Minggu, 08 Agustus 2010

ketika rembulan merangkak pelan
matanya yang binar menyeruak kabut
di puncak bukit barisan
meleleh di sungai-sungai
menggenangi lautku
kucoba menangguk di keremangannya,
untuk memberkas cahaya
ka kukatakan pada dunia
inilah api yang kita gelorakan,
yang denyutkan nadi pertiwi.
dan ketika rembulan temaram di ufuk barat,
sembunyi dalam peraduannya.
aku gamang meraih asa.
adakah lagi sang penjaga malam...?
yang rela mengguyur cahaya
pada jalan yang telah kita retas.
adakah cinta kasih tersisa nanti...?
ketika gundah dalam tali temali
yang kita rentang menjerat
adakah harap menembus bilik bireuen
dari samadua...?

kata orang; di ruas jalan ini,
tak ada yang pasti
semua berubah,
bergilir dalam mesin waktu
yang digariskanNya.
hati tercekat dalam hening,
ribuan kata terhempas dalam bisu,
selaksa sesak menghimpit dalam sunyi
sejuta suara, gaduh dalam kelu.
hanya lafazd berbisik terdengar pelan
ucapkan selamat malam
dan impikanlah bulan.

dan malam ini aku berteriak panjang,
jangan hapus jejak dalam coretan,
yang telah kita pahatkan
dalam sudut negeri ini.

samadua, 7 agustus 2010 jam 23.00 by S.Junaidi.SH

(inilah sajak yang dikirimkan oleh Bpk S.Junaidi, Camat Samadua, kepada saya melalui sms, tadi malam ketika saya beranjak pulang ke Bireuen untuk mengabdi di kampung halaman. Saya sangat terharu, ternyata beliau sangat menghargai saya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, ternyata beliau sangat bisa menjadi "penyair"..... Dan sajak ini belum diberi judul, sehingga sayapun tidak mau memberi judul.... Terima kasih, Pak...semoga cepat datang peganti saya di Samadua untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar