Minggu, 05 September 2010

SAJAK SEBINGKAI DENDAM

segelas teh, secangkir kopi
malam makin mengendap; makin mendalam
tonjolan urat leher kita
tak mampu akhiri
bayang pertempuran...
kau masih kokoh dalam pendirianmu
"kita harus perang lawan Malaysia!" katamu

secangkir kopi, segelas teh
remang cafe 88 makin panaskan
hati dalam rindu dendam
entah apa yang ada dalam benakmu
tentang Malaysia..?
sehingga kau anggap anggap
damai dengan mereka hanya buaian sepi
"Malaysia jangan diberi hati!" teriakmu
(sehingga seisi cafe melotot padamu)

malam merangkak pelan
angin sepoi tak mampu dinginkan
bara hati yang masih panas
entah kenapa?
Malaysia membingkai sesal bagimu?
padahal kita sangat tahu
separuh bendera kita
melambai-lambai disana

secangkir teh, segelas kopi
berbuih-buih kau telan dendam
"ada apa denganmu?" kataku
silahkan kau jawab besok pagi
(karena aku masih berharap bendera
kita tetap melambai disana; sepenuh tiang)

cafe 88, 5 september 2010 karya mukhlis abi fildza

1 komentar:

  1. puisi ini tergarap sambil bertekak urat leher dengan beberapa rekan, saat ngopi bareng di cafe ulee kareng 88, bireuen, malam kemarin...
    memang dlm kasus pegawai DKP, beragam reaksi masyarakat Indonesia. yg paling kencang adalah demo anti Malaysia di Pulau Jawa oleh sebagian aktifis (atau yg menyebutkan diri-nya aktifis) bela negara. anehnya kondisi demikian, tdk kita temukan di Aceh...
    hanya beberapa orang saja di Aceh yg tersulut dengan "tingkah" Malaysia... (seperti rekan sy dlm puisi di atas)
    selebihnya adem-adem saja. jangan tanyakan pada saya, kenapa orang Aceh tidak bereaksi...
    silahkan temukan jawaban dalam sejarah Aceh.

    BalasHapus