entah dari mana lahirnya tradisi itu
aku tak tahu, kalian juga tak tahu
yang ku tahu bahwa selalu mendapat
selembar undangan atau sebuah sms
sepanjang tiga ratus karakter
"Kami Mengundang Saudara untuk hadir....bla,bla..."
entah untuk apa? entah untuk siapa?
entahlah!
yang ku tahu kepadaku undangan itu tertuju
aku hanya sanggup membalas pesan
cukup dengan dua puluh dua karakter atau
dua puluh empat karakter, kalau ditambah tanda petik
"terima kasih undangannya"
dan hampir semuanya ku abaikan, mohon maaf
buka puasa bersama, itukah judul besarnya?
dari mana sumber uangnya? sementara di sana
di gampong-gampong atau di dusun-dusun
ada orang yang tak tahu mau menjawab apa
ketika anaknya yang tiba-tiba meminta semangkuk
kolak dingin dan sebungkus Mie Aceh!
mau membeli tak punya uang, mau meminta
entah kepada siapa?
sementara disana di sebuah tempat yang mewah
ada makanan sisa terbuang percuma dan
rezeki para kucing atau rezeki ayam milik pencuci piring
begitu kejamkah hati nurani?
makanan enak yang kalian makan menghakimi
mereka yang miskin, bahwa mempertegas
mereka memang miskin
orang fakir yang berada di gampong-gampong
tak tahu makna apa itu buka puasa bersama
konon, mustahil dapat undangannya
yang mereka tahu adalah menghitung tanda
pada selembar almanak tua
yang tertempel pada sebuah dinding di gubuk tua
kapan zakat fitrah dibagi-bagi?
sambil berharap ada orang kaya yang baik hati
datang ke gampong mereka dengan spanduk
bertulis nomor urut ini, nomor urut itu
dan orang kaya seperti itu jarang sekali datang
kecuali lima tahun sekali
entah dari mana lahir tradisi itu?
mari kita jawab rahasia hati masing-masing
entahlah!
Bireuen, 27 Juli 2013 mukhlis aminullah
(yang TIDAK SETUJU dengan saya, boleh menggunakan "hak jawab")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar