti ini...
Ibu, semangatmu selalu kujaga...

(Ujung Tanah, 19 Juli 2010 by abi.fildza)

KISAH ORANG BODOH

ORANG BODOH yang sukses memang mustahil. Tapi semua bisa terjadi. Dulu sering kita dengar pameo, pu taduek pu tapike, boh manok hana tangke (untuk apa kita duduk untuk apa kita piker, telur ayam tidak bertangkai). Tapi sekarang pameo itu terbantakan setelah beberapa waktu lalu di Aceh Utaram ditemukan, ternyata ada ‘boh manok yang memiliki tangkai”.

Memang ajaib, tapi semua itu bisa saja terjadi. Boleh jadi disebabkan faktor alam atau karena factor lainya. Dalam termonologi “kebodohan” bahwa tidak semua yang pandai itu sukses, berkuasa. Buktinya betapa orang yang dianggap umum “bodoh” mereka meraih sukses dan berkuasa. Tentu, sebagai orang bodoh tugas selanjutnya adalah merekrut orang-orang pintar Walhasil, boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh identik dengan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaikinya. Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka disuruh orang pintar untuk membuatnya. Walhasil orang bodoh yang memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh. Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, dan orang pintar percaya. Selanjutnya, orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.

Karenanya, untuk apa orang pintar berdemo, apalagi meratap-ratap kepada orang bodoh. Karena sudah lazim bahwa kebodohan tidak mungkin bisa disandingkan dengan kepintaran. Kebodohan tetap saja dengan keadaannya, bodoh, dan bila ada kritik orang pintar sudah pasti akan dipandang sebagai sikap bodoh.

Alkisah tentang kebodohan terjadi di sebuah Negeri Peringgi. Pagi itu berkumpullah para petinggi negeri untuk membicarakan bagaimana membangun negeri demi kemakmuran rakyat. Untuk itu, diperlukan pembiayaan yang memadai sehingga seluruh rencana bisa berjalan dengan lancar. Dalam pertemuan tersebut, salah seorang petinggi negeri angkat bicara; bahwa untuk tahun ini Negeri Peringgi membutuhkan anggaran biaya dengan “plafon” mencapai 1 Trilyun. Mendengar itu, sontak seorang petinggi lainnya protes dan membantah dengan berteriak, “untuk apa uang sebesar itu kita hambur-hamburkan hanya untuk membuat plafon? Padahal plafon di kantor ini masih cukup baik dan belum perlu diganti! Lihatlah plafon yang di atas kepala tuan-tuan ini, bukankah masih cukup indah? Untuk apa kita habiskan sampai 1 Trilyun menggantinya? Itu kan gagasan bodoh, karena sangat tidak punya nurani kerakyatan!” tukasnya.

Mendengar bantahan tersebut, kini gilirannya petinggi yang menggagas menjadi bingung. Maka mulailah bertanya-tanya; apakah memang ia sudah bodoh? Boleh-jadi hal itu benar, apalagi selama ini dia sendiri sering berdiskusi bahkan “bertukar pikiran” dengan orang-orang bodoh, maka bisa saja pikiran yang dulu pintar sekarang sudah ditukar dengan milik orang bodoh. Maka wajar ketika jawaban tidak seperti dimaksudkannya.

Tentang kebodohan, sebenarnya bukanlah aib yang harus ditutup dengan berdiam diri. Hanya saja bodoh menuntut pergolakan agar ia dapat bungkam. Pergolakan inilah yang kemudian dijabarkan di dalam proses menuntut ilmu. Dan inilah yang dikisahkan, ketika ada dua seorang dalam satu masjid. Satunya sedang melaksanakan salat, dan satu lagi tidur. Lalu, ketika syetan masuk ingin mengganggu orang yang salat, ia melihat ada orang tidur. Lalu syetan pun lari lintang pukang. Ketika ditanya oleh mbah si setan; kenapa lari, yang dijawab si syetan karena ada orang tidur tapi berilmu. Ternyata setan lebih takut pada orang punya ilmu walaupun tidur daripada orang melek, bahkan sedang salat tapi tidak memiliki ilmu.

Maka wajar ketika realitas hari ini banyak orang melek, sukses secara materi bahkan berkuasa, tapi karena tidak memiliki ilmu alias bodoh, maka keadaan tetap tidak berubah malahan semakin menjadi semerawut, tak ada aturan karena sesungguhnya kita hanya memiliki keberanian dengan segala kebodohan. Ironinya, ketika al-jahlu (kebodohan) ini disadari, namun tidak upaya untuk memperbaikinya. Justru sebaliknya terlena dengan pikiran bodoh itu sendiri, mempertahankan karakteristik kebodohannya dimana emosinya selalu mengalahkan logikanya. Untuk itu kalau kita siap, mari kita “nikmati” saja kelakuan kebodohan itu sampai waktunya akan berubah

sumber : Hr.Serambi Indonesia, 18 Juli 2010. tulisan Ampuh Devayan.

MUALLAF-NYA MARYAM JAMEELA

Dunia mengenal tokoh yang satu ini sebagai seorang intelektual serta penulis ternama di bidang agama, filsafat, maupun sejarah. Maryam Jameela, demikian nama muslimnya. Ia telah menghasilkan sejumlah karya yang cukup penting dalam khazanah pemikiran Islam, antara lain Islam and Western Society: A Refutation of the Modern Way of Life, Islam and Orientalis, Islam in Theory and Practice, dan 'Islam and the Muslim Woman Today'.

Salah satu hal yang patut dicatat dari tulisan-tulisan serta pemikiran Maryam Jameela, adalah keyakinannya terhadap agama Islam yang dinilainya sebagai agama terbaik. Islam merupakan agama dengan keunggulan paripurna, sehingga merupakan satu-satunya jalan untuk menuju kehidupan lebih baik, baik di dunia maupun akhirat.

Melalui karyanya, Maryam ingin menyebarkan keyakinannya itu kepada segenap umat Muslim di seluruh dunia. Harapannya adalah agar umat semakin percaya diri untuk dapat mendayagunakan keunggulan-keunggulan agama Islam tersebut demi meraih kejayaan di berbagai bidang kehidupan.

Sikap dan pemikiran yang ‘trengginas’ itu tampaknya tak bisa dilepaskan dari latar belakang kehidupan cendekiawan ini. Sejatinya, wanita kelahiran 23 Mei 1934 tersebut adalah seorang Yahudi. Keislamannya berlangsung ketika masih berusia remaja.

Ia menyandang nama Margareth Marcus sebelum memeluk Islam. Berasal dari keluarga Yahudi, Margareth dibesarkan dalam lingkungan yang multietnis di New York, Amerika Serikat. Nenek moyangnya berkebangsaan Jerman. "Keluarga kami telah tinggal di Jerman selama empat generasi dan kemudian berasimilasi ke Amerika," papar Maryam, dalam buku Islam and Orientalism .

Margareth kecil sangat menyukai musik, terutama simphoni dan klasik. Prestasinya pada mata pelajaran musik pun cukup membanggakan karena selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Hingga suatu hari dia mendengarkan musik Arab di radio, dan langsung jatuh hati.

Kian hari dirinya makin menyukai jenis musik ini. Margareth pun tak sungkan meminta kepada ibunya agar dibelikan rekaman musik Arab di sebuah toko milik imigran Suriah. Sampai akhirnya, dia mendengar tilawah Alquran dari sebuah masjid yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya di kota New York.

Margareth merasa ada kemiripan bahasa antara musik Arab dan Alquran tadi. Akan tetapi, yang didengarnya di masjid, jauh lebih merdu. Sehingga, demi untuk menikmati keindahan lantunan ayat-ayar Alquran itu, Margaret kecil rela menghabiskan waktu untuk duduk di depan masjid .

Ketika beranjak dewasa, barulah Margareth mengetahui bahwa pelantun irama yang merdu dan telah membuainya semenjak kecil, adalah pemeluk agama Islam. Sedikit demi sedikit dia lantas berusaha mencari informasi tentang Islam, tanpa pretensi apapun terhadap agama ini.

Persinggungan yang semakin intens dengan Islam baru terjadi saat menempuh pendidikan di New York University. Usianya 18 tahun kala itu. Pada tahun keduanya, Margareth mengikuti mata kuliah Judaism in Islam karena ingin mempelajari Islam secara formal.

Setiap perkuliahan, sang dosen kerap menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang diadopsi dari agama Yahudi. Segala yang baik dalam Islam pada dasarnya berasal dari kitab Perjanjian Lama, Talmud dan Midrash. Tak jarang pula diputar film-film tentang propaganda Yahudi. Intinya, yang dipaparkan di ruang kuliah sering kali menunjukkan inferioritas Islam dan umat Muslim.

Akan tetapi, Margareth tidak begitu saja termakan indoktrinasi ini. Dia merasa ada yang aneh dengan segala penjelasan tadi karena terkesan menyudutkan. Dirinya merasa tertantang untuk membuktikan bahwa segala yang diterimanya di perkuliahan ini lebih bernuansa kebencian kepada Islam.

Margareth menyediakan waktu, pikiran dan tenaga yang cukup panjang untuk mempelajari Islam secara mendalam, sekaligus membandingkannya dengan ajaran Yahudi. Apa yang terjadi? Dia justru banyak melihat kekeliruan dalam agama Yahudi, sebaliknya menemukan kebenaran pada Islam.

Hasil penelaahannnya dicurahkan dalam suratnya kepada Abul A'la al-Mawdudi, seorang ulama besar Pakistan. Di situ sia menulis, “Pada kitab Perjanjian Lama memang terdapat konsep-konsep universal tentang Tuhan dan moral luhur seperti diajarkan para nabi, namun agama Yahudi selalu mempertahankan karakter kesukuan dan kebangsaan. Sebagian besar pemimpin Yahudi memandang Tuhan sebagai agen real estate yang membagi-bagikan lahan untuk keuntungan sendiri. Maka, walau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Israel sangat pesat, namun kemajuan material yang dikombinasikan dengan moralitas kesukuan ini adalah suatu ancaman bagi perdamaian dunia."

Kecintaan Margareth kepada Islam tak terbendung lagi. Dirinya semakin mantap untuk memilih Islam sebagai jalan hidup. Akhirnya ketika berusia 19 tahun, Margareth resmi memeluk Islam, tepatnya pada tahun 1961. Dia mengganti namanya menjadi Maryam Jameela.

Seperti tertera dalam buku Islam and Orientalism, sebenarnya keinginan menjadi mualaf sudah sejak jauh-jauh hari, akan tetapi selalu dihalangi keluarganya. Mereka menakut-nakutinya dengan mengatakan bahwa umat Islam tidak akan bersedia menerimanya karena berasal dari keturunan Yahudi.

Namun, Margareth tidak gentar, dan dia mampu membuktikan bahwa apa yang dikatakan keluarganya tidaklah benar. Umat Muslim justru menyambutnya dengan hangat. Keputusan beralih menjadi Muslimah, diakuinya kemudian, juga turut dipengaruhi oleh kekagumannya pada dua karya terkenal dari Mohammad Assad, yakni The Road to Mecca dan Islam at Crossroad .

Setelah berislam, dia mengalami semacam transformasi pola pikir yang dia istilahkan sebagai ‘transformation from a kafir mind into a Muslim mind’ (transfomasi dari pikiran kafir ke pikiran Muslim). Menurut Maryam, perubahan pola pikir yang memengaruhi perilaku dan tutur kata dalam kehidupan sehari-hari, akan terjadi bila seseorang memasuki ruang keislaman. Ada perbedaan mendasar antara pemikiran dari seorang Muslim dan kafir.

Tak lama setelah itu, Maryam memulai kegiatan penuangan ide, gagasan dan pemikirannya sebagai penulis tetap pada majalah Muslim Digest terbitan Durban, Afrika Selatan. Artikel-artikelnya kerap menekankan inti ajaran tentang akhlak, takwa dan iman, serta kebenaran dalam agama Allah SWT. Dan melalui aktivitas di jurnal itu, dia semakin akrab dengan Mawlana Sayid Abu Ala Mawdudi, pendiri Jamaati Islami (Partai Islam) Pakistan, yang juga kontributor di jurnal yang sama.

Maryam sangat terkesan dengan karya dan pemikiran-pemikiran Mawdudi, sehingga memutuskan untuk berkorespondensi. Surat-menyurat antara keduanya dilakukan pada kurun waktu 1960 dan 1962, dan kemudian dibukukan dengan judul Correspondences Between Mawlana Mawdoodi and Maryam Jameela . Keduanya saling berdiskusi tentang banyak hal terkait kehidupan umat Muslim, hubungan Islam dan Barat, serta masih banyak lagi.

Sebenarnya, beberapa saat sebelum memeluk Islam, Maryam Jameela sudah aktif menulis sejumlah artikel yang intinya membela Islam. Dia juga gencar mengkritik berbagai paham modern yang seolah hendak dipaksakan untuk diterapkan kepada masyarakat Islam.

Atas undangan Mawdudi, di tahun 1962, Maryam datang ke Pakistan. Tak sekadar berkunjung, dia bahkan disarankan untuk menetap di Lahore agar bisa lebih fokus pada aktivitas intelektualnya. Beberapa waktu kemudian, dia menikah dengan Muhammad Yusuf Khan.

Sejak menetap di Pakistan, Maryam menghasilkan sejumlah karya yang berpengaruh, termasuk dalam menerjemahkan ideologi Jamaati Islami dengan bahasa yang sistematis sehingga diterima secara luas. Meski tidak secara formal terlibat dalam partai itu, Maryam adalah salah satu pembela paling gigih terhadap paham dan ideologi Jamaati Islami. Hingga kini, Maryam masih tinggal di Pakistan dan terus berkarya.

sumber: Hr.Republika

TIGA LANGKAH MENGASAH KEKUATAN SPRITUAL

Manusia sebagai makhluk tertinggi ciptaan Allah memiliki kemampuan tak terbatas. Tidak saja kemampuan fisik, intelektual, dan moral, tetapi juga kekuatan spiritual. Sebagian dari kekuatan itu telah dikenali dengan baik, tetapi sebagian lagi, terutama yang berhubungan dengan kekuatan rohani manusia (spiritual power), belum banyak yang diketahui dan dikembangkan. Tak heran bila ada pakar yang menyebut manusia sebagai The Unknown, yaitu makhluk yang belum sepenuhnya diketahui.

Kekuatan spiritual ini, menurut ulama besar dunia, Yusuf al-Qaradhawi, bermula dari penanaman (peniupan) roh ketuhanan atau spirit ilahi ke dalam diri manusia (QS Shad [38]: 71-72), yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang unggul dan unik. Firman-Nya, "Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (QS Almu'minun [23]: 14).

Menurut al-Qaradhawi, ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk mengasah dan mempertinggi kekuatan spiritual ini. Pertama, al-iman al-`amiq, yaitu memperkuat iman kepada Allah SWT dengan selalu mengesakan dan menyandarkan diri hanya kepada-Nya.

Kedua, al-ittishal al-watsiq, yaitu membangun hubungan dan komunikasi yang kuat dengan Allah SWT. Komunikasi dilakukan dengan ibadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah wajib (al-mafrudhat) ataupun ibadah-ibadah sunah (al-mandubat).

Ketiga, tathhir al-qalb, yaitu upaya menyucikan diri dari berbagai penyakit hati. Kekuatan spiritual, menurut Qaradhawi, berpusat di hati atau qalb, fu`ad, atau al-ruh. Penyucian dilakukan agar hati atau kalbu sebagai "pusat kesadaran" manusia menjadi "sensitif" sehingga senantiasa ingat kepada Allah, takut akan ancaman dan siksa-Nya, serta penuh harap (optimistis) terhadap rahmat dan ampunan-Nya.

Menurut al-Qaradhawi, kekuatan spiritual ini adalah pangkal (al-asas), sedangkan kekuatan-kekuatan lain hanyalah penunjang (al-musa`id). Bahkan, menurut Sayyid Quthub, tak ada kekuatan lain yang bisa menandingi kekuatan yang satu ini. Nabi SAW dan kaum Muslim pada awal periode Islam diminta oleh Allah SWT agar mempertajam kekuatan ini dengan turunnya surah Almuzammil dan Almuddatstsir.

Oleh sebab itu, para aktivis perjuangan Islam, menurut Quthub, wajib hukumnya memiliki kekuatan spiritual ini. Dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur'an, Sayyid Quthub menegaskan kedahsyatan kekuatan yang satu ini. Katanya, "Bekal mereka adalah iman. Perbendaharaan mereka juga iman. Sedangkan, sandaran mereka adalah Allah. Semua bekal, selain bekal iman, pasti habis. Semua perbendaharaan, selain perbendaharaan iman, juga habis. Sementara itu, setiap sandaran, selain sandaran Tuhan, bakal roboh."

Wallahu a'lam.

sumber: A.Ilyas Ismail, Hr.Republika 16 Juli 2010

Sabtu, 17 Juli 2010

KEKUATAN PIKIRAN

Manusia memiliki 2 unsur didalam diri yang berperan dalam kehidupannya yaitu unsur fisik dan non fisik. Unsur fisik adalah tubuh anda beserta semua panca inderanya, sedangkan unsur non fisik adalah pikiran anda. Keduanya memiliki peran yang berbeda namun berada di dalam satu bentuk yaitu diri anda. Keduanya tidak dapat berdiri sendiri sehingga saling bergantung. Seperti halnya tubuh tidak akan dapat menjalankan fungsinya tanpa adanya pikiran, begitu juga pikiran tidak dapat terwujud tanpa dibantu oleh tubuh sebagai pelaksananya.

Cara Pikiran Bekerja

Anda mungkin tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi atas diri anda adalah hasil dari apa yang ada di pikiran anda. Tubuh anda hanyalah menjalankan perintah dari pikiran yang kemudian akan direspon oleh alam semesta dengan feedback yang sama. Jika anda melakukan sesuatu yang positif, alam semesta akan memberikan feedback yang positif pula. Jika anda melakukan sesuatu yang negatif, maka alam semesta juga akan memberikan feedback yang negatif. Pertanyaannya adalah bagaimana anda bisa melakukan sesuatu yang positif jika perintah yang keluar dari pikiran anda adalah negatif. Tidak mungkin bukan? Dengan kata lain, pikiran lah yang menguasai tubuh.

Saya yakin anda pasti tahu permainan Tetris. Pikiran manusia sama seperti permainan tersebut. Setiap input yang dimasukkan kedalamnya akan membentuk sebuah lapisan yang akan menumpuk terus menerus. Lapisan yang sama akan saling tarik menarik dan akan berkumpul menjadi satu kelompok lapisan. Lapisan-lapisan yang berasal dari input yang negatif akan membentuk kelompok lapisan negatif. Sedangkan lapisan-lapisan yang berasal dari input yang positif akan membentuk kelompok lapisan positif. Setiap input baru yang masuk kedalam pikiran akan makin memperkuat masing-masing kelompok lapisan tersebut sesuai dengan jenisnya. Beberapa input yang membentuk lapisan positif adalah rasa simpati, kebahagiaan, belas kasih, keikhlasan, rasa percaya diri, optimis, keyakinan, konsentrasi. Beberapa input yang membentuk lapisan negatif adalah kemarahan, kebencian, ketakutan, kekhawatiran, kesombongan, iri hati, keegoisan, keputusasaan, mengasihani diri sendiri, rasa bersalah, pesimis, minder.

Nah, sekarang bisakah anda bayangkan bahwa jika anda terlalu banyak memasukkan input negatif ke dalam pikiran, maka kelompok lapisan negatif itulah yang akan mendominasi pikiran anda. Dan karena jenisnya sama, tanpa disadari anda juga sedang menarik semua energi negatif dari alam semesta kedalam diri anda. Oleh sebab itu, janganlah heran jika kemudian kehidupan anda hanya berisi masalah, rintangan, keributan dan kegagalan. Jadi tugas anda adalah memastikan bahwa yang masuk kedalam pikiran anda hanyalah hal-hal yang positif. Bahkan lebih jauh lagi anda perlu memasukkan hal-hal yang optimis ke dalam pikiran anda. Dengan pikiran dan cara pandang yang optimis, segala hal yang anda lakukan akan anda kerjakan dengan positif dan penuh percaya diri. Alhasil, seluruh alam semesta pun akan mendukung anda untuk mewujudkannya. Tanpa sadar, anda sedang menarik semua energi positif yang ada diluar kedalam diri anda. Kalau sudah demikian, keberhasilan dan kesuksesan bukanlah suatu hal yang mustahil.

Menjadi Majikan Dari Pikiran Anda Sendiri

Pikiran manusia sangatlah rapuh dan mudah goyah. Kalau diibaratkan, pikiran kita seperti nyala api lilin ditengah-tengah hembusan angin yang datang dari berbagai arah. Tugas kita adalah menjaga agar nyala api lilin tersebut tidak goyah oleh hembusan angin. Oleh karena itu, pikiran haruslah diperkuat. Memperkuatnya yaitu dengan cara memasukkan hanya hal-hal yang positif secara terus menerus. Seperti halnya tubuh membutuhkan makanan yang bergizi agar bisa tumbuh sehat, begitu juga pikiran membutuhkan hal-hal yang positif sebagai makanannya supaya bisa berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi diri anda. Di sisi lain, seperti halnya racun akan membuat tubuh lemah dan tak bertenaga, begitu juga hal-hal negatif akan membuat pikiran anda menjadi lemah dan tidak dapat memberikan solusi yang baik.

Pikiran yang kuat akan mudah untuk dikendalikan. Seekor anjing yang belum dijinakkan akan menjadi buas, menggigit dan hanya memberikan masalah bagi tuannya. Namun jika sudah dijinakkan, dia tidak hanya akan menjadi anjing penurut tetapi juga berguna untuk membantu dan melindungi tuannya. Begitu juga dengan pikiran, jika anda tidak dapat menjinakkannya maka anda lah yang akan dikendalikannya dan dia hanya akan memberi anda masalah. Namun jika anda sudah dapat menjinakkan dan mengendalikannya, maka pikiran anda akan membantu menyelesaikan berbagai masalah yang anda hadapi.

Memprogram Ulang Pikiran

Jika anda sudah mengetahui bahwa apa yang anda masukkan di dalam pikiran anda dapat terjadi, bukankah anda ingin memasukkan sesuatu yang ingin anda capai kedalam pikiran anda supaya dapat benar-benar terwujud?
Seorang sahabat saya, Krisnawan Putra, sudah membuktikannya. Setelah beberapa saat refreshing dari kepenatan pekerjaannya, suatu hari saat bangun pagi dia meyakinkan dirinya bahwa hari itu dia akan memulai lagi aktivitasnya dan pasti akan menerima banyak tawaran kerjasama. Sungguh luar biasa hasilnya, sepanjang hari itu 5 proyek langsung mengalir.

Jangan pernah meremehkan kekuatan pikiran anda. Jika anda saat ini tengah depresi dan menganggap diri anda adalah orang yang gagal, hati-hatilah karena pikiran anda akan mewujudkannya menjadi kenyataan. Jika anda saat ini merasa bahwa nasib anda sudah berakhir dan anda tidak bisa keluar dari masalah yang dihadapi, hati-hatilah karena itulah yang akan terjadi pada diri anda. Rubahlah cara anda melihat sesuatu. Tanamkanlah bahwa selalu ada sisi positif dalam setiap kejadian, dan gunakanlah sisi itu. Thomas Alva Edison harus mencoba berkali-kali sampai akhirnya dia berhasil menciptakan lampu. Namun dia tidak pernah mengatakan bahwa dia gagal. Dia selalu mengatakan : "I have not failed. I've just found 10.000 ways that won't work." Saya tidak gagal tetapi justru menemukan 10.000 cara yang tidak benar.

Saya menyarankan anda untuk memprogram ulang pikiran anda mulai dari sekarang. Katakan dan tanamkan di pikiran anda hal-hal yang ingin anda raih. Bayangkan anda telah berhasil melalui masalah yang sedang anda hadapi dan betapa anda merasakan kegembiraannya. Pikirkan hal-hal yang akan anda lakukan ketika semuanya telah ada di genggaman anda. Tanamkan di pikiran bahwa anda saat ini sedang menuju kesana dan akan berhasil. Bila perlu, anda bisa juga menyuarakannya dengan mulut anda sambil membayangkannya. Yang perlu diingat, gunakanlah bentuk kalimat yang positif. Misalnya, katakanlah "Saya adalah orang yang berhasil". Jangan gunakan kalimat "Saya bukan orang yang gagal." Berkacalah di cermin setiap pagi sebelum memulai hari anda, dan katakanlah :

- Tuhan sangat menyayangi saya.
- Hari ini saya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.
- Hari ini saya akan menghasilkan banyak hal baru.
- Saya akan menjadi orang berhasil.
- Saya akan meruntuhkan semua rintangan yang ada.
- Saya akan berhasil melewati semua masalah ini.
- Orang lain makan nasi, saya juga makan nasi. Jadi jika orang lain bisa, saya juga bisa.

Dengan memprogram ulang pikiran anda dengan hal-hal yang positif dan optimis, anda telah menggeser dominasi lapisan-lapisan negatif yang ada didalam pikiran anda. Kemudian, anda akan melihat dan merasakan begitu besar energi positif yang anda tarik disekeliling anda yang akan benar-benar mewujudkan apa yang ingin anda raih.

Kamis, 15 Juli 2010

SABAR

kalau ada pulau yang jauh,
itulah kiranya diriku...
yang tak sanggup kau kayuh sampan
untuk menggapainya
jika suatu saat Allah menyatukan,
selaut rindu adalah milikmu...
dan milik anak-anak kita

(Ujung Tanah, 15 Juli 2010 by abi fildza)
bersabar menunggu pindah tugas ke kampung halaman

RINDU 5

kamu adalah dermaga
ketika ku bersandar kamulah tambatannya
pada laut kukirim cinta,
kerinduanku pada puan...
ketika malam menyambut pagi,
mata tak bisa jua terpejam
pada siapa ku titip rindu,
sementara kalian sudah tidur

wahai puan, apa kabar anak-anakku hari ini?

(Ujung Tanah, 6 Juli 2010 by abi fildza)
rindu anak-anak & ummi-nya

RINDU 4

pada sore-sore seperti ini,
aku jadi ingat kampung halaman
apa yang sedang kalian lakukan,
tiga permataku...
adakah kalian sedang takluk oleh kelembutan
perempuan berjilbab lebar...
ataukah
kalian sedang menghitung senja, berapa senja lagi
ayahmu akan pulang?
wahai gerimis malam...
jangan biarkan tiga permata-ku
tidur tanpa cerita dongeng
biarkan mata teduh ibu-nya antar mereka mimpi
muda-mudahan pagi berikutnya
ayahmu ada!

(tapaktuan, 3 Juli 2010 by abi fildza)
rindu banget pada anak-anak & umminya