pulang dari rantau,
aku terpaku, pada jejak tanah
yang kutinggalkan bertahun-tahun
kotaku masih seperti kota lama,
penuh debu, menyatu dengan rak-rak mie aceh
sepanjang jalan
pesimis dan wajah kusam,
muka lusuh pembawa tas sumbangan
yang memasuki toko demi toko
dengan modal surat miskin
kotaku ternyata belum berubah,
masih saja seperti dulu:
kecuali pergaulan anak-anak muda
yang tak dipedulikan orangtuanya
ketika honda satria menjemput anak gadisnya
menjelang petang
dan mengantarnya pulang menjelang pagi
pulang dari rantau,
aku langsung disambut berita koran
tentang lampu-lampu jalan
ternyata biaya listriknya masih terhutang
untuk siapa juga, kerlap-kerlip hiasi malam?
aku termenung
hati jadi sepi, mulut terkunci
bertahun-tahun aku juga tak peduli
hidup hanya dengan sepenggal nafas
hari-hariku ditemani air putih,
dan sepiring nasi tanpa lauk
maafkan,
aku tidak bisa menyumbang apapun
kecuali sebutir pikiran untuk kemajuan
itupun kalau kalian mau menerimanya
Kota Juang, 9 Agustus 2010 karya mukhlis abi fildza
Yang saya maksudkan Kotaku adalah Kota Juang, ibukota Kab.Bireuen. Ini kisah saya dan kisah kampung saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar