Salah satu sebab mengapa motivasi yang begitu besar ternyata tak mampu
menggerakkan kita saat ingin menerapkannya ialah rasa takut. Makin
tinggi dorongan motivasi kita, makin tinggi pula cita-cita, visi yang
kita canangkan. Makin jauh kesenjangan antara visi tersebut dengan
realita sehari-hari kita, maka yang terjadi “kelumpuhan.” Kita menjadi
tidak tahu harus melakukan apa untuk memulainya. Setiap upaya yang kita
rencana berdasarkan kenyataan menjadi kurang menarik dibanding dengan
visi yang sangat tinggi itu. Bahkan tak jarang kita menjadi tidak sabar
terhadap lingkungan, rekan kerja, anak buah yang seolah terlalu lamban
untuk mendukung visi dan semangat kita yang membahana. Kalau tidak
disadari, realita itu bisa kita anggap kendala yang membuat visi kita
kita anggap mustahil.
Dari sejarah kita tahu, bahwa untuk membuat
perubahan caranya ada dua: revolusi dan evolusi. Perubahan radikal dan
perubahan bertahap. Pada saat kita dada kita membahana, terpompa oleh
daya hipnosis motivator besar, mau kita adalah melakukan revolusi
kehidupan. Reformasi total. Tapi begitu kembali ke kantor, rutinitas
sudah menghadang, agenda berderet seperti antrian kereta api. Perubahan
sulit dilakukan. Akhirnya kita menunda, menunggu waktu yang longgar,
saat yang tepat. Lalu penundaan demi penundaan terjadi, tanpa terasa
hingga beberapa bulan bahkan tahun. Akhirnya momentum hilang, terlupakan
oleh hal-hal yang lain.
Sederhananya,
mungkin kita ingin menaikkan nilai TOEFL hingga 600 (saat ini 450),
atau menurunkan berat badan sebanyak 15kg. Tujuan atau target ini
sebetulnya tidak terlalu aneh, bisa dijangkau. Apalagi setelah terpompa
motivasi kita. Rasanya dengan semangat baja 3 bulan juga tercapai.
Dihadapkan pada rutinitas pekerjaan, agenda yang datang silih berganti
tanpa bisa kita stop. Kita jadi menunda program kursus TOEFL, atau
mengikuti fitness. Mau mendaftar tetapi ragu, takut kalau nanti sudah
membayar tapi tidak bisa mengikuti sesuai jadwal. Yang terjadi hanya
maju mundur, sampai peluang-peluang yang ada lewat atau diambil orang
lain.
Ada tindakan perubahan yang sesuai dengan potensi atau kekuatan
kita selama ini. Misalnya niat memperluas network bagi yang mudah
bergaul. Ekspansi karya tulis bagi yang biasa menulis. Kita tinggal
melipat-gandakan produktivitas. Tapi seringkali upaya perubahan justru
menuntut perubahan pada bagian dari kelemahan seseorang atau kebiasaan
(addict) yang sudah menahun. Misalnya ada seorang pendiam, yang
prestasinya dalam kreativitas sangat memukau, karya desainnya disukai
konsumen, maka dia segera mendapat promosi jabatan. Masalahnya, pada
posisi manajer dia juga harus memotivasi staf nya, mendelegasikan tugas,
membimbing dan mengevaluasi karya orang lain. Disitulah kelemahan dia.
Dari konsultasi dan pelatihan supervisi dia tahu apa yang mesti
dilakukan, yaitu memperbaiki sikapnya terhadap anak buahnya. Dalam hal
ini dia harus keluar dari zona nyaman (comfort zone). Ini lah tantangan
perubahan yang sesungguhnya. Seorang pendiam disuruh bicara, seorang
tukang ngoceh disuruh mendengarkan, seorang pemalu disarankan bicara di
depan publik, menawarkan produk ke banyak orang.
Think big, Start small, Act now
Stress,
kuatir bahkan takut untuk memulai perubahan dalam program pengembangan
diri, meningkatkan efektivitas diri dalam meraih cita-cita, adalah
sesuatu yang wajar. Namun seringkali begitu takut, ragu dan malasnya
kita keluar dari zona nyaman (comfort zone), sehingga berakibat gagalnya
program pengembangan diri seperti pengurangan berat badan, peningkatan
nilai prestasi tertentu. Untuk itu salah satu alternative yang
disarankan ialah “start small, act now”.
Lakukan mulai dari
langkah-langkah kecil dan sederhana, tanpa merasa keluar dari “zona
kenyamanan” Anda, yang bisa dilakukan hari ini juga. Mulai dengan satu
pertanyaan kecil: Tindakan sederhana apa yang dapat saya lakukan saat
ini? Kecil dan sederhana sehingga tak ada alasan untuk menundanya.
Misalnya Anda sudah bertahun-tahun tidak membaca kitab suci, dan
sekarang merasa perlu. Maka tidak usah menunggu waktu luang, waktu yang
khusuk. Letakkan saja kitab suci di meja depan TV atau di dekat bantal.
Tiap saat baca walau satu ayat. Sekali itu Anda lakukan tiap saat, tanpa
terasa akan terbaca puluhan bahkan ratusan ayat. Padahal kalau menunggu
waktu luang, terbukti tertunda tahunan.
Begitu juga keinginan Anda
mulai oleh raga lagi. Terpikir untuk ikut klab golf, tenis, yoga, atau
malah sudah mendaftar atau didaftarkan kantor. Tapi selalu malas untuk
memulai, atau sering absen. Lama-lama menjadi segan sendiri, malu dengan
teman. Untuk itu langkah sederhana bisa dilakukan dengan lari di tempat
sambil nonton TV. Atau asal pakai pakaian olah raga lalu keluar rumah,
otomatis kaki akan bergerak untuk berjalan. Makin lama makin cepat dan
makin jauh.
Sekali dimulai, dengan langkah sederhana agar tidak
mengganggu “zona kenyamanan”, maka perubahan mulai bergerak, dan sekali
sudah panah teruskan agar makin jauh dan makin cepat. Sekali lagi, mulai
dengan pertanyaan: Langkah sederhana apa yang dapat saya lakukan untuk
memperbaiki kinerja saya dalam …. ini?
Risfan Munir, penulis buku “Jurus Menang dalam Karier dan Hidup ala
Samurai Sejati”, Gramedia Pustaka Utama, 2009. Penulis kolom
Pembelajar.com serta Andaluarbiasa.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar