Selasa, 17 Maret 2009

SILATURRAHMI POLITIK



Menjelang Pemilu tanggal 9 April 2009, suhu politik Indonesia makin panas saja. Di Aceh manuver beberapa pendukung atau simpatisan Partai Aceh yang menjurus kepada “political intimidation” membuat gerah beberapa simpatisan Partai lain, baik Partai Nasional maupun Partai Lokal. Begitu juga sebaliknya, kader atau Caleg Partai Aceh-pun tak luput dari incaran orang-orang yang ingin mengacaukan Pemilu. Mereka juga jadi korban intimidasi.

Dalam skala Nasional, suhu politik lebih kepada manuver beberapa tokoh yang sudah bersiap mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia ke 7. Salah satunya adalah pertemuan JK dengan Megawati Soekarnoputri. Pertemuan itu membuat para pakar dan pemerhati politik gonjang-ganjing. Beragam analisa dimunculkan di media. Semua mengarah kepada pencalonan Presiden. Walau Ketua Umum Partai Golkar itu membantah pertemuan itu terkait dengan Pemilu Presiden, namun pertemuannya dengan 28 Ketua DPD Golkar se-Indonesia beberapa hari kemudian seakan memberi pertanda bahwa SBY-JK akan tamat riwayatnya pada 20 Oktober 2009.

Khusus pertemuan JK - Mega, merupakan yang pertama sejak Pemilu 2004. Sudah menjadi rahasia umum, hubungan Mega dengan Pemerintah khususnya Presiden SBY, memburuk. Bukan hanya secara politik, namun juga silaturrahmi sebagai sesama Muslim terputus selama hampir 5 tahun.
Jadi, sudah sepantasnya kita masyarakat Indonesia, menyambut baik pertemuan JK dengan Mega. Kita tidak perlu berspekulasi tentang Pencalonan mereka sebagai Pasangan Capres/Cawapres bulan Juli 2009, toh secara logika politik mereka "tak mungkin" berpasangan. Mega tidak mau turun kasta, JK juga sudah pasti ingin naik kelas. Kita tidak boleh berharap lebih, selain silaturrahmi.
JK sendiri melakukan pertemuan bukan hanya dengan Megawati, namun sebelumnya sudah memenuhi undangan DPP PKS di Mampang, yang turut dihadiri oleh beberapa Petinggi PKS dan Partai Golkar.

SBY tidak melakukan apapun yang mengarah pada pecalonannya sebagai Presiden. Setiap ada pertanyaan dari rekan wartawan, SBY selalu dapat menjawab dengan tuntas. Intinya adalah beliau ingin konsentarsi menuntaskan semua pekerjaannya sebagai Presiden sampai masa jabatannya berakhir. Sesekali menggunakan kesempatan berdiri didepan publik sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Beliau tidak melakukan pertemuan dengan para tokoh seperti yang dilakukan JK atau Mega, walau hanya bertajuk Silaturrahmi.
Kegiatan Silaturrahmi cukup hanya dengan orang-orang di sekitarnya, atau dengan kader Partai Demokrat.

Yang menarik adalah ketika beberapa wartawan menanyakan kesediaan beliau melakukan silaturrahmi dengan Mega, seperti yang sudah dilakukan JK. SBY mengatakan bahwa bukan beliau yang menolak bertemu Mega, tetapi Megawati Soekarnoputri yang belum bersedia.

"Saya pernah mengutus seorang menteri untuk menyampaikan harapan saya itu. Tapi pada saat itu, dan sampai sekarang Bu Mega belum mau bertemu," tutur SBY dalam jumpa pers di kediamannya di Cikeas, Bogor, Minggu sore kemarin.

Menurut SBY, apa pun posisi politik seseorang, tidak seharusnya mengganggu silaturahmi. Itulah sebabnya, sejak masa menjadi presiden, pada tahun pertama dan kedua, SBY mengaku berupaya menjalin komunikasi dengan Megawati.

Bahkan, lanjut SBY, andaikan Mega menyatakan akan bertemu dengan dirinya besok, SBY akan menyambutnya dan segera menemui mantan atasannya itu di Kabinet Gotong Royong.

"Andaikata, andaikata, Ibu Mega bilang besok saya mau bertemu dengan SBY, maka saya pun besok juga akan mau bertemu dengan beliau. Banyak hal yang perlu diklarifikasi antara saya dan beliau," tegas SBY.

SBY juga membantah, tidak benar jika orang mengatakan dirinya tidak menjalin komunikasi dengan Megawati. "Bila ada yang bilang Pak JK dan Bu Mega bisa berkomunikasi, kok dengan SBY nggak bisa, silakan tanyakan ke Bu Mega," cetus SBY.

'Perseteruan' SBY dan Megawati terjadi sejak dirinya mundur dari kabinet sebagai Menko Polkam. Ketika itu SBY melalui suratnya, menyatakan dirinya kesulitan berkomunikasi dengan Megawati. Persainga keduanya terus berlanjut pada Pilpres 2004 yang kemudian dimenangkan SBY.

Sejak itu pula, kedua tokoh ini tidak pernah bertemu. Bahkan, Mega dan PDIP yang mengambil sikap sebagai partai oposisi kerap melontarkan kritikan tajam. Mega pernah menyebut SBY rajin tebar pesona dan memimpin dengan gaya tarian poco-poco. Kritikan tajam Mega yang terakhir adalah menyebut SBY mempermainkan rakyat seperti yoyo dengan menaikkan dan menurunkan harga.

Begitulah hubungan SBY dengan Mega. Padahal sebagai Muslim, membuang jauh-jauh perasaan dendam adalah kewajiban. Menjaga silaturrahmi adalah salah satu ciri akhlak mulia seorang Muslim. Sesama Muslim adalah bersaudara.

Firman Allah SWT :

"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi." (QS. An Nisa: 1)

Rasulullah SAW bersabda :

“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga".

Rasulullah menjawab;

"Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi". (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW sendiri yang merupakan seorang manusia pilihan telah menunjukkan bagaimana seharusnya umat Islam senantiasa menjaga hubungan persaudaraannya. Melalui sabdanya, beliau telah begitu banyak mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraanya di dalam Islam, karena Islam adalah agama yang mengharamkan umatnya untuk memutuskan tali persaudaraan atau silaturahmi, terutama dengan saudara yang berada dalam satu naungan agama Islam.

Dari Abdullah bin Abi Aufa ra. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau bersabda ;

"Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami."

Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Kemudian lelaki itu pergi dalam waktu yang tidak lama, setelah itu ia pun datang dan duduk kembali.

Kemudian, Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya,
"Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, "Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, "Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari." Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).

Maka Rasulullah SAW pun bersabda kepadanya,

"Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi."

Apa yang telah terjadi dalam riwayat tersebut di atas tentunya sangat sesuai sekali dengan firman Allah SWT berikut:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al Hujuraat: 10)

Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah salah satu aspek yang vital dan sangat ditekankan di dalam ajaran dan perintah yang menyerukan untuk mengeratkan ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, dan larangan untuk memutuskan tali persaudaraan di dalam Islam.

Mempererat persaudaraan Islam juga merupakan salah satu bentuk penegakan kekuatan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena umat Islam yang satu dengan yang lain itu ibarat sebuah bangunan yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Jika ada kekurangan dari saudaranya, maka sudah menjadi kewajibannyalah untuk senantiasa melengkapi atau menjaganya, bukan justru membuang atau memutuskannya. Umat muslim yang satu dengan yang lain ibarat satu tubuh yang jika salah satu anggota badannya mengalami sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya pula. Di sinilah kekuatan Islam akan terbentuk melalui sebuah hubungan persaudaraan yang kuat.

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga". Rasulullah menjawab; "Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi". (HR. Bukhari).

Dalil-dalil di atas telah menjelaskan betapa pentingnya arti dari sebuah persaudaraan Islam. Demikian penting dan vitalnya fungsi memperkuat persaudaraan Islam, hingga Rasulullah SAW pun tidak mau mengakui orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap urusan saudaranya sebagai umatnya.

Kesimpulannya adalah apa yang sudah dilakukan oleh JK dengan Megawati dan para Tokoh lainnya jangan hanya dipandang dari sisi politis (saja), namun anggap saja mereka telah melakukan ukhuwah Islamiyah. Dan bagi yang belum menjalin ukhuwah, segera instrospeksi diri untuk tidak saling menyimpan dendam. Dunia politik hanyalah permainan dunia belaka. Mari tunjukkan contoh teladan bagi masyarakat bahwa Anda adalah orang yang layak dipilih pada bulan Juli 2009.

Salam,
mukhlis aminullah
Ketua LSM LEPOE-MAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar