Sabtu, 29 Oktober 2016

PENGERTIAN PARTISIPASI POLITIK DAN BENTUK-BENTUK PARTISIPASI POLITIK

Pengertian partisipasi politik adalah kegiatan warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik.[1] Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warganegara, bukan politikus ataupun pegawai negeri dan sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa.[2]

Definisi partisipasi politik yang cukup senada disampaikan oleh Silvia Bolgherini. Menurut Bolgherini, partisipasi politik " ... a series of activities related to political life, aimed at influencing public decisions in a more or less direct way—legal, conventional, pacific, or contentious.[3] Bagi Bolgherini, partisipasi politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan politik, yang ditujukan untuk memengaruhi pengambilan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung -- dengan cara legal, konvensional, damai, ataupun memaksa.

Studi klasik mengenai partisipasi politik diadakan oleh Samuel P. Huntington dan Joan Nelson dalam karya penelitiannya No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries. Lewat penelitian mereka, Huntington and Nelson memberikan suatu catatan: Partisipasi yang bersifat mobilized (dipaksa) juga termasuk ke dalam kajian partisipasi politik. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bolgherini yaitu bahwa dalam melakukan partisipasi politik, cara yang digunakan salah satunya yang bersifat paksaan (contentious). Bagi Huntington and Nelson, perbedaan partisipasi politik sukarela dan mobilisasi (diarahkan, senada dengan dipaksa) hanya dalam aspek prinsip, bukan kenyataan tindakan: Intinya baik sukarela ataupun dipaksa, warganegara tetap melakukan partisipasi politik. 

Ruang bagi partisipasi politik adalah sistem politik. Sistem politik memiliki pengaruh untuk menuai perbedaan dalam pola partisipasi politik warganegaranya. Pola partisipasi politik di negara dengan sistem politik Demokrasi Liberal tentu berbeda dengan di negara dengan sistem Komunis atau Otoritarian. Bahkan, di negara-negara dengan sistem politik Demokrasi Liberal juga terdapat perbedaan, seperti yang ditunjukkan Oscar Garcia Luengo, dalam penelitiannya mengenai E-Activism: New Media and Political Participation in Europe. [4] Warganegara di negara-negara Eropa Utara (Swedia, Swiss, Denmark) cenderung lebih tinggi tingkat partisipasi politiknya ketimbang negara-negara Eropa bagian selatan (Spanyol, Italia, Portugal, dan Yunani). 

Landasan Partisipasi Politik

Landasan partisipasi politik adalah asal-usul individu atau kelompok yang melakukan kegiatan partisipasi politik. Huntington dan Nelson membagi landasan partisipasi politik ini menjadi: [5]

  1. kelas – individu-individu dengan status sosial, pendapatan, dan pekerjaan yang serupa. 
  2. kelompok atau komunal – individu-individu dengan asal-usul ras, agama, bahasa, atau etnis yang serupa. 
  3. lingkungan – individu-individu yang jarak tempat tinggal (domisilinya) berdekatan. 
  4. partai – individu-individu yang mengidentifikasi diri dengan organisasi formal yang sama yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kontrol atas bidang-bidang eksekutif dan legislatif pemerintahan, dan 
  5. golongan atau faksi – individu-individu yang dipersatukan oleh interaksi yang terus menerus antara satu sama lain, yang akhirnya membentuk hubungan patron-client, yang berlaku atas orang-orang dengan tingkat status sosial, pendidikan, dan ekonomi yang tidak sederajat.


Mode Partisipasi Politik

Mode partisipasi politik adalah tata cara orang melakukan partisipasi politik. Model ini terbagi ke dalam 2 bagian besar: Conventional dan Unconventional. Conventional adalah mode klasik partisipasi politik seperti Pemilu dan kegiatan kampanye. Mode partisipasi politik ini sudah cukup lama ada, tepatnya sejak tahun 1940-an dan 1950-an. Unconventional adalah mode partisipasi politik yang tumbuh seiring munculkan Gerakan Sosial Baru (New Social Movements). Dalam gerakan sosial baru ini muncul gerakan pro lingkungan (environmentalist), gerakan perempuan gelombang 2 (feminist), protes mahasiswa (students protest), dan teror.

Bentuk Partisipasi Politik

Jika mode partisipasi politik bersumber pada faktor “kebiasaan” partisipasi politik di suatu zaman, maka bentuk partisipasi politik mengacu pada wujud nyata kegiatan politik tersebut. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi:

  1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu; 
  2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu; 
  3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah; 
  4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan 
  5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan pemberontakan.

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal. Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalah masuk ke dalam kajian ini.

Klasifikasi bentuk partisipasi politik Huntington dan Nelson belumlah relatif lengkap karena keduanya belum memasukkan bentuk-bentuk partisipasi politik seperti kegiatan diskusi politik, menikmati berita politik, atau lainnya yang berlangsung di dalam skala subyektif individu. Misalnya, Thomas M. Magstadt menyebutkan bentuk-bentuk partisipasi politik dapat meliputi: (1) Opini publik; (2) Polling; (3) Pemilihan umum; dan (4) Demokrasi langsung. [6] Opini publik adalah gagasan serta pandangan yang diekspresikan oleh para pembayar pajak dan konstituen pemilu.

Opini Publik. Opini publik yang kuat dapat saja mendorong para legislator ataupun eksekutif politik mengubah pandangan mereka atas suatu isu. Opini publik ini mengejawantah dalam bentuk lain partisipasi politik selanjutnya, berupa polling, pemilihan umum, dan demokrasi langsung.

Polling. Polling adalah upaya pengukuran opini publik dan juga memengaruhinya. Melalui polling inilah, partisipasi politik (menurut Magstadt) warganegara menemui manifestasinya. Di dalam polling, terdapat aneka konsep yang menjadi bagian di dalam dirinya yaitu: straw polls, random sampling, stratified sampling, exit polling, dan tracking polls.

Straw polls adalah survey yang tidak ilmiah karena bersifat sederhana, murah, dan amat terbuka untuk penyalahgunaan dan manipulasi. Straw polls dianggap tidak ilmiah karena tidak memertimbangkan representasi populasi yang menjadi responden polling. Penentuan responden bersifat serampangan, dan terkadang hanya menggunakan sampel yang hanya merupakan bagian tertentu dari populasi.

Random sampling adalah metode polling yang melibatkan canvassing atas populasi secara acak. Lawan dari random sampling adalah stratified sampling. Dalam teknik ini, disarankan jumlah minimal untuk suatu polling adalah 1500 orang apabila populasi yang diambil pendapatnya adalah besar. Pengambilan sampel acak harus bersifat lintas-segmen seperti usia, ras, agama, orientasi politik, pendidikan, dan faktor-faktor lain yang signifikan di suatu masyarakat. Lawan dari random sampling adalah stratified sampling. Metode ini adalah cara menentukan responden polling, yang diadakan akibat munculnya keterbatasan untuk melakukan random sampling. Dalam stratified sampling, pihak yang menyelenggarakan polling memilih populasi yang cukup kecil tetapi memiliki karakteristik khusus (agama, usia, income, afiliasi partai politik, dan sejenisnya).

Exit polling adalah polling yang memungkinkan jaringan televisi memrediksi pemenang suatu pemilihan umum segera setelah pemungutuan suara usai. Teknik yang dilakukan adalah menyurvei pemberi suara di tps-tps tertentu.

Tracking polls adalah polling yang dilakukan atas responden yang sama dalam suatu periode kampanye. Tujuannya mengidentifikasi peralihan sentimen pemilih atas suatu calon, partai, ataupun isu. Tujuan dari polling ini adalah memerbaiki kinerja kampanye calon, kampaye parpol, bahkan kinerja pemerintah.

Pemilihan Umum. Pemilihan umum (Pemilu) erat hubungannya dengan polling. Pemilu hakikatnya adalah polling "paling lengkap" karena menggunakan seluruh warga negara benar-benar punya hak pilih (tidak seperti polling yang menggunakan sampel).

Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung adalah suatu situasi di mana pemilih (konstituen) sekaligus menjadi legislator. Demokrasi langsung terdiri atas plebisit dan referendum. Plebisit adalah pengambilan suara oleh seluruh komunitas atas kebijakan publik dalam masalah tertentu. Misalnya, dalam kasus kenaikan harga BBM ketika parlemen mengalami deadlock dengan eksekutif, diambilah plebisit apakah naik atau tidak. Referendum adalah pemberian suara dengan mana warganegara dapat memutuskan suatu undang-undang. Misalnya, apakah undang-undang otonomi daerah perlu direvisi ataukah tidak, dan parlemen mengalami deadlock, dilakukanlah referendum. 

Dimensi Subyektif Individu

Dimensi subyektif adalah serangkaian faktor psikologis yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk terlibat dalam partisipasi politik. Faktor-faktor ini cukup banyak, yang untuk kepentingan tulisan ini hanya akan diajukan 2 jenis saja yaitu Political Dissafection dan Political Efficacy.[7]

Political Disaffection. Political Disaffection adalah istilah yang mengacu pada perilaku dan perasaan negatif individu atau kelompok terhadap suatu sistem politik. Penyebab utama dari political disaffection ini dihipotesiskan adalah media massa, terutama televisi. Hipotesis tersebut diangkat dari kajian Michael J. Robinson selama 1970-an yang mempopulerkan istilah “videomalaise”.[7]

Dengan banyaknya individu menyaksikan acara televisi, utamanya berita-berita politik, mereka mengalami keterasingan politik (political alienation). Keterasingan ini akibat melemahnya dukungan terhadap struktur-struktur politik yang ada di sistem politik seperti parlemen, kepresidenan, kehakiman, partai politik, dan lainnya. Individu merasa bahwa struktur-struktur tersebut dianggap tidak lagi memperhatikan kepentingan mereka. Wujud keterasingan ini muncul dalam bentuk sinisme politik berupa protes-protes, demonstrasi-demonstrasi, dan huru-hara. Jika tingkat political disaffection tinggi, maka para individu atau kelompok cenderung memilih bentuk partisipasi yang sinis ini.

Political Efficacy. Political Efficacy adalah istilah yang mengacu kepada perasaan bahwa tindakan politik (partisipasi politik) seseorang dapat memiliki dampak terhadap proses-proses politik. Keterlibatan individu atau kelompok dalam partisipasi politik tidak bersifat pasti atau permanen melainkan berubah-ubah. Dapat saja seseorang yang menggunakan hak-nya untuk memiliki di suatu periode, tidak menggunakan hak tersebut pada periode lainnya. Secara teroretis, ikut atau tidaknya individu atau kelompok ke dalam bentuk partisipasi politik bergantung pada Political Efficacy ini.[8]

Pernyataan-pernyataan sehubungan dengan masalah Political Efficacy ini adalah: 

  1. “Saya berpikir bahwa para pejabat itu tidak cukup peduli dengan apa yang saya pikirkan.” 
  2. "Ikut mencoblos dalam Pemilu adalah satu-satunya cara bagaimana orang seperti saya ini bisa berkata sesuatu tentang bagaimana pemerintah itu bertindak.” 
  3. “Orang seperti saya tidak bisa bicara apa-apa tentang bagaimana pemerintah itu sebaiknya.” 
  4. “Kadang masalah politik dan pemerintahan terlalu rumit agar bisa dimengerti oleh orang seperti saya.” 

Political efficacy terbagi 2 yaitu external political efficacy dan internal political efficacy. [9] External political efficacy ditujukan kepada sistem politik, pemerintah, atau negara dan diwakili oleh pernyataan nomor 1 dan 3. Sementara internal political efficacy merupakan kemampuan politik yang dirasakan di dalam diri individu, yang diwakili peryataan nomor 2 dan 4. Dari sisi stabilitas politik, sebagian peneliti ilmu politik menganggap bahwa stabilitas politik akan lahir jika tingkat internal political efficacy rendah dan tingkat external political efficacy tinggi.

Oleh : Seta Basri

Referensi

  1. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) h. 9-10.
  2. Ibid.
  3. Silvia Bolgherini, "Participation" dalam Mauro Calise and Theodore J. Lowi, Hyperpolitics: An Interactive Dictionary of Political Science Concept (Chicago: The University of Chicago, 2010) p. 169.
  4. Oscar Garcia Luengo, E-Activism New Media and Political Participation in Europe, (CONFines 2/4 agosto-diciembre 2006) 
  5. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi ... op.cit.
  6. Thomas M. Magstadt, Understanding Politics (Belmont: Cengage Learning, 2012) pp. 273-82.
  7. Christina Holtz-Bacha, Political Disaffection, dalam dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia of Political Communication, (California : Sage Publications, 2008) p.577-9. 
  8. Jan W. van Deth, Political Participation, dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia ..., ibid., p.531-2. 
  9. Kai Arzheimer, Political Efficacy, dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia ..., ibid., p.531-2. p. 579-80. 

Jumat, 23 September 2016

RINDU KITA

aku melihat rindu dimatamu
membasuh jilbab
di teras rumah kita
kau menyambutku dalam pelukan
anak-anak kita tersenyum
sunsetpun tersenyum
mengintip cinta kita jelang magrib

Bireuen, 20 September 2016 mukhlis aminullah

Rabu, 07 September 2016

MODEL DAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN

Model-model kepemimpinan politik kini penting untuk dikaji ulang. Atau untuk sekedar diketahui saja sebagai tambahan pengetahuan bagi pemilih. Ada 103 daerah akan melaksanakan Pilkada tahun 2017. Dan saat ini tahapannya sudah memasuki pra pencalonan. Walaupun tahapan pencalonan belum secara resmi oleh KIP, tapi sejak beberapa bulan lalu, para bakal calon telah "memproklamirkan diri" akan maju sebagai calon pemimpin politik, baik itu sebagai Gubernur atau Bupati/ Walikota. 

Di beberapa Kabupaten/ Kota khalayah ramai sudah tahu siapa bakal calon pemimpinnya. Malah beberepa media online juga ikut membantu dengan mengekspos profil para calon. Info-info demikian sebenarnya cukup bagus, kalau "isi" tulisan itu netral. Tapi kenyataannya beberapa tulisan " ditengarai" sebagai bentuk ketidaknetralan oknum pers. Ada media yang selalu memojokkan bakal calon tertentu, dan juga sebaliknya. Menulis dengan cara demikian tentu tidak baik bagi perkembangan demokrasi.

Seyogyianya, yang harus disampaikan kepada publik adalah kriterianya atau modelnya, bukan dengan "membesarkan-besarkan" bakal calon yang diunggulkannya.
Pada kesempatan ini, mari kita kupas beberapa hal terkait kememimpinan politik berdasarkan kriteria dan secara ilmiah. Kenapa? Karena model-model kepemimpinan politik sangat penting untuk mengidentifikasi karakteristik masing-masing bakal calon yang akan bersaing nanti.

Sekurangnya terdapat 4 model kepemimpinan politik, yaitu:

[1] Negarawan adalah seorang pemimpin politik yang memiliki visi, kharisma pribadi, kebijaksanaan praktis, dan kepedulian terhadap kepentingan umum yang kepemimpinannya itu bermanfaat bagi masyarakat.
[2] Demagog adalah seseorang yang menggunakan keahliannya memimpin untuk memeroleh jabatan publik dengan cara menarik rasa takut dan prasangka umum untuk kemudian menyalahgunakan kekuasaan yang ia peroleh tersebut demi keuntungan pribadi.
[3] Politisi seorang pemegang jabatan publik yang siap untuk mengorbankan prinsip-prinsip yang dimiliki sebelumnya atau mengesampingkan kebijakan yang tidak populer agar dapat dipilih kembali.
[4] Citizen-Leader adalah seseorang yang mempengaruhi pemerintah secara meyakinkan meskipun ia tidak memegang jabatan resmi pemerintahan.

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN POLITIK 

Definisi masing-masing model kepemimpinan politik sudah diketahui. Persoalan selanjutnya adalah, bagaimana melakukan perabaan guna mengidentifikasi seorang bakal calon masuk ke kategori mana. Untuk itu diperlukan seperangkat indikator. Indikator ini penting demi melakukan pengukuran karakter seorang individu bakal calon.

[1] Karakteristik NEGARAWAN adalah:

1.Mengejar kebaikan umum.
Pemimpin terbaik termotivasi bukan oleh kepentingan diri sendiri yang kasar melainkan oleh kebaikan umum.

2.Kebijaksaan yang praktis.
Visi kebaikan publik, semenarik apapun tidak akan berguna tanpa orang yang punya visi tersebut tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Sebab itu, pemimpin yang baik harus memiliki kebijaksaan yang praktis, dengan mana lewat kebijaksanaan itu, pemimpin bisa memahami hubungan antara tindakan yang diambil dengan konsekuensi-konsekuensinya.

3.Keahlian politik.
Pemimpin yang baik sekaligus pula seseorang yang punya bakat dalam menilai dan melakukan pendelegasian wewenang. Dalam memimpin daerah, pemimpin harus menjalankan birokrasi besar, mengarahkan para staf, bekerja sama dengan para legislator demi meloloskan program pemerintahan, dan menggalang opini publik sehubungan dengan kebijakan administrasi. Tanpa keahlian politik yang menyukupi, mustahil tugas-tugas berat seperti ini dapat berjalan secara baik.

4.Kesempatan luar biasa.
Negarawan lahir dari suatu kondisi kritis. Ketika suatu daerah berada dalam pusaran kejenuhan, kebosanan, stagnasi, disorientsi, atau perang, dari sinilah negarawan umumnya lahir. Negarawan tidak harus level negara, tapi bisa juga level daerah.

5.Nasib baik.
Terkadang, seorang negarawan lahir karena nasib baik. Kadang pula disebutkan, bahwa ia dianugerahi berkah oleh Yang Maha Kuasa untuk memikul beban masyarakat dan daerahnya.

[2] Karakteristik DEMAGOG adalah:

1.Ia mengeksploitasi prasangka publik.
Sebagai seorang tokoh, demagog sangat sensitif akan prasangka-prasangka sosial yang berkembang di tengah masyarakat. Ia kemudian memerankan diri sebagai berdiri di sisi masyarakat sehubungan dengan prasangka yang muncul. Peran tersebut dibarengi dengan rangkaian janji bahwa ia akan memastikan bahwa prasangka tersebut akan ditanggulangi apabila ia menduduki jabatan politik.

2.Kerap melakukan distorsi atas kebenaran.
Kebenaran adalah tidak lebih dari komoditas politik. Apabila kebenaran tersebut tidak sejalan dengan prakteknya untuk menggapai kekuasaan, ia akan mendistorsinya. Distorsi tersebut sebagian besar diperkuat dengan aneka fakta "kuat" yang ia susun sehingga distorsi tersebut masuk akal. Dengan kata lain, ia membuat "babad" yaitu rangkaian cerita historis yang menguatkan posisinya di atas kebenaran yang ada.

3.Mengumbar janji-janji manis untuk memeroleh kuasa politik. Terlebih, apabila janji tersebut cukup populis dengan pangsa pemirsa yang cukup besar. Sekali lagi, bagi seorang demagog, janji adalah komoditas politik yang akan digunakannya sebagai instrumen kampanye guna meneguhkan posisinya dibanding para kompetitornya yang lain.

4.Tidak canggung menggunakan metode yang dinilai kurang bermoral.
Hal ini terkait dengan karakteristik-karakteristik sebelumnya. Masalah moral bukan masalah yang harus diprioritaskan. Moral bergantung pada tujuan, dan moral dalam diri seorang demagog adalah situasi di mana keinginannya untuk berkuasa terealisasi. Tidak ada penilaian moral untuk metode yang ia gunakan untk menyapai tujuan kekuasaan.

5.Memiliki daya tarik yang besar terhadap masyarakat banyak. Seorang demagog sekaligus adalah orang yang populer di mata publik. Aneka daya tarik bisa saja dimiliki seorang demagog. Daya tarik inilah yang sesungguhnya membuat publik memercayai seorang demagog. Publik tidak lagi kritis akan variabel ideosinkretik yang melekat di dalam diri demagog. Publik hanya memercayai apa dan bagaimana performance seorang demagog secara aktual.

6.Jika negarawan secara tulus peduli akan keadilan dan kebaikan umum, maka Demagog sekadar berpura-pura peduli dalam rangka memeroleh jabatan, yang begitu ia mendapatkannya, tanpa ragu ia akan mengkhianatinya. Hal ini sesuai dengan karakteristik seorang demagog, bahwa ia hanya ingin berkuasa. Setelah ia berkuasa, segala hal yang ia janjikan di masa-masa sebelumnya akan direnegosiasi ulang.

[3] Karakteristik POLITISI BIASA adalah:

Tidak punya visi dan bakat yang cemerlang.
Seorang politisi biasa tampak kurang bersinar. Ia hanya berada di "sekeliling" tanpa pernah menjadi pusat pengambilan arah suatu masyarakat. Visi yang ia miliki terlampau umum, kurang greget, "biasa", dan terkesan asal ambil. Bakat yang ia miliki mungkin alami atau "karbitan", tetapi publik memandangnya sebagai "datar", "umum", dan "kurang menarik."

Hidup cuma day-to-day, dengan upaya untuk mengatasi tekanan dan hambatan yang dialami dalam keseharian.
Politisi biasa tidak hidup untuk long-term melainkan short-term. Ia hanya dipusingkan urusan bagaimana agar ia tetap bercokol di lingkaran kekuasaan. Ia tidak terlalu pusing apabila disebut tidak melakukan apa-apa di dalam jabatannya. Ia baru merasa pusing apabila menghadapi kemungkinan akan tidak dipakai kembali di masa mendatang.
Kendati ingin berbuat sesuatu yang baik, mereka selalu kesulitan menjaga isu-isu moral dan etika secara tegas. Politisi biasa janganlah diharapkan untuk bicara masalah moral ataupun etika. Masalah moral dan etika bukanlah prioritas di dalam jabatannya. Kerapkali memang, politisi biasa ingin berbuat sesuatu yang baik. Namun, kerap pula keinginan tersebut dibatasi oleh keinginannya untuk menyenangkan seluruh pihak. Ia ingin diterima oleh semua pihak dan moral serta etika kerap menjadi korban dari kehendaknya tersebut.

3.Mereka sulit mengatasi risiko politik. Karena itulah, mereka memosisikan diri mereka di titik aman. Ia berusaha netral bahkan di saat ia ada dalam posisi terjepit untuk memilih. Pilihan barulah ia buat apabila ada keyakinan bahwa pilihan tersebut membawanya ke titik aman lainnya. Bagi politisi biasa, perjuangan untuk tetap di pusaran kekuasaan adalah lebih penting ketimbang ia menunjukkan posisi dirinya yang asli.
Kendati mereka ini umumnya tidak korup, tetapi sesungguhnya mereka mudah sekali untuk disuap. Karena mereka enggan menanggulangi risiko politik, mereka menerapkan image tidak korup. Dan, ketidakkorupan ini bukanlah sesuatu yang mutlak kita tidak harus percaya. Sayangnya, mereka justru membuka diri untuk disuap. Kesediaan disuap ini tegas dilatarbelakangi oleh kehendak mereka untuk menyari aman. Toh, bukan saya yang meminta tetapi mereka.
Mereka ini tidak lebih baik atau lebih buruk dari manusia lainnya. Bedanya, mereka punya posisi untuk melakukan hal-hal buruk (ataupun baik) dengan dampak lebih besar. Secara umum, mereka sulit dibedakan dengan warganegara lain pada umumnya. Mereka terlampau biasa, sehingga perilaku yang mereka tunjukkan di layar kaca atau media massa sama persis dengan perilaku kita, keluarga kita, ataupun teman kita. Bedanya, kita, keluarga kita, ataupun teman kita tidak punya kuasa untuk membuat kebijakan umum. Para politisi biasa ini bisa.

[4] Karakteristik CITIZEN-LEADER adalah:

Punya pengabdian unik atas masyarakat.
Mereka ini, dalam waktu lama, aktif memimpin suatu segmen dalam masyarakat dalam memerjuangkan keyakinan dan posisi mereka di dalam kepolitikan suatu negara. Mereka nyaris tidak lagi memiliki kehidupan privasi karena hampir di setiap saat, mereka harus bergerak, bekerja, dan mengatasi permasalahan segmen masyarakat yang mereka wakili. Mereka inilah yang kerap berhadapan dengan kuasa-kuasa formal, bersitegang, dan menerima sanksi atas keyakinan pengabdiannya. Sulit untuk meminta sesuatu yang sifatnya formalitas pada mereka karena kuasa negara yang formal itu pun dalam anggapan mereka sudah bersifat informal.

Punya magnet personal di dalam dirinya.
Seorang citizen-leader diyakini memiliki daya tarik yang luar biasa di dalam diri mereka. Magnet inilah yang membuat para pengikutnya bahkan rela memberikan loyalitas mereka kepada dirinya. Daya tarik ini dapat merupakan perpaduan unik antara berkah dari Yang Mahakuasa dengan bakat-bakat kepimpimpinan yang ia miliki.
[Keberaniannya di atas rata-rata, sehingga menarik orang-orang untuk menjadi pengikutnya. Dare to be different adalah pasti kualitas yang ada di dalam diri seorang citizen-leader. Keberanian yang ia miliki jauh di atas rata-rata orang di sekelilingnya. Keberanian yang ia miliki menular kepada para pengikutnya sehingga perjuangan yang ia bawakan memiliki stamina cukup untuk durasi panjang.

Dari uraian di atas, mari kita lihat sekeliling kita. Pilkada adalah salah satu moment untuk kita menilai para bakal calon pemimpin kita, selain Pemilu Legislatif tentunya. Mari kita cermati Bakal Calon Gubernur, Bupati dan Walikota di wilayah kita masing-masing. Walaupun tidak ada yang "sangat ideal" sesuai dengan teori di atas, setidaknya-tidaknya tulisan ini menjadi "acuan" bagi kita yang menyayangi demokrasi. Agar demokrasi nilai tertinggi dalam kehidupan kemasyarakatan kita selain nilai-nilai utama lainnya.

(tulisan ini dari berbagai referensi, semoga bermanfaat)
Mukhlis Aminullah
Direktur Eksekutif LEOEMAT.Center

Minggu, 04 September 2016

PERTEMUAN SEMUSIM

sesaat suara kita tercekat
terdiam rasaku
entah masih ada rasamu
angin laut menepi
tak sanggup aku menulisi pasir
tulisan cinta segera ditampar buih
pada siapa kita mengadu
dik, ternyata pertemuan ini
hanya semusim
mari kita rengkuh rindu yang lain
masing-masing


Laut Ujung Blang, 28 Agustus 2016 mukhlis aminullah
(kepada buih yang hilang, silahkan belajar "akur" dari kami berdua)

PESAN KEMATIAN

di sebuah rumah
hujan menyisakan air mata
catatan malam adalah kesedihan
seorang perempuan tua
rebah ke pangkuan Izrail
sambil berkata "Lailahaillallah
Muhammadarrasulullah"

dan, kami mengucapkan:
Innalillahi wainna ilaihi raji'un

Simpang Balik, 27 Agustus 2016 mukhlis aminullah
(semoga kematian menjadi pelajaran bagi yang masih hidup)

SUATU SORE DI SIMPANG TERITIT

angin sore mendayu-dayu
gerimis menari di Simpang Teritit
di sudut jalan para Ipak tersenyum
sambil menawarkan pisang goreng
aku terpesona pada kabut Burni Telong
di kaki bukit para petani masih memanen kentang
anak-anak sudah selesai mandi sore
bersiap-siap pergi mengaji
semuanya alami dan damai
amboi, betapa indahnya...
Gayoku, Bener Meriahku


Bener Meriah, 19 Juli 2016 mukhlis aminullah

Kamis, 02 Juni 2016

TAKENGEN

amboi,
aku merindukan Takengen
rindu Pegasing
rindu Jalan Sengeda
rindu bandrek terminal
rindu pisang goreng Ine Khadijah
amboi,
aku juga rindu gerimis
rindu jaketku
rindu alpukat
rindu, rindu, rindu...
aku rindu semuanya
tentang Takengenku


izinkan aku melepas rindu
seminggu saja

Kota Juang, 2 Juni 2016 mukhlis aminullah

Senin, 23 Mei 2016

PENGERTIAN PAUD DAN ALASAN PENTINGNYA PAUD

1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD?

PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Mengapa program PAUD itu penting? 

Masa anak usia dini merupakan masa emas perkembangan, banyaknya pengalaman yang diperoleh anak melalui panca indera akan membuat otaknya menjadi subur dan berkembang. Kualitas otak  anak dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gisi, dan stimulasi/ rangsangan yang diterima anak setiap hari melalui panca inderanya. Rangsangan yang diterima oleh program PAUD membuat anak siap mengikuti pendidikan selanjutnya.

3. Mengapa sekarang banyak PAUD di berbagai Wilayah?

Bertumbuhnya PAUD dengan subur di Indonesia karena PAUD telah menjadi Komitmen/kesepakatan nasional untuk memperbaiki kualitas kemampuan Indonesia agar menjadi generasi yang berkualitas, setiap anak perlu mengikuti pendidikan sejak usia dini.
  
4. Sejak kapankah program PAUD di Indonesia dimulai dalam skala besar oleh Pemerintah?

Sejak terbentuknya Direktorat PAUD (saat itu PADU) pada tahun 2001.

5. Apakah anak saya yang masih berusia satu tahun perlu di masukan ke  Lembaga PAUD?

Ya, agar mendapatkan layanan pendidikan dan pengasuhan sejak dini yang optimal. Anak-anak usia 0-2 tahun dapat mengikuti layanan pengasuhan bersama di Pos PAUD seminggu sekali bersama orang tuannya; pada usia 2-4 tahun dapat mengikuti layanan KB 2-3 kali/minggu; dan pada usia 4-6 tahun dapat mengikuti layanan TK/RA. Sebaiknya anak dimasukan ke SD/MI setelah berusia 7 tahun atau sekurang-kurangnya setelah 6 tahun.


6. Bagaimana akibatnya kalau anak kurang memperoleh layanan PAUD pada masa usia dini?

Perkembangan jaringan otaknya tidak optimal dan sebagian sel otaknya akan mati/musnah sehingga mempengaruhi kecerdasan dan kecakapan psikis lainnya.

7. Apa sajakah bentuk layanan PAUD? 
  1. Taman Kanak-kanak atau TK, merupakan salah satu bentuk satuan PAUD bagi anak usia 4-6 tahun.
  2. Raudatul Athfal atau RA, merupakan salah satu bentuk satuan PAUD dengan kekhasan agama Islam bagi anak usia 4-6 tahun.
  3. Kelompok bermain atau KB, merupakan salah satu bentuk satuan PAUD bagi anak usia 2-4 tahun dan dapat diperpanjang sampai usia 6 tahun dalam hal di lokasi tersebut belum ada TK/RA.
  4. Taman penitipan anak atau TPA merupakan salah satu bentuk satuan PAUD bagi anak usia 0-6 tahun bagi keluarga yang berhalangan mengasuh anak karena bekerja atau sebab lain.
  5. Pos Pendidikan Anak Usia Dini atau Pos PAUD  merupakan salah satu bentuk satuan PAUD bagi anak usia 0-6 tahun yang penyelenggaraannya diintegrasikan dengan layanan Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB). Pos PAUD Dikategorikan sebagai Satuan PAUD Sejenis. Selain itu masih ada bentuk-bentuk satuan PAUD sejenis lainnya seperti PAUD berbasis Taman Pendidikan AL-Quran (PAUD-TPQ), PAUD berbasis Pelayanan Anak Agama Kristen (PAUD-PAK), dan PAUD berbasis Bina Iman Anak (BIA).  
8. Apakah perbedaan antara TK dan PAUD?

PAUD merupakan jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dapat diselenggarakan dalam bentuk TK/RA, KB, TPA dan SPS. Dengan demikian, TK merupakan salah satu bentuk layanan PAUD.

9. Mengapa beberapa layanan PAUD tersebut memiliki sasaran usia yang sama?

Berbagai bentuk satuan PAUD tersebut dimaksudkan sebagai alternatif untuk memberikan pilihan kepada masyarakat bentuk layanan mana yang paling sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada.
Penyelanggaraan PAUD jalur pendidikan Formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Aftal (RA)  dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 4 - ≤6 tahun.

Sedangkan penyelenggaraan PAUD Jalur pendidikan non formal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia  0 - <2 tahun, 2 - <4 tahun, 4 - ≤6 tahun dan program untuk anak usia 0 - ≤6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2 - <4 dan usia 4 - ≤6 tahun.

10. Apa yang perlu diperhatikan oleh Orangtua dalam memilih PAUD bagi pendidikan anaknya? 

Pilihlah lembaga yang pembelajarannya melalui bermain dan dan memberikan stimulasi/ rangsangan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya karena anak belajar melalui apa yang didengar, dilihat, dicium, diraba/sentuh, dan dirasakannya. Jangan paksa anak untuk menguasai materi pelajaran sekolah dasar seperti membaca, menulis dan berhitung karena belum saatnya.

Salam

Kamis, 19 Mei 2016

RAHASIA "MENULIS SUNYI"

apa itu "menulis sunyi"
maaf bu,aku tak faham
apa maksudmu "menulis sunyi"
(ibu jangan diam, jawablah)


semoga Allah bukakan pintu hati
agar aku faham
apa itu "menulis sunyi"

ibu, aku sangat mencintaimu

Bireuen, 19 Mei 2016 mukhlis aminullah
kepada ibu saya yang sakit

Senin, 16 Mei 2016

PERTEMUAN (DENGAN IZRAIL)

bila kucatat tanggal enam belas
sebagai malam pertemuan
kesedihan kita menjalar
kemana-mana
karena malam ini adalah
pertemuan ayah dengan Izrail
tiga tahun silam


“Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu…

Leubu, 16 Mai 2016 mukhlis aminullah
kami merindukanmu, ayah...:(

DELTA

hujan, semoga bisa kutitip rindu
ke muara
sungai-sungai mengairi cinta
ke batas pertemuan
dan, aku adalah delta
yang teguh memegang janji
menjaga kesetiaan pada riak laut


Bireuen, 16 Mei 2016 mukhlis aminullah

Rabu, 11 Mei 2016

WAKTU TIDAK PERNAH BERHENTI

"Selamat Pagi, Bung!"

ketika kau datang ucapkan selamat pagi
aku masih menulis puisi
sejak tadi malam

ternyata waktu tidak pernah berhenti

Bireuen, 11 Mei 2016 mukhlis aminullah

AKU PENAKUT

aku gemetar
dan segera mengambil selimut
bersembunyi dalam gigilku
bila kulihat Izrail
aku ternyata penakut
aku seorang penakut
bila perut dan lambung tertikam
sedemikian hebat
tiada waktu lagi bertobat

aku ternyata penakut
takut mati

Bireuen, 11 Mei 2016 mukhlis aminullah

TUBUH KURUS PENDERITA DIABETES

Kali ini saya ingin menulis tentang diabetes. Bukan apa-apa juga, tetapi ini sebagai pelampiasan ketertarikan saya kepada penyakit ini. Kebetulan saja, ada keluarga saya yang menjadi penderita diabetes.

Penyakit diabetes memang sudah menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Sebuah penelitian mengatakan 39 % penduduk Indonesia sudah terkena penyakit diabetes. Penyakit ini menyerang siapa saja, tanpa kecuali. Bahkan termasuk para doketer sekalipun.

Banyak acara sudah dilakukan. Penelitian hampir setiap saat dilakukan. Seminar yang membahas tentang penyakit ini juga sudah ratusan kali, tetapi tetap saja penderita diabetes kian bertambah. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit diabates. Tetapi bukan berarti tidak bisa sembuh, akan kiamat. Bukan begitu. Penderita diabetes dapat hidup normal seperti orang lain. Hanya saja perlu menyesuaikan dengan kondisi kesehatan.

Paragraf di atas hanya sebagai pembuka tentang diabetes. Pada kesempatan ini saya malah tertarik untuk menulis tentang kondisi berat badan penderita diabetes. Karena penderita diabetes cenderung tubuhnya makin hari makin kurus. Dan pasti, semua orang berfikir bagaimana menaikkan berat badan lagi seperti semula.
Untuk menaikkan berat badan,  harus paham benar apa yang terjadi dalam tubuh seorang penderita diabetes. Pada kondisi normal, bila kita makan karbohidrat (nasi, kentang,roti, buah,sayur, gula dan olahan tepung lainnya), di dalam darah zat  diubah menjadi gula darah sebagai sumber nutrisi  semua sel tubuh.Untuk dapat masuk ke organ tubuh,  gula darah harus dibawa oleh insulin yang berfungsi seperti ‘taksi’ yang mengangkut gula darah dan membawa kunci masuk ke dalam organ tubuh.’Taksi’  diproduksi di ‘pool’ yang bernama pankreas.

Bila banyak sekali karbohidrat yang masuk,  maka taksi-taksi insulin akan kewalahan. Pool taksi harus bekerja keras. Insulin akan meningkat sampai pada level tertentu. Selain karena asupan karbohidrat yang tinggi, gula darah juga akan naik bila insulin menjadi resisten terhadap gula darah. Maksudnya, meskipun ‘taksi’ pengangkut gula jumlahnya cukup dan gula sudah dihantarkan ke gerbang sel, tetapi sel organ tubuh kita tidak mau membuka pintu dan menerima gula darah itu. Karena banyak ditolak, akibatnya gula darah menumpuk di pembuluh darah, sehingga kadar gula darah kelihatan meningkat. Hal ini yang disebut dengan resistensi insulin.

Bila hal ini terjadi, tubuh  terlihat kurus meskipun gula darah tinggi.Di satu sisi, di dalam darah kebanjiran gula darah, tetapi di sisi lain otak,otot,kulit,hati dan organ lain kekurangan gula.Pada stadium lanjut bukan saja penderita diabetes  menjadi kurus, tetapi juga mengalami kerusakan organ. Untuk menaikkan berat badan, akar masalah harus ditangani terlebih dahulu. Bila tidak, maka berapa banyak pun asupan kita, akan berhenti  di pembuluh darah dan tidak sampai ke organ tubuh.

Satu,
Kontrol gula darah dengan mengurangi makanan/minuman manis dan yang tinggi karbohidrat. Gantilah nasi putih dengan nasi merah atau beras diet khusus untuk diabetes. Hindari buah-buahan yang gampang meninggikan gula darah seperti melon, semangka, mangga, dan nanas.

Dua,
Pastikan tubuh  cukup protein. Masukkan minimal 6 telapak tangan lauk serupa tahu, tempe, ayam, dan ikan. Hindari daging merah, seafood dan jeroan.Cara memasaknya juga sebaiknya tidak diolah dengan tepung atau digoreng.

Tiga,
Tambahkan 1 sendok teh kayu manis bubuk per hari pada makanan/minuman Anda. Beberapa studi mengindikasikan kayu manis berfungsi seperti insulin, menghantarkan gula masuk ke dalam organ.

Empat,
Berolahraga membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Gula dalam darah lebih mudah masuk ke dalam sel organ. Hasilnya, gula darah akan turun dan organ mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga kesempatan untuk menaikkan berat badan akan menjadi lebih besar lagi.

Nah itu beberapa tips penting untuk kita semua. Jangan takut. Yang penting selalu berfikir positif.
Selamat pagi, selamat menonton bola.

Mukhlis Aminullah


Jumat, 06 Mei 2016

KAPAN

kapan para dokter
meminta kita pulang, bu?
aku tidak ingin melihat lagi
ibu tidur telentang di sini
tubuh kian ceking
bibirpun kering
ludah terasa kian pahit
sepahit getir perjalanan hidupmu
terkena penyakit


kapan para dokter
meminta kita pulang, bu?
aku ingin memberi sekebun mawar
kepada ibu
dengan merawat bunga
mungkin saja ibu akan sembuh
wanginya membunuh bakteri
kemolekannya menebar pesona
untuk jiwa yang teduh

kapan para dokter
meminta kita pulang, bu?
(RSU ini kian membosankan)

Bireuen, 06 Mei 2016 mukhlis aminullah

LUKISAN RINDU

aku tidak bisa
melukis rindu hanya satu malam
sehari saja berpisah denganmu, dik
inspirasiku melayang
kemudian hilang


Bireuen, 5 Mei 2016 mukhlis aminullah
(kepada isteri saya, Fadhilah Adam)

SENYUMMU

seumpama pagi
segar dan ranum
senyummu itu
dan aku hampir lupa sarapan


Bireuen, 23 April 2016 mukhlis aminullah
(kpd istriku, selamat hari libur)

Minggu, 17 April 2016

LAJANG SEPARUH MALAM

pada siapa kukabari rindu?
selimutku adalah angin malam
secangkir espresso
ditambah secangkir lagi
tidak juga menjadi jawaban
kecuali
ada puan yang baik hati
memahami diriku
bahwa aku adalah lelaki

yang hidup pada separuh malam

Bireuen, 17 April 2016 mukhlis aminullah



Rabu, 13 April 2016

TEKAD

pelan-pelan
kubuang sampah kenangan
agar tidak terulang
catatan hitam
cukup sudah episode kelam
meruntuhkan iman
akan kuperbaiki pelan-pelan
semua kekeliruan
demi kehormatan!
demi kehormatan!


Bireuen, 13 April 2016 mukhlis aminullah

Rabu, 03 Februari 2016

PESAN KEPADA GELAP GULITA

kepada gelap gulita
terimalah pesan malamku
bahwa perusahaan listrik negara
telah menjajah seisi rumahku
aku sangat kecewa

Bireuen, 3 Februari 2016 mukhlis aminullah

Senin, 01 Februari 2016

AKHIR PENANTIAN

setelah bertahun-tahun
kulalui jalan sunyi
akhirnya sampai jua
di ujung penantian
pada tanggal dua puluh Januari
lembah Inang-Inang
jadi kenangan
yang tak akan pernah kulupakan


Bireuen, 20 Januari 2016 mukhlis aminullah

YANG TERHORMAT, AYAH

pada selembar sajadah
kutulis catatan
tentang kesabaran
tentang kearifan
tentang kelembutan hati
tentang empati
kulukis keteduhan wajahmu
dalam doa malamku
agar Allah selalu limpahkan
berjuta ampunan
Allahummaghfirlahuu warhamhu ....
kami merindukanmu, ayah!

Bireuen, 30 Januari 2016 mukhlis aminullah

MALU PADA WAKTU

menulis waktu
kita terjebak seremoni
kembang api
ternyata almanak lama
telah usang
menebarkan catatan bau busuk
dan bakteri dari dosa-dosa
...
menyambut tahun baru
seharusnya kita malu
karena almanak baru
menyambut senyum kita
dengan raut muka masam


Bireuen, 1 Desember 2015 mukhlis aminullah

SELAMAT TINGGAL

pada akhirnya
perpisahan ternyata menyakitkan
di perbatasan Uning
akupun mengucapkan
Selamat Tinggal!
perjumpaan kita berakhir


Perbatasan Uning, 14 Januari 2016 mukhlis aminullah
Catatan :
aku akan selalu merindukan Pegasing

Minggu, 03 Januari 2016

SELAMAT MILAD, DINDA

kukirim salam rindu, dan
terbang dibawa camar
angin laut mendesah
mengawal cinta sampai ke seberang
salam ini hanya untukmu, dinda
selamat ulang tahun


Bireuen, 3 Januari 2016 mukhlis aminullah