Kamis, 12 Februari 2009

KRITERIA CALEG PILIHAN...


Menjelang pemungutan suara Pemilu 2009 pada 9 April, apa yang ada dalam benak Anda, khususnya dalam menentukan pilihan ? Pasti jawabannya beragam. Bagi Anda yang terdaftar sebagai Caleg partai tertentu, pasti berharap masyarakat akan memilih Anda....

Lain lagi dengan pikiran orang terlanjur kecewa dengan kinerja Pemerintahan (baik terhadap Pemerintah Pusat, maupun terhadap Pemda). Pemungutan suara adalah sia-sia.... Karena mereka berpikir ; siapapun yang terpilih, toh nasibnya tetaplah tidak berubah. Kalau dia Penarik Beca, ya tetaplah Penarik Beca. Tidak akan jadi Juragan beca setelah Pemilu. Begitupun dengan Penjual sayur, habis Pemilu ya tetap juga Penjual sayur....(malah status sosial lebih merosot lagi; jadi ayam sayur).
Bagi masyarakat ''wong cilik'' ada Pemilu atau tidak, bukan urusannya. Paling, hanya sebahagian masyarakat saja yang ''pintar'' memanfaatkan situasi yaitu dengan menjadi pendukung bagi Partai atau Kandidat tertentu dengan harapan akan mendapat sekarung beras pada hari itu. Lain tidak....! Toh, mendukung bukan berarti memilih...dalam bilik suara sempit milik KPU tsb, siapa yang tau pilihannya...

Tulisan saya pada alinea pertama di atas memang terkesan agak berlebihan. Namun sebenarnya tidak...! Apa yang sudah saya paparkan secara ringkas sebagai pembuka tulisan kali ini adalah kenyataan di lapangan. Dan pada kesempatan ini saya mengajak Pembaca, agar tidak menambah daftar ''masyarakat yang apatis terhadap Pemilu''.
Konon lagi, beberapa waktu yang lalu MUI telah mengeluarkan Fatwa haram Golput. Sebagai Warga Negara yang baik marilah kita gunakan Hak Pilih dengan berpikir Positif. Tentu saja tidak semua Partai atau Caleg dapat kita berikan Stigma negatif. Masih ada Partai atau Caleg yang mempunyai kualitas dan pantas untuk dipilih. Banyak juga figur Caleg yang pantas kita pilih jadi Pemimpin..... Tinggal saja bagaimana cara kita (masing-masing) menilai orang yang pantas kita pilih. Bisa saja dengan melihat track record atau rekam jejak perjalanan hidupnya selama ini. Atau bisa juga dengan menilai intelektualitasnya. Banyak cara, tergantung mana kita pilih.
Anda pasti sudah mengenal Caleg tersebut....bukan? Silahkan saja luangkan waktu untuk sesekali jalan-jalan sore dengan keluarga, Anda akan sangat gampang menemukan Calon pilihan. Foto dan slogan mereka banyak bertebaran diseluruh wilayah Bireuen. Ada foto yang ''menjual'' masa lalu. Ada yang ''menjual'' foto Presiden. Banyak dan tinggal pilih, seperti Anda ke Pasar ikan....

Namun demikian, sebagai Muslim, kita tentu tidak cukup menilai para Caleg sebatas kriteria umum saja. Karena Anggota Dewan juga merupakan Pemimpin, dalam menilainya kita harus menilai juga dengan kriteria Agama. Kriteria Pemimpin antara lain :

Kriteria pertama adalah seorang Pemimpin yang kita pilih haruslah seorang bersungguh-sungguh menjaga diri menjadi orang yang hidup benar di jalan Allah (shiddiq). Yang kedua adalah harus benar-benar memiliki kemampuan menjaga amanah.

Dalam Alquran Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan, "inni lakum rasuulun amiin", sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang tepercaya bagimu. Al Amin adalah orang yang amanah, tepercaya, dan bertanggung jawab. Siapapun yang menjadi pemimpin hendaklah bertanya, "Apakah saya dipercaya atau tidak oleh orang yang saya pimpin?

Setiap orang merasa ragu kepada kita, maka kesediaan mereka untuk mematuhi apalagi berkorban menjadi minimal. Semakin banyak keraguan semakin tidak efektif dalam memimpin. Bagaimana agar orang percaya dan tidak ragu kepada kita? Pertama, pemimpin yang amanah adalah orang yang menjadi kuburan bagi aib orang lain, bukan yang sering membeberkan kekurangan karyawannya, apalagi membeberkan kekurangan anggotanya.

Makin banyak membeberkan rahasia dan kekurangan orang lain, makin jatuh kredibilitasnya. Berhati-hatilah terhadap orang yang sering menceritakan aib orang lain karena jika ia berani menceritakan aib-aib orang lain kepada kita, apa sulitnya dia menceritakan aib kita kepada orang lain. Kedua, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji. Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang diberi janji biasanya tidak akan lupa. Pemimpin yang amanah bisa dilihat dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu ditepati.

Berhati-hatilah terhadap calon pemimpin yang mudah mengobral janji. Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung dipercaya. Jika akan memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa memberikan janji. Setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggungjawabkannya atau tidak. Setiap pejabat tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali tugasnya. Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut 'Demi Allah'. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak mampu mempertanggungjawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi jalan kehinaan bagi dirinya. Terlebih lagi masyarakat kita sekarang sudah semakin kritis. Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka bantingannya akan semakin meremukkan.

Oleh karenanya jangan tamak dengan kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan tanggung jawab. Ketiga, pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab terhadap setiap perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak ada keraguan, tidak meremehkan waktu walau sedetikpun, karena detik juga berharga (telat sedetik, semenit, sejam, semuanya sama saja yaitu telat), jika jual beli pantang mengambil hak orang lain. Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak berhasil membangun keluarganya dengan baik.

Tidak sedikit pejabat yang terjatuh akibat istrinya tidak dibina dengan baik. Oleh karena itu didiklah keluarga, istri, dan anak-anak kita. Jika tidak, maka kita bisa jatuh oleh istri dan anak-anak kita sendiri.

Firman Allah dalan Alquran:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang." (QS At Taghaabun [64]:14).

Oleh karenanya bersungguh-sungguhlah membina rumah tangga karena Yang Maha Agung mengaruniakan kepada kita sifat amanah.

Pembaca, mudah-mudahan dengan uraian ringkas di atas menambah wawasan kita. Mari kita dukung agar proses Pemilu berjalan dengan sukses.

Salam,
mukhlis aminullah
Ketua Forum Pemuda Peduli Demokrasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar