Jumat, 14 Juli 2017

MENGHINDARI PIKIRAN NEGATIF

Ukuran sukses sejati terletak pada kemampuan kita merasakan pikiran bahagia ~ Erbe Sentanu

Dalam buku “Terapi Berpikir Positif”, menyebutkan adanya tiga tindakan yang menimbulkan efek negatif. Ketiga tindakan berikut ini adalah tiga pembunuh utama karena efeknya mempengaruhi jiwa orang yang melakukannya ataupun orang yang lain:
1. Mencela, tindakan ini akan menghilangkan semangat untuk menghargai orang lain. Sesuatu yang dicela pastilah sesuatu yang dianggap buruk, dimana anggapan itu sangat gampang berubah, tergantung siapa, apa, dan bagaimana. Artinya, tindakan ini bersifat sangat subyektif.
2. Mengkritik, tindakan ini dapat menimbulkan rasa tidak berguna dan bisa memancing amarah. Melakukan kritik adalah hal yang tidak mudah karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
3. Membanding-bandingkan, menimbulkan rasa rendah diri, tidak puas, dengki, maupun sedih.

Pikiran negatif menjadikan bahasa seseorang menjadi negatif dan yang terdengar hanya keluhan. Hal itu membuat orang-orang yang berpikir positif tidak tertarik untuk berinteraksi dengannya. Orang yang berpikir positif memiliki pola pikir berorientasi solusi, maju, dan berkembang. Sedangkan orang yang berpikir negatif hanya berkutat pada problem, hingga menular kepada orang lain.
Pikiran negatif membuat seseorang merasa senang pada orang yang mendukung pendapat negatifnya dan orang yang sejenis yang memiliki pikiran sejenis dengannya. Jadi, pikiran negatif melahirkan persahabatan yang negatif.
Persahabatan negatif memperkuat pikiran negatif. Dengan begitu orang tersebut hidup dalam rotasi negatif. Permasalahan yang dihadapi pun semakin membesar dan hidupnya semakin tidak terarah.

Pola Pikir Negatif
Betapa sering kita terbelenggu oleh jebakan pikiran negatif. Selalu saja ada suara-suara yang menahan diri kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Seolah kondisi yang kita alami saat ini merupakan warisan atau bahkan takdir yang tak akan pernah bisa berubah. Bila saat ini hidup kita pas-pasan, maka selamanya begitulah. Apakah betul begitu?
Pengalaman buruk menjadi pemicu kuat pikiran negatif tetap tertahan dalam pikiran. Bila anda tak bisa mendobrak pengalaman buruk itu, bisa jadi bukan saja pikiran negatif tak akan pernah hengkang dari pikiran, tapi bahkan akan terus bertahan dan kekal selamanya di dalam diri anda.
Jika anda terus menjaga pikiran negatif di dalam tubuh anda, maka tubuh anda akan terbiasa untuk membutuhkannya. Akibatnya, segala hal akan mudah anda lihat dari kacamata negatif.

Ciri-ciri Orang yang Berpikir Negatif:
1. Rendah diri.
2. Ketidaktahuan.
3. Generalisasi.
4. Salah persepsi.
5. Menganggap masalah secara permanen.
6. Mempertahankan status quo.
7. Obyek pikiran negatif.
8. Realitas.
9. Saya tidak bisa.
10. Alasan tersembunyi.

Mencegah dan Mengatasi Pikiran Negatif
Jika anda berpikir negatif, terutama ketika terjadi hal di luar rencana, maka anda dengan mudah akan merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut. Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membawa perasaan tambah buruk yang akan berakibat performa anda mengecewakan. Hal ini akan bisa menjadi seperti lingkaran yang tidak berujung.
Jessica Padykula menyarankan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif:
1. Hidup di saat ini.
2. Katakan hal positif pada diri sendiri.
3. Percaya pada kekuatan pikiran positif.
4. Jangan berdiam diri.
5. Fokus pada hal-hal positif.
6. Bergeraklah (olah raga).
7. Hadapi rasa takut anda.
8. Cobalah hal-hal baru.
9. Ubah cara pandang.
10. Berpikirlah secara positif.
11. Gunakan self-affirmation.

Memupuk Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah gambaran kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka anda harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya anda yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang anda alami.
Disarankan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri:
1. Evaluasi diri secara obyektif.
2. Beri pengharapan yang jujur terhadap diri sendiri.
3. Berani mengambil resiko.
4. Mensyukuri dan menikmati karunia Tuhan.
5. Menetapkan tujuan yang realistis.

Membangun Optimisme Membumi
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita menemui orang-orang yang memiliki optimisme begitu tinggi untuk meraih suatu prestasi tertentu dan cenderung menganggap enteng segala tantangan yang mungkin menghadang. Namun demikian, dibalik sikap optimisme tersebut tidak jarang kita juga menemukan bahwa orang tersebut cenderung tidak memiliki dasar atau landasan kuat untuk mendukung optimismenya yang terefleksi dalam bentuk minimnya persiapan dan rencana, ketekunan, kerja keras, dana kemampuan yang dimiliki. Akibatnya, ia tidak pernah berhasil mencapai prestasi yang tadinya sangat diyakini akan dapat dicapai. Bahkan banyak yang berakhir dengan kekecewaan dan frustrasi mendalam.
Anda selamanya tidak bisa melepaskan diri dari keterikatan waktu. Masa lalu telah menjadi sejarah. Hal itu memberi banyak pelajaran tentang suatu hal yang membedakan tetapi jangan sampai anda hidup di dalamnya dan terlilit belenggunya.
Masa depan masih berupa wilayah yang penuh misteri dan keajaiban. Sedangkan masa lalu adalah peta tentang dari mana anda dan masa depan merupakan wilayah tentang kemana anda. Maka tugas anda adalah menggoreskan pena imajinasi tentang masa depan di atas kertas sejarah masa lalu.
Optimisme akan masa depan tidak dibangun di atas harapan utopis atau impian kosong karena harapan. Impian seperti itu bersifat gratis dan bisa dimiliki oleh semua orang dalam jumlah sebanyak mungkin. Kalau hanya bicara harapan dan impian, tentu semua orang ingin makmur, hidup enak, berfoya-foya, terhormat, dan digolongkan ahli sorga. Namun dalam kenyataan berapa persen yang bisa mewujudkan impian tersebut?
Bagaimana cara membangun optimisme yang membumi?
1. Keyakinan.
Keyakinan seperti apa yang dibutuhkan saat anda mendesain masa depan? Anda membutuhkan keyakinan faktual sebagai alasan mengapa anda memiliki optimisme yang kuat.
Berilah diri anda alasan yang kuat mengapa anda pantas memiliki keyakinan tentang suatu hal. Batas anda untuk yakin dan ragu-ragu terkadang lebih sering berupa batas kemampuan anda untuk mengetahui bagaimana sesuatu terjadi (how something happens).
Selain keyakinan faktual, anda membutuhkan keyakinan mental, terutama ketika anda sedang menghadapi pekerjaan yang sifatnya start-up.
Bagaimana orang lain memberlakukan anda diawali dari bagaimana anda memberlakukan diri anda. Jika anda tidak yakin bahwa anda memiliki kemampuan untuk bermain secara utuh, maka karakter hidup yang anda peragakan adalah karakter ragu-ragu untuk sukses.
Keyakinan bahwa anda memiliki kemampuan meraih sukses melahirkan pribadi yang puas terhadap kehidupan dan oleh karena itu energi yang dihasilkan bersifat positif. Energi inilah yang akan melindungi keyakinan anda dari virus yang berupa keragu-raguan, rasa tidak berdaya, pesimisme tidak beralasan, rasa khawatir yang berlebihan terhadap takhayul ‘jangan-jangan’ yang menyebabkan anda terseret dari garis fokus hidup anda.
2. Kontrol diri.
Kontrol diri erat kaitannya dengan bagaimana anda menggunakan pilihan hidup. Disadari atau tidak, anda selama hidup selalu disodorkan sejumlah pilihan seiring dengan detak jantung anda. Mana yang akan anda pilih, anda jengkel karena keadaan semrawut atau karena anda jengkel sehingga keadaan menjadi semrawut.
Pilihan seluruhnya di tangan anda. Anda berpikir negatif karena keadaan yang negatif atau karena anda berpikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif. Terus terang sebagai manusia biasa terkadang anda sering tergelincir ke dalam situasi hidup bahwa realitas adalah monster yang memberi anda kepastian sehingga di hadapannya anda tidak sempat menyadari bahwa realitas adalah hasil pilihan anda.
Ketika kontrol diri tidak lagi berada pada kesadaran bahwa realitas adalah hasil dari akumulasi pilihan, maka optimisme mulai meninggalkan anda karena energi yang bekerja membentuk format hidup anda berupa energi negatif. Saat itulah anda tergoda untuk memilih keyakinan bahwa lebih besar tentangan ketimbang kemampuan; lebih banyak problem ketimbang solusi; hutang melebihi jumlah pemasukan; keterbatasan lebih berkuasa ketimbang keunggulan anda; dan semua yang anda lakukan pantas dianggap kenihilan belaka.
3. Kohesi.
Lingkungan memiliki energi, roh, atau kekuatan untuk membentuk anda meskipun akhirnya keputusan tetap di tangan anda. Lingkungan bagaikan penasihat tanpa jabatan. Sayangnya, anda secara alami cenderung terbawa larut oleh lingkungan tanpa keputusan yang kuat untuk menciptakan seleksi. Akibatnya, anda menjadi sosok yang diciptakan oleh lingkungan sehingga jadilah anda sosok yang biasa-biasa saja dan tidak pernah menempati wilayah posisi pengambil keputusan meskipun untuk persoalan anda sebagai manusia.
Tidak semua energi yang dikeluarkan lingkungan memiliki daya tarik ke hal-hal negatif, tetapi kesalahan tentang lingkungan terjadi ketika anda mengabaikan prinsip dasar kebenaran alamiah bahwa dunia ini diciptakan dari hukum kerja sama. Jika anda hanya memiliki satu lingkungan yang sangat terbatas, maka lingkungan itulah yang menjadi identitas anda. Ibaratnya, seperti katak di dalam tempurung. Padahal satu gagasan hidup menuntut aplikasi sekian perangkat dimana masing-masing perangkat ikut andil sesuai kekuatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar