Rabu, 17 September 2008

Penyebab melemahnya keimanan kepada Allah

Assalamu'alaikum, sahabat semua....

Tanpa terasa Ramadhan sudah berlalu selama 16 hari. Dan tiba-tiba saja kita sudah dihadapkan pada malam Nuzulul Qur'an yaitu suatu malam dimana permulaan turunnya ayat-ayat Al Qur'an..... Semoga amal ibadah Ramadhan yang sudah kita lakukan menjadi perisai diri kita menyongsong kehidupan yang lebih baik setelah Ramadhan nanti...

Sudah diketahui umum bahwa hidup di era globalisasi seperti sekarang merupakan tantangan yang luar biasa, apalagi dengan kondisi kehidupan di Indonesia yang hampir sama dengan kehidupan di Amerika. Maksud saya bukan dalam hal kesejahteraan, tetapi dalam hal banyaknya kemungkaran......
Bagi yang menyadari, sebenarnya sangat "menyedihkan" hidup di Indonesia.... tetapi umumnya sedikit sekali yang peduli dengan kondisi moral keseharian bangsa ini. Ada yang peduli korupsi, tapi hanya segelintir....
sementara korupsi jalan terus...! Begitu juga dengan praktek pengdangkalan akidah melalui media, jalan terus..., MUI & Ulama2 lainnya hanya diam sejuta bahasa.
Dan banyak contoh2 lainnya yang memang harus kita akui bahwa begitu banyak kemungkaran terjadi di tanah air kita.....di sekeliling kita....(yang konon 90 persen penduduknya beragama Islam).

Tanpa kita sadari, kita pun kadang terbawa arus dalam kehidupan yang "tak jelas" seperti sekarang. Berbahagialah rekan2 dan sahabat2 yang masih menyadarinya....Dan kita harus selalu berusaha menjaga kehidupan kita agar bersih dan selalu di jalan Allah.

Berikut ini ada beberapa catatan yang mungkin bisa menjadi peringatan bagi kita semua, agar bisa menjauhinya demi kesempurnaan iman kepada Allah SWT.

1. Terkotori oleh kemaksiatanKemaksiatan,

Sekecil apapun kemaksiatan adalah berbahaya, bukankah Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang hamba berbuat dosa, maka diberikan noda hitam dalam hatinya.”
Maka janganlah melihat kecilnya sebuah maksiat, tapi lihat kepada siapa maksiat itu diarahkan?! Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa makna hajrul-qur’an (meninggalkan al-Qur’an) dalam surat al-Furqan bukan hanya berarti tidak membaca, melainkan juga tidak mau menghafal & mengamalkan al-Qur’an. Maka saat ditimpa musibah berat, jangan sedih, mungkin sedemikian banyaklah dosa kita. Tapi kita tak perlu putus asa, karena jika bertaubat insya Allah akan dihapus dosa tersebut oleh Allah SWT, sebagaimana kata para ulama : La Kaba’ir ma’al Istighfar, wala Shagha’ir ma’al Istimrar.

2. Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah

Memang mubah adalah boleh, tapi jika berlebihan maka dapat merusak amal, minimal menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Kitab at-Tauhid, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa pintu masuk syetan yang terakhir adalah pintu ini, setelah pintu murtad, pintu syirik, pintu bid’ah, pintu kufur, pintu maksiat dan pintu makruh.

3. Tidak sadar akan nilai nikmat Allah

Dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 34 [1] disebutkan tentang demikian banyaknya limpahan nikmat-Nya pada diri kita. Juga surat QS al-Kautsar [2]. Maka nikmat RABB-mu yang mana lagi yang akan kamu dustakan (dengan tidak bersyukur/beribadah)? Sampai-sampai kita masuk jannah-pun karena nikmat-Nya dan bukan karena amal kita (HR Bukhari Muslim).

4. Lalai terhadap kebutuhan kita terhadap amal-amal tersebut.

Di antara manfaat istighfar adalah menambah kekuatan fisik, rizki, dsb [3]. Jika ingin diingat-Nya maka kita dulu harus ingat pada-Nya (Fadzkuruni adzkurkum…). Fenomena yang ada di antaranya ialah banyak menyia-nyiakan waktu, menunda-nunda atau bahkan sampai tak tahu apa yang akan dikerjakan lagi.

5. Lemahnya pemahaman yang benar tentang hakikat pahala yang berlipatganda.

Di antara amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu walau sedikit. Nabi SAW, jika ada waktu istirahat maka istirahat beliau SAW adalah melakukan shalat (Arihna ya Bilal bish Shalat…).

6. Melupakan kematian & apa yang menanti setelahnya.

Allah mengingatkan kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal untuk setelah mati [4]. Kata Ali ra: “Shalatlah kalian seperti shalatnya seorang yang akan meninggalkan dunia.” Pesan Abubakar pada Aisyah ra: “… dan jika aku sudah meninggal, maka kafanilah aku dengan kain yang paling murah, karena ia hanya akan menjadi wadah nanah & darah…”

7. Mengira amalnya sudah cukupDicela oleh Allah SWT.

Nabi SAW saat turun surat Hud, Waqi’ah, An Naba’ & Takwir sampai beruban rambutnya.

8. Terlalu banyak tugas & pekerjaan

Maka harus tawazun, ingat kisah Salman & Abu Dzar ra. Nabi SAW membagi waktunya dalam 3 bagian: 1/3 untuk Rabb-nya, 1/3 untuk keluarganya & 1/3 untuk ummatnya.

9. Ditunda-tunda & dinanti-nanti

Sabda nabi SAW: “Persiapkanlah yang 5 sebelum datang yang 5: Masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” Orang yang kuat menurut Umar ra adalah orang bersegera dalam setiap amal.

10. Menyaksikan sebagian panutan dalam kondisi pengabaian

Imam Ghazali menyebutkan bahwa salah satu dosa kecil yang bisa menjadi dosa besar adalah dosa kecil yang dilakukan oleh ulama, karena dapat mengakibatkan ditiru orang lain. Oleh karenanya maka Nabi SAW demikian menekankan disiplin pada keluarganya (Fathimah ra, Ali ra, Hasan & Husein ra) sebelum orang lain.

Demikianlah sedikit catatan, semoga kita jadi hamba Allah yang tetap terpelihara iman.

Saleum dari kamoe bandum, seulamat puasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar