Iseng-iseng cari permasalahan teman adik saya, yang kerjaannya hanya
berbohong dan membesar-besarkan apa saja yang di katakannya.. ternyata
Suka Berbohong pun merupakan penyakit.. jadi siapa di antara kalian yang
terkena penyakit tersebut dan tanpa kalian sadari? yuk kita lihat
penjelasan dari Sang Alkemis.
Kenapa manusia berbohong? Karena mereka menganggap bisa hidup langgeng
(bisa tertolong, lepas dari masalah) dan mendapat keberuntungan dengan
kebohongan dan penipuan. Kadang-kadang dengan berbohong masalah mereka
tertolong untuk sesaat. sampai hidup selanjutnya tidak bisa dilepaskan
lagi, itu menjadi suatu hal yang menjadi kebiasaan, membentuk karakter.
Jadi bohong bisa dimengerti, meskipun bukan sesuatu yang bisa dimaafkan
atau dilupakan begitu saja. di dalam hal bohong-berbohong, perasaan
ketakutan dan kekalutan diri yang sesungguhnya tertutupi. Karena itu,
berbohong berarti menutupi hal yang sebenarnya. Hal itu untuk sementara
waktu memang bisa dijadikan pegangan batin untuk mendapat ketenangan.
Berbohong sepertinya sudah "mendarah daging" dalam diri kita. Coba kita
telaah, apa benar dalam hidup ini kita belum pernah berbohong? Orang
yang paling jujur saja, ada kemungkinan pernah berbohong, ya paling
tidak berbohong kecil-kecilan. Bisa juga kepada orang lain ada
kemungkinan dia belum pernah berbohong.
Bagaimana dengan diri sendiri? Sering dalam hidup ini kita membohongi
diri sendiri, banyak hasil yang bisa dilihat dari sikap membohongi diri.
Mulai dari yang biasa-biasa saja, sampai yang paling gawat! Ada orang
yang berusaha hidup dengan membohongi diri sampai harus menjadi
penderita macam-macam penyakit, karena berbohong. Sesungguhnya bagi
batin si pelaku juga bukan hal yang menyenangkan, banyak rasa bersalah
yang dirasakan dalam batin-nya.
Itulah yang menimbulkan berbagai keluhan mulai dari ketegangan saraf
yang menjadi penyebab sakit kepala, sampai kepada pengerasan pembuluh
darah yang berakibat penyumbatan, terus berlanjut menjadi gagal jantung
dan stroke, dan penyakit menahun yang lain, seperti kanker. Bahkan,
banyak orang terkenal yang berusaha membohongi dirinya di balik
ketenaran dan harta, sampai harus menelan obat sampai overdosis untuk
bunuh diri karena dibohongi terus-menerus. hal pertama yang di alami si
penderita saat mulai berbohong adalah akan mengalami yang namanya merasa
bersalah, gelisah, gemetar, badan keringat dingin, ketakutan akan
ketahuan. dan bila ketahuan si penderita akan merasa seperti kena setrum
dan membuat badannya menjadi Lemes. akan tetapi bila sudah terbiasa
memulai berbohong, maka selanjutnya dia tidak akan merasa bersalah atau
malu atau sakit secara fisik, bahkan bila sudah ketahuan sekali-pun!!!
Mythomania. istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh
seorang psikiater bernama ferdinand dupré. mythomania adalah
kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabuhi
orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri
mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri. berbeda dengan seorang
pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu
membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang mythomaniac
tiddk sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. ia tidak mampu
membedakan antara ‘kenyataan’ yg berasal dari imaginasinya dan kenyataan
yang sebenarnya. kebohongan-kebohongan yang dilakukan olehnya cenderung
‘di luar ‘ kesadaran, yang artinya adalah dia tidak tahu/tidak sadar
bahwa orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena
yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh
sekelilingnya, pengakuan terhadap ‘kenyataan’ yang ingin ia wujudkan
demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia
terima, dengan tanpa rasa menderita. salah satu penyebab mythomania adalah
kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya, bisa jadi berupa kegagalan
dalam hal studi, masalah keluarga, kisah-kisah sentimental, bahkan
kegagalan dalam hal pekerjaan (namun jangan keliru, pada saat ia
mendapati orang lain mulai meragukan apa yang ia percaya, ia menjadi
sadar telah berbohong- detilnya akan dibahas di bawah). pendeknya, ia
ingin melarikan diri dari semua image tentang dirinya sendiri. jadi,
semakin orang lain mempercayai kebohongannya, semakin ia terbantu untuk
lepas dari image nyata tentang dirinya yang sulit ia terima itu.
Seorang pembohong biasa pada umumnya memiliki alasan lumrah dan masuk
akal ketika berbohong, seperti dengan tujuan bercanda, atau demi
kebaikan atau pun demi menyelematkan seseorang. karena kebohongannya ia
lakukan hanya terkadang saja yg artinya ia tidak terbiasa berbohong,
biasanya ia akan terlihat kikuk dan canggung. tidak demikian dengan
mythomaniac. mythomaniac memiliki pesona yang mampu memanipulasi
orang lain, ia pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat dengan
tujuan supaya dicintai, demi mencapai tujuannya.
Pada saat seorang mythomaniac telah berhasil menjerat kita, sedikit demi
sedikit kebohongannya merusak dan mengganggu sistem kepercayaan dan
keyakinan diri kita. bahkan rasa percaya kita yg paling kokoh pun akan
guncang dan kita mulai percaya pada ‘image’ baru yang dia buat, serta
perlahan kita meninggalkan kenyataan yang sesungguhnya mengenai si
mythomaniac tersebut. ketika kita mulai sadar akan kebohongannya, pada
awalnya ia akan mengelak, kadang disertai dengan kemarahan, kemudian ia
akan memanipulasi lagi dari awal dengan tetap pada kebohongan yang sama.
tetapi jika hal ini mulai ia rasakan berat, maka ia akan ‘mengkoreksi’
kebohongannya dg cara berbelit dan berputar-putar dengan cerita yg baru,
dengan tanpa meninggalkan kebohongan awalnya ( istilah sekarang
‘ngeles’). semakin kita mempertanyakan kebohongannya, semakin banyak
kebohongan yang ia ciptakan karena pada titik ini, ia sadar telah
berbohong, dan seorang mythomaniac yg sadar telah berbohong akan semakin
lepas kendali, seperti sudah sekilas diungkapkan di paragraf kedua di
atas.
Mythomaniac sendiri sebenarnya adalah korban. ia korban dari
ketidakbahagiaan dalam hidupnya dan korban dari penderitaan yang terlalu
terus menerus. ia tdk mampu mengekspresikan keaslian dirinya sehingga
selalu ingin bersembunyi di balik topeng. jika anda menjumpai seorang
mythomaniac, jalan terbaik adalah menghindar darinya. namun jika anda
ingin menolongnya, jangan berusaha mencari alasan yang masuk akal, atau
mencoba menemukan jawaban dari tindakan-tindakan kebohongannya karena
itu membuang-buang waktu saja. berusaha mengerti mengapa ia berbohong
adalah sia-sia saja karena jiwanya merupakan sebuah labirin di mana ia
hanya berputar-putar saja disitu tanpa ada jalan keluar. yang bisa anda
lakukan adalah meyakinkannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri. setelah
itu, semua kembali kepada si mythomaniac itu sendiri. hanya dia yg bisa
menolong dirinya sendiri. ia harus menyadari permasalahannya,
mengakuinya dan harus memiliki keingininan yg kuat utk menyembuhkan
dirinya. menemui seorang psikiater adalah merupakan salah satu ciri-ciri
bahwa ia ingin menolong dirinya. (Dikutip dari salah satu blog bernama
fitalexi).
Teringat sebuah kutipan:" Kejujuran yang membuat-ku terhina, itu lebih
aku cintai daripada kebohongan yang membuat-ku terhormat". "Kejujuran
akan menyelamatkanmu meskipun kamu menyembunyikannya, dan kebohongan
akan menjerumuskan-mu, meskipun kamu menyembunyikannya".
Dan kutipan kLasik yang sering kita dengar mengtakan:"Jika seorang
pembohong terkenal akan kebohongannya, maka dia tidak akan dipercaya
dalam hal apapun meskipun dia berkata jujur".
Jika orang terlalu sering berbohong, tetapi tidak merasa efek negatif
dengan kesehatan psikis (merasa bersalah, menyadari telah berbohong),
orang tersebut bisa digolongkan dengan sebutan psikopat. Hal itu banyak
diderita oleh pebisnis, karena banyak orang berbisnis dengan
menghalalkan segala cara untuk mempertahankan perusahaan dan harga diri
mereka.
Di Amerika pernah dilakukan penelitian mengenai berbohng oleh para ahli
jiwa. Para tersangka yang sudah lulus dari mesin pendeteksi kebohongan
diteliti dengan memperhatikan gerak (bahasa) tubuh orang tersebut. Dari
situ disimpulkan bahwa seseorang kala berbohong, akan lebih banyak
mendongakkan dagunya ke satu arah, yang paling sering terjadi hampir
seluruh peserta yang diteliti, mendongakkan dagunya ke arah kanan.
Ciri lain mereka mengesekkan jarinya ke cuping hidung atau atas bibir di
bawah hidung secara terus menerus karena menurut penelitian, seseorang
kala berbohong, aliran darahnya akan lebih cepat mengalir dan pembuluh
darah membuat ujung-ujung saraf di cuping hidung atau atas bibir lebih
teraktifkan, sehingga terasa gatal.
Bagi orang yang tidak biasa berbohong, bila suatu waktu dia terpaksa
melakukannya, tentu ada satu bahasa tubuh yang ketara. Yaitu dia lebih
sering mengerakkan badannya, seolah terasa pegal dan sedikit gemetar
sampai gemetar yang disertai tergagap.
Berbohong berarti melawan "bahasa kalbu" sebagai bisikan dari hati nurani.
hati nurani adalah sebuah "alat" yang menyebabkan Anda bisa berhubungan
dengan semua daya dan merupakan penghubung antara pikiran dan
intelegensi abadi diri Anda. (Dikopi dari blog Lianny Hendranata)
Semoga bermanfaat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar