Sabtu, 23 Mei 2009

RENUNGAN DIRI

Tanpa terasa umur kita setiap detik bertambah, dan tentu saja usia dan kesempatan makin berkurang. Hari-hari terlewati seakan biasa saja, padahal kalau kita sadar memaknai, hari-hari kita merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk beribadat kepadaNya. Sesungguhnya manusia selalu berada dalam kerugian, kecuali bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.


Begitulah hidup. Tanpa kita sadari, kita semakin tua. Kita melewati masa demi masa seakan begitu singkatnya. Saya masih bisa membayangkan masa kecil yang penuh warna di kampung saya, Leubu. Beranjak remaja, saya tumbuh di lingkungan yang baik. Alhamdulillah, pertama sekali saya harus berterima kasih kepada orangtua, yang telah menjaga anak sulungnya dengan baik. Kedua, saya harus berterima kasih pada alam, pada zaman dan pada kemajuan. Dengan perkembangan zaman saat itu, saya tidak tau apa itu narkoba, tidak kenal cimeng, dan sebagainya. Ketika saya bisa melewati masa remaja, sekali lagi saya harus bersyukur. Sebuah episode, memimpin diri sendiri sudah saya lewati, walau banyak kekurangan didalamnya.


Selanjutnya, perjalanan saya melayari hari demi hari penuh dengan cerita. Saya jadi mahasiswa, merantau, kemudian bekerja diluar daerah. Tibalah saatnya. Saya harus mengambil keputusan; melanjutkan perjalanan seorang diri atau memutuskan untuk menjadi seorang lelaki.

Tahun 1999 saya memutuskan; saatnya meningkatkan tanggung jawab dari sekedar memimpin diri sendiri untuk menjadi pemimpin orang lain yaitu berkeluarga.


Sepuluh tahun berlalu, bermacam cerita sudah tertoreh dalam sanubari. Sekarang adalah masa-masa yang genting. Anak sulung, Ananda Fildza Alifa, beranjak besar. Saya yakin, berlalunya waktu demi waktu yang tanpa terasa, dia akan menjadi seorang dara. Kami harus bisa mendidiknya menjadi dara puspita, yang baik akhlaknya dan berbudi mulia. Bukan pekerjaan mudah, karena zaman tidak bersahabat dengan cita-cita.


Begitulah, saya sudah melewati separuh perjalanan. Kita tidak mengetahui rahasia masa depan. Kita sebagai hambaNya diwajibkan untuk selalu mengingat bahwa hidup adalah pinjaman, yang tentu saja akan diminta kembali olehNya.

Sebelum masa itu tiba, mari gunakan pinjaman sebagai modal yang sebaik-baiknya.


Mudah-mudahan kita panjang umur, hingga bisa melanjutkan separuh perjalanan lagi.


Mukhlis Aminullah, sebuah renungan diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar