wahai, angin malam..!
biarkan setangkai rindu
bergelayut pelan
dalam desah bayu
dan melengkapi pohon cinta
dalam taman indah mu
aku masih berharap,
aku lah yang akan menjaganya,
menyiramnya,
dan menjadi pemilik
dari selaksa harap masa depan
kemudian
tumbuh bersama-sama
wahai, angin malam..!
biarkan aku larut
dalam aura asmara
dan mencintainya sepenuh jiwa
Peurada Utama, April 1995 karya mukhlis abi fildza
(yang tersisa dari perjalanan cinta dan
menjadi salah satu perahu menakluki dermaga utuh,
sampai kini....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar