Selasa, 05 Oktober 2010

FAKTA DUNIA PENDIDIKAN

Sebenarnya topik panas hari ini yang ingin saya tulis adalah masalah pengajuan nama Timur Pradopo sebagai calon Kapolri oleh Presiden kepada DPR. Tapi tidak jadi saya angkat, mengingat hampir seluruh media telah mengupasnya dengan tuntas, terutama dari sisi politis, karena diajukan secara mendadak oleh Presiden.

Saya ingin sedikit mengulas atau menceritakan tentang bobroknya dunia pendidikan, khususnya kejadian nyata sehari-hari. Pada kesempatan ini saya tidak bermaksud menelanjangi para guru, terlebih lagi ada sebagian guru masih memelihara nilai-nilai luhur profesi sebagai guru.

Namun saya ingin menulis fakta, agar menjadi bahan renungan kita semua, sehingga tergerak batin kita untuk bersama-sama memperbaiki. Syukur, kalau ada rekan guru yang tersinggung, sehingga ketahuan bahwa rekan itu termasuk dalam golongan yang berperilaku tidak baik. Ayo, akan saya uraikan satu per satu deh.....

Pertama; masih banyak guru yang tidak masuk kelas alias bolos, sehingga kelas terbengkalai dan mengganggu kelas yang lain, karena muridnya gaduh. Satu sisi guru tersebut telah menunjukkan perilaku tidak bagus yaitu koruptif (korupsi waktu).

Kedua; pada kasus lain, ada guru atau tepatnya sekelompok guru berkumpul dan berserikat untuk secara bersama-sama "menggoyang" Kepala Sekolah karena ada kepentingan pribadinya tidak dipenuhi oleh pimpinan. Pada satu sisi kejadian ini akan menurunkan wibawa sang guru, namun pada sisi yang lain, juga akan merusak kewibawaan pimpinan.

Ketiga; pada saat Ujian Nasional, secara berjamaah, hampir semua guru memberikan kunci jawaban kepada siswanya. Biasanya kunci jawaban beredar tiga atau empat hari sebelumnya. Alasan yang dikemukakan adalah demi menjaga rangking sekolahnya saat UN selesai. Padahal dengan perilaku demikian, bukan hanya menurunkan derajat pendidikan, namun juga menurunkan wibawa para guru di mata siswa-siswanya. Selain itu juga akan berdampak pada menurunnya minat siswa untuk belajar, toh pada saat ujian akan ada kunci jawaban. Tragisnya, saat pengumuman rangking kelulusan UN, dengan bangga media menulis kelulusan UN di kabupaten A atau provinsi B memuaskan.

Keempat; fenomena "jual bangku" pada saat penerimaan siswa baru (Tahun Ajaran baru). Sudah rahasia umum juga, bahwa kalau ada calon siswa yang tidak lulus tes masuk sekolah atau madrasah, tetap akan bisa masuk lewat jalur belakang dengan catatan si orang tua harus menyediakan sejumlah uang kepada pimpinan sekolah. Ini juga perilaku koruptif yang mendarah daging. Seakan sudah menjadi hal biasa, bukan sesuatu yang patut dipertanyakan.

Kelima; yang terakhir adalah bobroknya proses sertifikasi guru. Dimulai saat guru sibuk "mengumpulkan" sertifikat (masing-masing sertfikat akan dinilai bobotnya). Kenapa saya katakan mengumpulkan dalam tanda kutip? Karena sertifikat-sertifikat tersebut diperoleh dengan jalan yang kotor. Maksudnya, penerima sertifikat tidak pernah mengikuti kegiatan yang dimaksudkan dalam sertifikat itu. Alias sertifikat bodong. Model demikian dengan mudah diperoleh. Malah ada oknum guru yang menjadi pabrik sertifikat bagi rekan-rekannya, dengan catatan sertifikat itu tidak gratis.
Selajutnya, saat proses sertifikasi dilakukan juga akan ditempuh upaya-upaya haram agar proses pemerikasaan berjalan lancar. Pihak instansi terkait juga sudah sangat mengetahui perilaku itu, tapi tetap melanjutkan proses sertifikasi.
Maka pada saat sekarang, lahirlah guru-guru yang sebenarnya "tidak berhak" menyandang TELAH LOLOS SERTIFIKASI.

Semua perilaku tersebut di atas, sudah menjadi rahasia umum, termasuk diketahui oleh para siswa sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa wibawa guru sudah sangat menurun di mata siswa. Sehingga, apapun yang disampaikan oleh guru terhadap siswa akan dianggap angin lalu, yang pada akhirnya akan menurunkan minat belajar. Bisa ditebak apa endingnya, yaitu mutu lulusan sangat rendah. Maka lahirlah generasi bodoh dengan nilai ijazah yang tinggi. Semua itu kamuflase semata.

Kesimpulan yang bisa saya tulis adalah dengan bobroknya dunia pendidikan, terutama perilaku sebagaian guru, akan melahirkan generasi yang bodoh, tidak berakhlak, dan akhirnya menjadi beban bagi bangsa dan negara.

Mari kita pantau secara bersama-sama. Sebagai warga masyarakat, kita wajib mengkritisi dan menegur perilaku yang salah dari para pelaku di dunia pendidikan, yang tentu saja disertai dengan solusi yang membangun.

Mudah-mudahan tulisan ini mendapat tanggapan yang posiitif. Terima kasih kepada isteri saya, tulisan ini juga merupakan protes dari gejolak batinnya.

Mukhlis Aminullah, Direktur Eksekutif LSM LEPOEMAT Bireuen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar