Rabu, 27 Agustus 2014

MENYIKAPI KRITIK: MENERIMA ATAU MEMUSUHI

Sungguh malang pemimpin yang hidupnya dikelilingi oleh uncritical lovers and unloving critics

Uncritical lovers adalah orang yang selalu taat secara mutlak kepada si pemimpin tanpa berpikir dan bertanya. Dia senantiasa nrimo dan manut, kata orang Jawa. Hal ini muncul karena identifikasi diri yang sangat kuat antara dirinya dan si pemimpin. Kekagumannya terhadap si pemimpin mengikis kapasitasnya untuk mencermati dan menilai segala keputusan dan pandangan pemimpin. Segala aksi (dan non-aksi) pemimpin dia terima mentah-mentah sebagai sesuatu yang pasti benar, cocok, dan berdaya guna. Dia pengikut fanatik yang membabi buta.

Sebaliknya, unloving critics adalah orang yang selalu melancarkan kritik-kritik yang pedas dan tajam, dengan tujuan untuk mendiskreditkan atau menjatuhkan si pemimpin. Dia senantiasa mengambil posisi sebagai oposisi. Setiap pandangan, keputusan, dan tindakan pemimpin ditentangnya, hanya karena ia ingin menentangnya, tanpa ada alasan yang jelas dan mendasar. Dia pengkritik sadis yang dipenuhi kebencian.

AKSI & REAKSI
Baik pengikut fanatik buta (uncritical lovers) maupun pengkritik sadis (unloving critics) keduanya melumpuhkan efektivitas pemimpin. Meski reaksi pemimpin terhadap aksi kedua kelompok ini sangat berbeda.

Kelompok kedua, para tukang kritik, biasanya tidak disukai oleh pemimpin. Tidak heran kalau mereka sering di-anak-tiri-kan, dijauhi, dimusuhi, atau dikucilkan dengan sistematis oleh para pemimpin yang merasa terusik dan terancam oleh berbagai ulah mereka.

Sebaliknya, pemimpin suka dikelilingi pengikut fanatik yang tidak kritis. Mereka menyenangkan hati pemimpin, bahkan memberi rasa aman dan percaya diri pada pemimpin, khususnya pemimpin yang egonya rapuh. Banyak pemimpin yang lalu berusaha keras untuk menjadikan setiap orang disekelilingnya pengikut fanatiknya.

Tentu pengikut fanatik lebih fatal dan laten ketimbang pengkritik sadis. Karena pengkritik sadis, meskipun memakai cara-cara yang menyakitkan hati, mungkin memberi kritikan yang substansial dan benar adanya sesuai fakta. Sementara pengikut fanatik hanya menyampaikan hal-hal yang enak didengar di telinga pemimpin. Dan membuat pemimpin menjadi delusional.

Observasi psikiater Normal Vincent Peale berikut sangat relevan khususnya bagi pemimpin: "The trouble with most of us is that we'd rather be ruined by praise than loved by criticism." 

MANFAAT KRITIK BAGI PEMIMPIN
Dikritik dan ditegur memang tidak enak. Banyak pemimpin yang berkata, "Tolong saya diberitahu kalau ada hal-hal yang salah yang saya lakukan dan saya tidak menyadarinya." Namun ketika ada seseorang yang mencoba melakukan itu, si pemimpin biasanya menjadi tersinggung, lalu menjadi defensif, membela diri dan marah-marah. Siapa sih yang suka dikritik?

Menerima kritik dan teguran memang bagaikan mandi pagi-pagi buta di musim dingin dengan air sedingin es. Kadang bahkan seperti tamparan keras di pipi kita. Namun pemimpin butuh kritik. Selama pemimpin masih bisa salah (fallible), dia masih perlu teguran. Yang dibutuhkan adalah kritik yang positif-konstruktif. Paling tidak ada tiga alasan yang saya bisa pikirkan, tentu ada lagi yang lain.

Pertama, kritik mencegah sesuatu yang destruktif terjadi pada diri si pemimpin. Misalnya godaan seks, kuasa, dan uang yang dapat membuat pemimpin tergelincir ke dalam lubang dosa. Kritik akan lebih bermanfaat apabila diberikan sebelum si pemimpin jatuh ke dalam lubang. Sedangkan teguran diberikan untuk menolong pemimpin tidak terus-menerus berada dalam lubang tersebut.

Kedua, kritik menolong pemimpin untuk menyadari 'blind spots' dalam dirinya. Setiap pengendara mobil perlu menoleh ke samping sebelum pindah lajur dijalan raya karena kaca spion tidak dapat memberitahukan apakah ada mobil yang sedang melaju persis di sebelah mobil kita. Diakui atau tidak, pemimpin tidak mungkin dapat mengenali setiap kelemahan dalam dirinya.

Ketiga, kritik membuat pemimpin tetap tajam dalam kesaksian hidup dan efektivitas pekerjaan pelayanannya. Sebagaimana besi mempertajam besi, demikian pula manusia menajamkan sesamanya, tulis pengamsal. Pemimpin yang anti-kritik akan segera menjadi tumpul (kehilangan integritas diri dan rasa percaya dari orang lain).

MEMBEDAKAN KRITIK
Memang tidak semua kritik memiliki tiga manfaat seperti diatas, apalagi kalau disampaikan dengan surat kaleng atau gosip dibelakang punggung. Yang perlu digarisbawahi disini adalah sikap dan kerendahan hati pemimpin untuk menerima masukan yang ia terima.

Namun bagaimana pemimpin dapat membedakan teguran yang murni dan teguran yang menjatuhkan?

Teguran yang otentik, riil, dan biblikal berisi kebenaran yang disampaikan dengan kasih. Truth in love. Kebenaran yang disampaikan mungkin menyakitkan, namun motivasi dan tujuannya dilandasi kasih. Teguran tersebut juga didahului oleh pertimbangan yang matang dan doa. Jadi tidak impulsif dan emosional. Bahkan dengan cucuran air mata. Kalau sebuah kritik atau teguran datang dari seorang yang menganggap enteng dan sembarangan, hampir pasti kritik dan teguran tersebut tidak perlu dihiraukan.

LOVING CRITICS
Yang paling menyedihkan bagi pemimpin adalah oleh tukang kritik. Visinya dikritik, strrateginya dikritik, metodenya dikritik, gaya bicaranya dikritik, cara berpakaiannya dikritik, dan seterusnya. Tidak ada yang lebih menyedihkan dari itu.

Namun yang paling berbahaya bagi pemimpin adalah pengikut fanatik yang tidak pernah mengkritik. Karena interaksi pemimpin-pengikut yang sedemikian akan segera menjadi sebuah vicious cycle, bagaikan si buta menuntun si buta.

Pemimpin yang berbahagia adalah pemimpin yang dikelilingi orang-orang yang mengasihinya sedemikian rupa sehingga mereka rela memberikan kritik dan teguran yang positif-konstruktif baginya, meski ada resiko di salah mengerti oleh pemimpin. Dengan demikian, pemimpin tetap tajam dan efektif. Itu sebab mengapa pemimpin yang bijak melakukan upaya sadar untuk memberdayakan setiap orang disekelilingnya bukan menjadi uncritical lovers, tetapi loving critics.


Wallahu 'alam,
salam hangat dari tukang kritik

(sebahagian tulisan ini bersumber dr rekan Sendjaya yang berdomisili di Meulborne)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar