Selasa, 27 Januari 2009

PREDIKSI PEMILU

Sudah lama saya tidak menulis tentang Pemilu 2009. Padahal dengan makin dekatnya hari Pemungutan suara, 9 April 2009, seyogianya banyak hal yang perlu ditulis. Konon lagi, suasana Pemilu di Aceh terasa lebih 'panas' daripada di daerah lain....
Saya yakin, sebahagian besar dari masyarakat Aceh sepakat dengan dengan penggunaan kata 'panas' oleh saya.....

Tidak bisa dipungkiri, bahwa proses Pemilu di Aceh berbeda dengan di daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya Partai lokal sebagai kontestan Pemilu. Kehadiran Partai lokal diprediksikan akan memanaskan persaingan, malah sebagian orang berani berspekulasi ; Partai lokal akan menguasai Parlemen di Aceh.
Partai lokal yang mana...? Tidak ada yang menjawab.

Menilik ke belakang, pada saat Pilkada yang lalu, jelas bahwa Kepala Daerah yang terpilih sebagian besar berasal dari Calon Independen (perseorangan), dalam hal ini adalah Calon yang mendapat 'dukungan' dari mantan Anggota Gerakan Aceh Merdeka.
Artinya, dari semua calon yang didukung oleh mantan Anggota Gerakan Aceh Merdeka, sebahagiannya berhasil menduduki kursi sebagai Kepala Pemerintahan di daerah masing-masing.

Saya bukan bermaksud 'menggiring' opini Anda bahwa Pemilu lokal kali ini akan dimenangkan oleh para mantan combatan, yaitu Caleg dari Partai Aceh.... Bukan itu yang saya maksudkan!
Tapi marilah kita analisa secara sederhana saja, siapa yang akan memenangkan kursi terbanyak di Parlemen.

Pilkada Gubernur,dilaksanakan dalam suasana eforia masyarakat Aceh. Hal itu dikarenakan adanya MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia dengan GAM. Orang Aceh mengekspresikan diri secara positif yaitu mendatangi TPS dengan satu harapan yaitu memilih Pemimpin baru, yang akan membawa harapan baru bagi mereka setelah sekian tahun suasana damai milik mereka terenggut 'perang'.
Dan harapan baru telah rakyat bebankan pada para mantan Anggota GAM, di beberapa Kabupaten/Kota termasuk juga pada Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf.
Namun seiiring berjalannya waktu, kita semua bisa menilai, apa yang sudah diperbuat oleh mereka para Pemimpin pilihan rakyat (bukan hanya daerah yang dimenangi oleh GAM).....?

Bukan bermaksud mendiskreditkan, namun kita semua bisa menilai kinerja Pemimpin baru tersebut.

Nah...apanya yang terkait dengan Pemilu 2009....? itu dia..! Sebahagian dari masyarakat Aceh saat ini terlanjur mengaitkan hasil Pilkada dengan hasil Pemilu 2009.
Jelas persepsi yang keliru. Kita masih ingat tahun 2004, ketika 'pesona' SBY telah meruntuhkan prediksi banyak pihak. Saat itu sebahagian besar masyarakat menjagokan Megawati akan kembali menjadi Presiden, karena diusung oleh PDIP yang notabene adalah partainya wong cilik.
Partai Demokrat sebagai partai utama pengusung SBY sebagai Calon Presiden bukanlah Partai pemenang Pemilu legislatif. Benar, bahwa Golkar yang memenangi Pemilu Legislatif juga berperan mendongkrak suara SBY-Kalla..... Namun, hampir semua pengamat luar negeri sepakat bahwa kharisma SBY-Kalla jua-lah yang membuat mereka jadi Pemimpin negeri ini.

Mari kita lanjutkan, dalam konteks Aceh. Dan jangan kita persempit hanya pada daerah yang dikuasai oleh konstituen mantan GAM. Mari kita lihat juga peta politik dataran tinggi Gayo, yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah, termasuk juga Aceh Tenggara serta Gayo Lues. Keempat kabupaten itu dipimpin oleh orang yang sangat Nasionalis (Indonesia).
Adakah 'jaminam' Partai pengusung mereka saat Pilkada dulu, akan memenangkan Pemilu Legislatif....? Tentu tidak....!
Banyak hal, yang menjadikan Pemilu itu berbeda dengan Pilkada. Salah satu-nya adalah saat Pemilu sangat banyak Partai dan Calon Anggota DPRK sehingga dapat diyakini bahwa tidak bakal ada Partai mayoritas di DPRK. Selain harus bersaing dengan Caleg dari Partai lain, para calon ini harus saling berjibaku antar sesama Caleg. Sehingga akan mengetatkan persaingan...
Selain itu faktor kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tatacara memilih, juga akan jadi bumerang bagi kelangsungan Pemilu. Apalagi seandainya pada kertas suara hanya cukup sekali contreng..... akan banyak suara tidak sah. Dan otomatis suara sah akan berkurang.
Dan banyak variabel lainnya yang bisa mementahkan asumsi bahwa Pemilu 2009 hanya-lah Pilkada ulang. Salah satu variabel adalah penilaian terhadap kinerja Kepala daerah yang terpilih pada Pilkada 2006 dan 2007. Kinerja pemimpin pilihan rakyat saat itu akan disoroti oleh masyarakat, terutama juga akan di jadikan bahan 'black campaign' oleh lawan politik.

Dan dalam tempo waktu 2,5 bulan sebelum hari H, banyak kesempatan untuk berfikir sebelum benar-benar menjatuhkan pilihan.
Sebagai masyarakat, marilah kita dukung penyelenggaraan Pemilu berjalan dengan sukses. Siapa pun yang jadi pemenangnya bukan masalah, sejauh masyarakat memilih dengan kebebasan dan tanpa paksaan dari siapapun.
Pemenang sesungguhnya adalah masyarakat Aceh.

Salam,
mukhlis aminullah
Ketua Forum Pemuda Peduli Demokrasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar