Ukuran sukses sejati terletak pada
kemampuan kita merasakan pikiran bahagia ~ Erbe Sentanu
Dalam buku “Terapi Berpikir Positif”, menyebutkan adanya tiga tindakan yang
menimbulkan efek negatif. Ketiga tindakan berikut ini adalah tiga pembunuh utama
karena efeknya mempengaruhi jiwa orang yang melakukannya ataupun orang yang
lain:
1. Mencela, tindakan ini akan menghilangkan semangat untuk menghargai orang
lain. Sesuatu yang dicela pastilah sesuatu yang dianggap buruk, dimana anggapan
itu sangat gampang berubah, tergantung siapa, apa, dan bagaimana. Artinya,
tindakan ini bersifat sangat subyektif.
2. Mengkritik, tindakan ini dapat menimbulkan rasa tidak berguna dan bisa
memancing amarah. Melakukan kritik adalah hal yang tidak mudah karena ada banyak
hal yang harus dipertimbangkan.
3. Membanding-bandingkan, menimbulkan rasa rendah diri, tidak puas, dengki,
maupun sedih.
Pikiran negatif menjadikan bahasa seseorang menjadi negatif dan yang terdengar
hanya keluhan. Hal itu membuat orang-orang yang berpikir positif tidak tertarik
untuk berinteraksi dengannya. Orang yang berpikir positif memiliki pola pikir
berorientasi solusi, maju, dan berkembang. Sedangkan orang yang berpikir negatif
hanya berkutat pada problem, hingga menular kepada orang lain.
Pikiran negatif membuat seseorang merasa senang pada orang yang mendukung
pendapat negatifnya dan orang yang sejenis yang memiliki pikiran sejenis
dengannya. Jadi, pikiran negatif melahirkan persahabatan yang negatif.
Persahabatan negatif memperkuat pikiran negatif. Dengan begitu orang tersebut
hidup dalam rotasi negatif. Permasalahan yang dihadapi pun semakin membesar dan
hidupnya semakin tidak terarah.
Pola Pikir Negatif
Betapa sering kita terbelenggu oleh jebakan pikiran negatif. Selalu saja ada
suara-suara yang menahan diri kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
Seolah kondisi yang kita alami saat ini merupakan warisan atau bahkan takdir
yang tak akan pernah bisa berubah. Bila saat ini hidup kita pas-pasan, maka
selamanya begitulah. Apakah betul begitu?
Pengalaman buruk menjadi pemicu kuat pikiran negatif tetap tertahan dalam
pikiran. Bila anda tak bisa mendobrak pengalaman buruk itu, bisa jadi bukan saja
pikiran negatif tak akan pernah hengkang dari pikiran, tapi bahkan akan terus
bertahan dan kekal selamanya di dalam diri anda.
Jika anda terus menjaga pikiran negatif di dalam tubuh anda, maka tubuh anda
akan terbiasa untuk membutuhkannya. Akibatnya, segala hal akan mudah anda lihat
dari kacamata negatif.
Ciri-ciri Orang yang Berpikir Negatif:
1. Rendah diri.
2. Ketidaktahuan.
3. Generalisasi.
4. Salah persepsi.
5. Menganggap masalah secara permanen.
6. Mempertahankan status quo.
7. Obyek pikiran negatif.
8. Realitas.
9. Saya tidak bisa.
10. Alasan tersembunyi.
Mencegah dan Mengatasi Pikiran Negatif
Jika anda berpikir negatif, terutama ketika terjadi hal di luar rencana, maka
anda dengan mudah akan merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari
kejadian tersebut. Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membawa
perasaan tambah buruk yang akan berakibat performa anda mengecewakan. Hal ini
akan bisa menjadi seperti lingkaran yang tidak berujung.
Jessica Padykula menyarankan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif:
1. Hidup di saat ini.
2. Katakan hal positif pada diri sendiri.
3. Percaya pada kekuatan pikiran positif.
4. Jangan berdiam diri.
5. Fokus pada hal-hal positif.
6. Bergeraklah (olah raga).
7. Hadapi rasa takut anda.
8. Cobalah hal-hal baru.
9. Ubah cara pandang.
10. Berpikirlah secara positif.
11. Gunakan self-affirmation.
Memupuk Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah gambaran kondisi kejiwaan yang sehat
karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka anda harus memulainya
dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya anda yang
dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang anda alami.
Disarankan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri:
1. Evaluasi diri secara obyektif.
2. Beri pengharapan yang jujur terhadap diri sendiri.
3. Berani mengambil resiko.
4. Mensyukuri dan menikmati karunia Tuhan.
5. Menetapkan tujuan yang realistis.
Membangun Optimisme Membumi
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita menemui orang-orang yang memiliki
optimisme begitu tinggi untuk meraih suatu prestasi tertentu dan cenderung
menganggap enteng segala tantangan yang mungkin menghadang. Namun demikian,
dibalik sikap optimisme tersebut tidak jarang kita juga menemukan bahwa orang
tersebut cenderung tidak memiliki dasar atau landasan kuat untuk mendukung
optimismenya yang terefleksi dalam bentuk minimnya persiapan dan rencana,
ketekunan, kerja keras, dana kemampuan yang dimiliki. Akibatnya, ia tidak pernah
berhasil mencapai prestasi yang tadinya sangat diyakini akan dapat dicapai.
Bahkan banyak yang berakhir dengan kekecewaan dan frustrasi mendalam.
Anda selamanya tidak bisa melepaskan diri dari keterikatan waktu. Masa lalu
telah menjadi sejarah. Hal itu memberi banyak pelajaran tentang suatu hal yang
membedakan tetapi jangan sampai anda hidup di dalamnya dan terlilit belenggunya.
Masa depan masih berupa wilayah yang penuh misteri dan keajaiban. Sedangkan masa
lalu adalah peta tentang dari mana anda dan masa depan merupakan wilayah tentang
kemana anda. Maka tugas anda adalah menggoreskan pena imajinasi tentang masa
depan di atas kertas sejarah masa lalu.
Optimisme akan masa depan tidak dibangun di atas harapan utopis atau impian
kosong karena harapan. Impian seperti itu bersifat gratis dan bisa dimiliki oleh
semua orang dalam jumlah sebanyak mungkin. Kalau hanya bicara harapan dan impian,
tentu semua orang ingin makmur, hidup enak, berfoya-foya, terhormat, dan
digolongkan ahli sorga. Namun dalam kenyataan berapa persen yang bisa mewujudkan
impian tersebut?
Bagaimana cara membangun optimisme yang membumi?
1. Keyakinan.
Keyakinan seperti apa yang dibutuhkan saat anda mendesain masa depan? Anda
membutuhkan keyakinan faktual sebagai alasan mengapa anda memiliki optimisme
yang kuat.
Berilah diri anda alasan yang kuat mengapa anda pantas memiliki keyakinan
tentang suatu hal. Batas anda untuk yakin dan ragu-ragu terkadang lebih sering
berupa batas kemampuan anda untuk mengetahui bagaimana sesuatu terjadi (how
something happens).
Selain keyakinan faktual, anda membutuhkan keyakinan mental, terutama ketika
anda sedang menghadapi pekerjaan yang sifatnya start-up.
Bagaimana orang lain memberlakukan anda diawali dari bagaimana anda
memberlakukan diri anda. Jika anda tidak yakin bahwa anda memiliki kemampuan
untuk bermain secara utuh, maka karakter hidup yang anda peragakan adalah
karakter ragu-ragu untuk sukses.
Keyakinan bahwa anda memiliki kemampuan meraih sukses melahirkan pribadi yang
puas terhadap kehidupan dan oleh karena itu energi yang dihasilkan bersifat
positif. Energi inilah yang akan melindungi keyakinan anda dari virus yang
berupa keragu-raguan, rasa tidak berdaya, pesimisme tidak beralasan, rasa
khawatir yang berlebihan terhadap takhayul ‘jangan-jangan’ yang menyebabkan anda
terseret dari garis fokus hidup anda.
2. Kontrol diri.
Kontrol diri erat kaitannya dengan bagaimana anda menggunakan pilihan hidup.
Disadari atau tidak, anda selama hidup selalu disodorkan sejumlah pilihan
seiring dengan detak jantung anda. Mana yang akan anda pilih, anda jengkel
karena keadaan semrawut atau karena anda jengkel sehingga keadaan menjadi
semrawut.
Pilihan seluruhnya di tangan anda. Anda berpikir negatif karena keadaan yang
negatif atau karena anda berpikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif.
Terus terang sebagai manusia biasa terkadang anda sering tergelincir ke dalam
situasi hidup bahwa realitas adalah monster yang memberi anda kepastian sehingga
di hadapannya anda tidak sempat menyadari bahwa realitas adalah hasil pilihan
anda.
Ketika kontrol diri tidak lagi berada pada kesadaran bahwa realitas adalah hasil
dari akumulasi pilihan, maka optimisme mulai meninggalkan anda karena energi
yang bekerja membentuk format hidup anda berupa energi negatif. Saat itulah anda
tergoda untuk memilih keyakinan bahwa lebih besar tentangan ketimbang kemampuan;
lebih banyak problem ketimbang solusi; hutang melebihi jumlah pemasukan;
keterbatasan lebih berkuasa ketimbang keunggulan anda; dan semua yang anda
lakukan pantas dianggap kenihilan belaka.
3. Kohesi.
Lingkungan memiliki energi, roh, atau kekuatan untuk membentuk anda meskipun
akhirnya keputusan tetap di tangan anda. Lingkungan bagaikan penasihat tanpa
jabatan. Sayangnya, anda secara alami cenderung terbawa larut oleh lingkungan
tanpa keputusan yang kuat untuk menciptakan seleksi. Akibatnya, anda menjadi
sosok yang diciptakan oleh lingkungan sehingga jadilah anda sosok yang
biasa-biasa saja dan tidak pernah menempati wilayah posisi pengambil keputusan
meskipun untuk persoalan anda sebagai manusia.
Tidak semua energi yang dikeluarkan lingkungan memiliki daya tarik ke hal-hal
negatif, tetapi kesalahan tentang lingkungan terjadi ketika anda mengabaikan
prinsip dasar kebenaran alamiah bahwa dunia ini diciptakan dari hukum kerja sama.
Jika anda hanya memiliki satu lingkungan yang sangat terbatas, maka lingkungan
itulah yang menjadi identitas anda. Ibaratnya, seperti katak di dalam tempurung.
Padahal satu gagasan hidup menuntut aplikasi sekian perangkat dimana
masing-masing perangkat ikut andil sesuai kekuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar