Jumat, 02 Agustus 2013

HINDARI SIFAT SRIYA atau NARSIS atau SOMBONG

Saya tidak tahu ujung pangkalnya, tiba-tiba saya ingin menulis tentang Narsis atau sombong. Ketika teringat kedua kata itu saya terbayang kembali pada sebuah Khutbah Hari Raya di Mesjid Multazam, Cot Puuk, Gandapura (kampung kedua saya setelah Leubu). Sekitar tahun 2003, Tgk.H.Ismuar, pegawai Kemenag Bireuen, memberi materi Khutbah Hari Raya yang sangat luar biasa. Tentang Sombong dan Narsis. Buktinya walau sudah sepuluh tahun, memori saya tentang kedua kata tersebut, masih sangat bagus.

Baik, sebelum saya melanjutkan, saya ingin mengutip beberapa kalimat isi khutbah, antara lain bahwa kalau kita manusia ini sudah ada sifat sombong dalam hati kita, apapun yang kita lakukan, baik itu kegiatan baik atau kegiatan tidak baik selalu kita ingin menonjolkan diri. Misalnya, kata Tgk H.Ismuar, ada tetangga menanyakan "Ibu baru beli kulkas baru iya?" dengan sigap orang narsis akan menjawab "ah, mana ada kulkas baru, bu.... itu kulkas bekas kok, kiriman anak saya yang di Amerika!"

Oke, kita tinggalkan soal khutbah. Pada kesempatan yang lain, ada seorang Bapak yang anaknya baru pulang dari Suriah, ikut sebagai anggota pasukan Kontingen GARUDA, dengan sengaja mengiklankan keselamatan anaknya (selama bertugas di medan perang) di media lokal.
"Terima kasih kepada Bapak ini, bapak itu,...bla, bla...atas bantuannya sehingga anak kami Lettu Inf Agam Ganteng Lagoina, SH, LLM telah dengan selamat tiba di tanah air"...
Iklan sombong juga kan? Intinya Bapak ini memproklamirkan seorang puteranya yang Perwira Pertama AKMIL. Biar semua orang tahu....hehehehe

Dan banyak lagi contoh barang, bahwa sifat sombong ada dimana saja. Fenomena sekarang malah sudah sangat parah, khususnya menjelang Pemilu. Beberapa kali kejadian lucu saya temui. Ada seorang tokoh karbitan (saya katakan karbitan,dia dikenal bukan karena ketokohannya, tapi karena bergabung dengan sebuah partai penguasa, sehingga sering tampil) yang sangat akrab dengan saya, meminta saya mengirim ucapan selamat pada saat perkawinan anaknya. Saya sempat merasa aneh dan berfikir bahwa hal tersebut dilakukan pada semua orang, meminta orang mengirim papan bunga. Sang tokoh ini berharap para undangan atau orang kampungnya akan melihat kapasitas dia dari banyaknya papan bunga, dari bapak ini atau dari bapak itu. Hahahahahaha.....saya mau tertawa.
Kejadian sebaliknya, saya malah kesal, banyaknya Papan Bunga ucapan berlangsungkawa atas meninggalnya ayah saya Tgk.Aminullah Amin, tanggal 16 Mei lalu. Malah membuat makin sempit jalan di kampung kami. Susah dilalui oleh para tamu yang melayat almarhum.

Fenomena lain lagi juga terjadi akhir-akhir ini. Setiap ada acara, baik yang resmi maupun setengah resmi di kawasan Kota Juang, banyak Papan Bunga dari organisasi-organisasi yang tak jelas hidupnya. Maksud saya, organisasi yang kantornya dalam tas laptop sang Ketua atau Sekretarisnya. Yang mana organisasi dimaksud hanya punya nama, tapi tidak punya kegiatan apapun yang membawa aura positif bagi kemajuan Bireuen. Yang ada hanyalah, mengerus APBK Bireuen dari Bantuan Hibah dari Kesbang Bireuen, setiap tahun.
Kembali ke Papan Bunga, malah ada orang-orang yang sama mengirim Papan Bunga dengan organisasi berbeda. Narsis kali iya....

Banyak sekali kegiatan yang sifatnya sombong atau riya. Tak seharusnya hal itu dilakukan, toh orang juga makin pintar sekarang. Tidak bisa lagi dibohongi. Zaman kian berubah. Misalnya, saya mengatakan bahwa beberapa ruas jalan di dusun Selatan, Cot Gapu, saya yang bangun.... Demi masyarakat Cot Gapu-lah atau dusun Selatan. Padahal, jelas jalan itu dibangun oleh Pemda Bireuen, dari dana APBK tahun 2011 dan 2012. Hanya saja, saya memang yang berinisiatif melalui aspirasi Bapak Aminullah Amin, ayah saya almarhum. Tidak pernah saya tonjolkan keberadaan ayah saya secara pribadi. Karena itu memang tugasnya sebagai anggota DPRK.... Karena saya tidak ingin ada kesombongan di hati kami sedikitpun.

Dulu saat saya masih bertugas di Samadua, seorang teman dari Bireuen mampir ke tempat saya beserta rombongannya. Yang bersangkutan masih sahabat saya juga. Saya terkejut melihat penampilannya yang mana pakaiannya penuh dengan uniform layaknya seorang Pejabat teras. Saya tanya, dia kerja dimana, saat itu dia menjawab bahwa sedang menjadi anggota Tim Ahli Gubernur bidang percepatan pembangunan. Sempat juga ybs mengatakan kalau saya menemui kendala apa-apa, telpon dia. Dan akan diselesaikan oleh Pang L.Tapaktuan, janjinya. Sampai saya sudah bertugas lagi di Bireuen, saya tidak pernah "mengatakan" apapun padanya, karena saya membaca aura kesombongan di wajahnya, saat mengatakan itu pada saya. SOMBONG juga, pikir saya.

Berangkat dari banyaknya ragam kesombongan di masyarakat kita, dan berharap saya tidak terkena virus itu, saya penasaran.
Setelah saya cari di dunia maya, saya menemukan beberapa pengertian tentang Sombong atau Narsis. Mitologi tentang Narsis digunakan dalam Psikologi pertama kalinya oleh Sigmund Freud (1856-1939) untuk menggambarkan individu-individu yang menunjukkan cinta diri yang berlebihan. Freud menamakan “The narsissists” dan pelakunya disebut individu narsisistik atau seorang narsisis (http://www.psikologiums.net/).

Menurut Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas, Jumat, 01 April 2005).

Wah, membaca Sigmund Freud, dan Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid sangat mengerikan sekali. Semoga tidak terjangkit virus tersebut pada saya. Mudah-mudahan, kalaupun ada iklan baliho yang bergambar saya, itu semata-mata tuntutan pekerjaan yang harus mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat.

Selebihnya, Wallahu a'lam.... Mudah-mudahan di bulan yang penuh berkah ini Allah akan menundukkan hati manusia yang sombong, narsis atau yang suka menyombongkan diri.

Mohon maaf, tulisan ini mengandung unsur fiksi, dengan harapan kita semua tidak sombong.

salam
mukhlis aminullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar