Rabu, 15 Juli 2009

PENDIDIKAN MAZAYA


Pendidikan anak. Dua kata yang selalu membuat saya berfikir keras, bila tiba-tiba saya mengingatnya. Bukan apa-apa, saya hanya merasa hal itu merupakan suatu pekerjaan yang maha berat bagi kami sekeluarga. Zaman sudah berubah. Mendidik anak membutuhkan tenaga ektra. Bisa dibayangkan, perbandingannya, antara tiga puluh tahun yang lalu dengan saat ini. Bagaimana ketika saya kecil orangtua saya menerapkan disiplin yang tinggi bagi anak-anaknya. Kami sekeluarga mengikuti aturan tersebut dengan ikhlas. Sejak kecil kami (saya dan adik-adik) sudah ditanamkan nilai-nilai agama. Pagi sekolah, siang mengaji di dayah, malam mengaji di rumah.
Saat ini...? Dunia sudah berbeda. Walaupun saya dan isteri masih bisa mengajarkan pelajaran agama di rumah, juga mengaji di balai pengajian, namun saya rasa itu belum cukup. Tantangan dari lingkungan yang serba modern, mau tidak mau kami harus menambah kuantitas dan kualitas pelajaran agar mereka, anak-anak saya, dapat berjalan sesuai dengan rel yang digariskan.

Anak saya yang sulung, Ananda Fildza Alifa, tahun ini sudah duduk di kelas 4 MIN Pulo Kiton, Kota Juang. Berprestasi lumayan bagus, walau bukan rangking terbaik. Anak saya yang kedua, Ananda Zhafira Mazaya, tahun ini mulai masuk TK. Mengingat pentingnya pendidikan usia pra sekolah, saya mempercayakan pendidikan formalnya pada TK Azkiyya, yang dikelola oleh rekan-rekan akhwat kader PKS Bireuen. Sementara pendidikan di rumah tetap tugas kami. Dan mengingat saya bertugas jauh dari keluarga, untuk sementara, isteri saya menjadi single parent. Saya tetap memantau setiap hari melalui sarana handphone.

Saya sangat menggaris bawahi pendidikan pra sekolah atau pendidikan anak usia dini. Karena pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan si anak. Baik pertumbuhan fisik, daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosio emosional, bahasa dan komunikasi.

Ketika si sulung, Fildza masih usia 3-6 tahun, kami sangat memperhatikan soal itu. Dia kami percayakan masuk TK Raudhatul Anfal, yang lumayan bagus untuk ukuran kota Bireuen, saat itu. Begitupun terhadap adiknya, Mazaya, sekarang. Selain menempuh pendidikan formal di TK Azkiyya, di rumahpun pendidikannya kami prioritaskan. Sekedar mengulang info saja, untuk memaksimalkan pendidikan di rumah, kami singkirkan kotak ajaib yang sangat merusak generasi. Ya...kami tidak punya siaran TV. Jadinya seperti rumah tahun 70-an, ketika TV hanya ada di balai desa kampung.

Terkait dengan pendidikan Mazaya, beberapa waktu yang lalu saya usahakan untuk mengantarnya masuk sekolah hari pertama, sekaligus memantau dari dekat model pendidikan usia dini yang diselenggarakan oleh TK Azkiyya, Bireuen. Sebenarnya saya ingin tiap hari menjadi "guide" bagi Mazaya, tapi karena saya harus segera kembali ke Samadua, terpaksa hari-hari berikutnya lakon itu jadi tugas mamaknya .
Pada kesempatan ini, saya abadikan moment saat dia hari pertama sekolah. Mudah-mudahan jadi kenang-kenangan yang berarti.
Terima kasih atas waktu sehari yang sangat berharga saya di Kota Juang.

Mukhlis Aminullah, berdomisili di Samadua, Aceh Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar