Saya
tidak tahu ujung pangkalnya, tiba-tiba saya ingin menulis tentang Narsis
atau sombong. Ketika teringat kedua kata itu saya terbayang kembali
pada sebuah Khutbah Hari Raya di Mesjid Multazam, Cot Puuk, Gandapura
(kampung kedua saya setelah Leubu). Sekitar tahun 2003, Tgk.H.Ismuar,
pegawai Kemenag Bireuen, memberi materi Khutbah Hari Raya yang sangat
luar biasa. Tentang Sombong dan Narsis. Buktinya walau sudah sepuluh
tahun, memori saya tentang kedua kata tersebut, masih sangat bagus.
Baik, sebelum saya melanjutkan, saya ingin mengutip beberapa kalimat
isi khutbah, antara lain bahwa kalau kita manusia ini sudah ada sifat
sombong dalam hati kita, apapun yang kita lakukan, baik itu kegiatan
baik atau kegiatan tidak baik selalu kita ingin menonjolkan diri.
Misalnya, kata Tgk H.Ismuar, ada tetangga menanyakan "Ibu baru beli
kulkas baru iya?" dengan sigap orang narsis akan menjawab "ah, mana ada
kulkas baru, bu.... itu kulkas bekas kok, kiriman anak saya yang di
Amerika!"
Oke, kita tinggalkan soal khutbah. Pada kesempatan
yang lain, ada seorang Bapak yang anaknya baru pulang dari Suriah, ikut
sebagai anggota pasukan Kontingen GARUDA, dengan sengaja mengiklankan
keselamatan anaknya (selama bertugas di medan perang) di media lokal.
"Terima kasih kepada Bapak ini, bapak itu,...bla, bla...atas bantuannya
sehingga anak kami Lettu Inf Agam Ganteng Lagoina, SH, LLM telah dengan
selamat tiba di tanah air"...
Iklan sombong juga kan? Intinya Bapak
ini memproklamirkan seorang puteranya yang Perwira Pertama AKMIL. Biar
semua orang tahu....hehehehe
Dan banyak lagi contoh barang,
bahwa sifat sombong ada dimana saja. Fenomena sekarang malah sudah
sangat parah, khususnya menjelang Pemilu. Beberapa kali kejadian lucu
saya temui. Ada seorang tokoh karbitan (saya katakan karbitan,dia
dikenal bukan karena ketokohannya, tapi karena bergabung dengan sebuah
partai penguasa, sehingga sering tampil) yang sangat akrab dengan saya,
meminta saya mengirim ucapan selamat pada saat perkawinan anaknya. Saya
sempat merasa aneh dan berfikir bahwa hal tersebut dilakukan pada semua
orang, meminta orang mengirim papan bunga. Sang tokoh ini berharap para
undangan atau orang kampungnya akan melihat kapasitas dia dari banyaknya
papan bunga, dari bapak ini atau dari bapak itu. Hahahahahaha.....saya
mau tertawa.
Kejadian sebaliknya, saya malah kesal, banyaknya
Papan Bunga ucapan berlangsungkawa atas meninggalnya ayah saya
Tgk.Aminullah Amin, tanggal 16 Mei lalu. Malah membuat makin sempit
jalan di kampung kami. Susah dilalui oleh para tamu yang melayat
almarhum.
Fenomena lain lagi juga terjadi akhir-akhir ini.
Setiap ada acara, baik yang resmi maupun setengah resmi di kawasan Kota
Juang, banyak Papan Bunga dari organisasi-organisasi yang tak jelas
hidupnya. Maksud saya, organisasi yang kantornya dalam tas laptop sang
Ketua atau Sekretarisnya. Yang mana organisasi dimaksud hanya punya
nama, tapi tidak punya kegiatan apapun yang membawa aura positif bagi
kemajuan Bireuen. Yang ada hanyalah, mengerus APBK Bireuen dari Bantuan
Hibah dari Kesbang Bireuen, setiap tahun.
Kembali ke Papan Bunga, malah ada orang-orang yang sama mengirim Papan Bunga dengan organisasi berbeda. Narsis kali iya....
Banyak sekali kegiatan yang sifatnya sombong atau riya. Tak seharusnya
hal itu dilakukan, toh orang juga makin pintar sekarang. Tidak bisa lagi
dibohongi. Zaman kian berubah. Misalnya, saya mengatakan bahwa beberapa
ruas jalan di dusun Selatan, Cot Gapu, saya yang bangun.... Demi
masyarakat Cot Gapu-lah atau dusun Selatan. Padahal, jelas jalan itu
dibangun oleh Pemda Bireuen, dari dana APBK tahun 2011 dan 2012. Hanya
saja, saya memang yang berinisiatif melalui aspirasi Bapak Aminullah
Amin, ayah saya almarhum. Tidak pernah saya tonjolkan keberadaan ayah
saya secara pribadi. Karena itu memang tugasnya sebagai anggota DPRK....
Karena saya tidak ingin ada kesombongan di hati kami sedikitpun.
Dulu saat saya masih bertugas di Samadua, seorang teman dari Bireuen
mampir ke tempat saya beserta rombongannya. Yang bersangkutan masih
sahabat saya juga. Saya terkejut melihat penampilannya yang mana
pakaiannya penuh dengan uniform layaknya seorang Pejabat teras. Saya
tanya, dia kerja dimana, saat itu dia menjawab bahwa sedang menjadi
anggota Tim Ahli Gubernur bidang percepatan pembangunan. Sempat juga ybs
mengatakan kalau saya menemui kendala apa-apa, telpon dia. Dan akan
diselesaikan oleh Pang L.Tapaktuan, janjinya. Sampai saya sudah bertugas
lagi di Bireuen, saya tidak pernah "mengatakan" apapun padanya, karena
saya membaca aura kesombongan di wajahnya, saat mengatakan itu pada
saya. SOMBONG juga, pikir saya.
Berangkat dari banyaknya ragam kesombongan di masyarakat kita, dan berharap saya tidak terkena virus itu, saya penasaran.
Setelah saya cari di dunia maya, saya menemukan beberapa pengertian
tentang Sombong atau Narsis. Mitologi tentang Narsis digunakan dalam
Psikologi pertama kalinya oleh Sigmund Freud (1856-1939) untuk
menggambarkan individu-individu yang menunjukkan cinta diri yang
berlebihan. Freud menamakan “The narsissists” dan pelakunya disebut
individu narsisistik atau seorang narsisis (http://www.psikologiums.net/).
Menurut Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya,
Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik
memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali
menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut
Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang
narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali
menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas,
Jumat, 01 April 2005).
Wah, membaca Sigmund Freud, dan
Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid sangat mengerikan sekali. Semoga
tidak terjangkit virus tersebut pada saya. Mudah-mudahan, kalaupun ada
iklan baliho yang bergambar saya, itu semata-mata tuntutan pekerjaan
yang harus mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat.
Selebihnya, Wallahu a'lam.... Mudah-mudahan di bulan yang penuh berkah
ini Allah akan menundukkan hati manusia yang sombong, narsis atau yang
suka menyombongkan diri.
Mohon maaf, tulisan ini mengandung unsur fiksi, dengan harapan kita semua tidak sombong.
salam
mukhlis aminullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar