Selasa, 11 Maret 2008

PENYAKIT PIKUN AKIBAT USIA LANJUT

Semua pasti ingin panjang umur. Tapi, tentu tidak seorangpun yang menghendaki menjadi ringkih atau bahkan pikun akibat lanjut usia.Bersamaan dengan proses penuaan, bukan hanya kondisi fisik yang menurun drastis, tapi juga datang penyakit pikun. Data statsitik menujukkan, dewasa ini di Jerman, sekitar 70 persen penghuni rumah jompo mengidap penyakit pikun. Jika disebutkan jumlahnya secara konkrit, memang cukup mengejutkan, yakni sekitar 1,2 juta manula di Jerman menderita penyakit menurun drastisnya kemampuan berfikir. Di Indonesia, memang belum ada suatu penelitian yang khusus mengenai hal ini, tetapi kondisi di Jerman mungkin bisa menjadi Representative. Beda-beda sedikit, tentu hal yang lumrah.
  • Penurunan Kemampuan Berpikir
Gejalanya juga mudah dikenali. Misalnya saja, ada seorang Kepala Dinas atau seorang pimpinan Lembaga (umumnya separuh baya menuju pikun = 50-an tahun), yang sering membuat kebijakan yang aneh-aneh yang tidak lazim ataupun kebijakan yang tidak normatif (yang akan membingungkan seisi kantor tempatnya memimpin), ini merupakan pertanda pikun. Definisi dari pikun adalah, terus menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. Dampaknya, terutama menurunnya kinerja memory dan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari.

  • Alzheimer, Salah Satu Penyebab.

Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan. Di negara-negara maju, sekitar 60 persen dari penyebab pikun adalah penyakit Alzheimer. Dalam kasus ini, penurunan kemampuan berpikir terjadi akibat rusaknya jaringan otak. Penyebabnya hingga kini masih dicari. Namun salah satu pendapat para ahli, pikun juga disebabkan lemahnya jaringan otak bawaan sejak lahir. Disamping itu juga akibat "otak" yang karbitan. Sebagai contoh, seseorang yang umurnya masih 3 (tiga) tahun tetapi sudah duduk di kelas 1 (satu) SD, padahal seusia tersebut masih duduk di bangku TK.
Contoh lain, seseorang yang sangat muda usianya sudah memimpin sebuah wilayah teritorial ( Bupati, Camat, dll ) yang mana pada usia semuda itu ybs belum matang untuk menjadi Pemimpin.
Seperti kata da'i kondang Zainuddin MZ, bahwa baterai senter yang dipersiapkan untuk malam hari, sudah dinyalakan pada pagi atau siang hari. Giliran dipakai malam hari, baterainya sudah soak.
Yang juga amat menarik, perempuan lebih banyak mengidap pikun akibat penyakit Alzheimer dibanding laki-laki. Penyakit ini biasanya menyerang secara pelan-pelan dan diam-diam, kebanyakan pada usia di atas 60 tahun. Seiring dengan perjalanan waktu, penyakitnya terus bertambah parah.

  • Tidak Mau Mengakui

Pikun sejak lama sudah menjadi penyakit umum di kalangan usia lanjut. Akan tetapi, biasanya kalau dokter mendiagnosa seseorang menderita pikun, atau ada orang menagatakan seseorang 'pikun' ibaratnya dimulai semacam permainan petak umpet. Dalam arti, penderitanya terus berusaha memungkiri penyakitnya. Dokter Ingo Füsgen, direktur Klinik Ilmu Penuaan di Wuppertal mengatakan: "Banyak yang masih berkilah, memang begitulah kalau sudah tua. Tapi dengan pernyataan seperti itu, penyakit menjadi tidak dapat diobati. Kita tidak lagi menganggap tema itu tabu, atau merasa malu membicarakannya. Karena itulah, bersama dengan para dokter umum, saya berusaha membuat panduan pengobatan penyakitnya secara terstruktur.“

  • Penyuluhan Dini

Menimbang cukup banyaknya penderita pikun, Füsgen menuntut agar penyakit itu lebih diperhatikan. Hal ini juga telah ditanggapi oleh para tokoh politik. Misalnya saja menteri sosial di negara bagian Jerman, Thüringen, Klaus Zeh, mengimbau dilakukannya penyuluhan terhadap generasi muda. Menteri Zeh juga mengatakan, sejak kanak-kanak harus ditanamkan pengertian, bahwa dalam usia tua, kemampuan kita dapat menurun.

  • Tidak Bisa Diobati

Penyakit pikun menggeregogoti kepribadian penderitanya. Seringkali mereka menjadi agresiv. Atau sebaliknya menjadi sangat derpresiv. Menurut professor Ingo Füsgen, penyakit pikun memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi lajunya dapat direm. Füsgen mengatakan, “Kita sekarang memiliki sarana yang cukup bagus. Misalnya dengan pemberian obat-obatan. Itu berarti, meningkatkan kualitas kehidupan, dan mencegah terbuangnya waktu bagi perawatan.“Untuk pemberian obat-obatan atau terapi lainnya, tentu saja harus dilibatkan tenaga ahli medis. Pasalnya, penyebab penyakit pikun, khususnya akibat penyakit Alzheimer, sejauh ini baru sebagian yang diketahui. Selain faktor genetika, juga terus diteliti gangguan fungsi pada jaringan saraf pengantar pesan di otak yang disebut synapse. Dalam proses penuaan yang normal, jumlah synapse di otak memang berkurang. Akan tetapi, dalam kasus penyakit Alzheimer, jumlah synapse berkurang secara dramatis.

  • Kemampuan Regenerasi

Penelitan para pakar menunjukan, sel-sel saraf pada penderita Alzheimer tidak memiliki kemampuan memulihkan synapse yang sudah aus, atau lebih jauh lagi membentuk jaringan synapse baru. Padahal, kemampuan stabilisasi atau regenerasi synapse, dalam kondisi normal, tetap ada pada sel saraf manusia lanjut usia. Pada penderita pikun akibat penyakit Alzheimer, penurunan drastis kemampuan regenerasi sel saraf, sebagian diakibatkan mutasi genetika dan sebagian lagi akibat pengerasan protein tertentu di dalam otak.

  • Pencegahan Munculnya Gejala

Dalam ilmu kedokteran aktual, terdapat tiga pilar pengobatan pikun akibat Alzheimer. Pada dasarnya pengobatan ini hanya memerangi gejalanya, bukan penyebab penyakitnya. Pilar pertama, adalah yang berbasis pengobatan penyakit dalam. Di sini, dilakukan pengobatan penyakit lain yang memperparah gejala Alzheimer. Antara lain pengobatan tekanan darah tinggi, penyakit gula atau penyakit gangguan metabolisme. Metode berikutnya, adalah pemberian obat-obatan untuk meningkatkan kinerja sel saraf. Biasanya diberikan obat-obatan yang mengandung unsur aktiv yang memicu perbaikan kinerja saraf. Sedangkan pilar ketiga adalah pemberian obat-obatan psiko-farmaka, untuk menekan gejala gangguan perilaku, seperti sikap gelisah, agresiv atau juga terpecahnya kepribadian.

  • Menghambat Kemunduran

Namun para dokter juga memperingatkan, pemberian obat penenang semacam itu, juga dapat memicu reaksi yang sebaliknya. Dalam kondisi tertentu, para penderita penyakit Alzheimer, malahan dapat bersikap lebih agresiv lagi. Selain itu, kemampuan berfikir para penderita yang sudah menurun menjadi macet samasekali. Semua cara pengobatan, pada intinya hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas fungsi otak. Terutama agar penderita tetap dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari. Selain itu juga dapat dihambat kemunduran fungsi otak yang lebih parah.

Secara umum dapat disimpulkan, penyakit pikun memang harfiah setiap manusia. Jangan Anda tersinggung atau pun marah, bila ada yang mengatakan Anda pikun, toh orang yang mengatakan tersebut juga akan mengalami hal yang sama, namun kita tidak tau berapa parahnya pikun seseorang.

Namun, sebaiknya bila Anda merasa pikun, jangan terlalu "maju" ke depan. Biarkan lah orang yang lebih muda (dan lebih fresh) dari Anda yang maju dan memikul tanggung jawab. Ibarat baterai senter yang sudah soak, tentu akan kerepotan berjalan dalam kegelapan malam. Biarkan orang yang memegang baterai senter baru yang memandu Anda.

Semoga Anda tidak takut pikun.....termasuk saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar