Minggu, 09 November 2008

Racun itu bernama "SIARAN TV"

Hari ini,Minggu, 09 November 2008 genap 2 (dua) bulan rumah kami tidak ada siaran TV. Selama itu pula, kami akui, kami kehilangan sesuatu yaitu mis-informasi visual tentang berbagai perkembangan dan berbagai kejadian di tanah air. Kami tidak mengikuti secara detail proses Pemilu yang selalu disiarkan oleh TV One. Kami juga tidak bisa mendapatkan akses secara komplit proses Pemilu di USA yang 2 (dua) hari yang lalu baru saja dimenangkan Obama. Terakhir, tentu saja kami kehilangan moment “pembantaian” 3 (tiga) orang Muslim tertuduh sebagai pelaku pengebomam Diskotik di Kuta (terkenal sebagai Bom Bali I).
Bagi sebahagian rekan saya, tentu saja bertanya-tanya kenapa keluarga kami ‘bisa’ tidak menonton TV sampai 2 (dua) bulan…?
Pembaca yang budiman….
Kalau ada diantara Anda sudah mengenal kami, Anda juga pasti heran. Apa keluarga Mukhlis tidak sanggup membeli TV ? Atau malah sudah menjual TV-nya…..? (karena tidak punya uang, barangkali…)
Saya jawab : bukan itu sebabnya kami tidak nonton TV.

Sejak awal bulan puasa, kami sekeluarga sepakat tidak menonton siaran TV. Kebetulan saja pada hari Selasa, 09 September 2008, ada Saudara jauh kami yang berkunjung ke rumah, dengan tanpa sengaja merusak pesawat TV di rumah. Kami tidak marah. Dan kami harus bersyukur padanya, bahwa dengan begitu anak-anak saya terbebas dari ‘racun dunia yang menyesatkan.
Sebelumnya, sebagai orang tua dari 2 (dua) orang anak yang masih kecil, kami sangat khawatir dengan perkembangan siaran TV di Indonesia yang sangat tidak mendidik. Hampir semua stasiun TV mempunyai acara yang tidak mendidik. Ada TV yang ‘menjual’ sinetron mistik sebagai acara favorit. Ada juga yang menyiarkan sinetron-sinetron yang menjurus seks pada jam tayangan utama (prime time), yang seharusnya disiarkan pada jam 22.00 ke atas.
Dan sejak 2 (dua) bulan yang lalu, hati kami agak lega. Mudah-mudahan kami sekeluarga tetap komit bahwa di rumah kami “tidak ada siaran TV”
Mungkin saja bagi sebagian Pembaca, apa yang kami lakukan agak menjurus ‘radikal’ atau apapun nama lainnya. Silahkan saja berpikiran begitu, toh niat kami sangat tulus (bukan mencari sensasi) demi masa depan anak-anak kami.

Cukuplah kami mengikuti berita-berita faktual hanya melalui koran (kebetulan kami berlangganan Harian Kompas, sejak tahun 2001). Toh saya juga bisa mengakses internet tiap hari untuk mencari seagala informasi, tanpa harus mengorbankan ‘perkembangan jiwa’ anak-anak di rumah.

Pembaca yang budiman….
Hari ini saya mendapat berita gembira…! Malah, sangat gembira. Saya tidak sedang memenangkan kuis. Bukan itu…!! Tapi saya mendapat kabar bahwa KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) menghentikan program EMPAT MATA di Trans7.
Saya sudah lama ‘khawatir’ dengan EMPAT MATA. Bukan rahasia, Tukul Arwana,Host program tersebut berbicara dan bertingkah sangat vulgar dalam setiap episode. Bagi seorang Tukul, sangat mudah mengeluarkan statement-statement yang menjurus pornografi (kata-kata jorok). Dan juga seringkali bertingkah tidak sopan, seperti menegejek atau menghina Bintang Tamu, walaupun diakhir acara selalu meminta maaf dan menjelaskan bahwa semua yang diucapkan/dilakukan dalam acara EMPAT MATA tidak bermaksud menyakiti siapapun.
Namun tetap saja tidak mendidik….!!!

Saya sebagai masyarakat Indonesia sangat berterima kasih kepada KPI. Walaupun masih banyak program di stasiun TV lain yang juga perlu segera dihentikan, namun setidaknya ini merupakan langkah awal yang baik bagi KPI untuk menunjukkan ‘wibawa’nya sebagai Lembaga yang punya Power dalam menertibkan siaran-siaran TV di Indonesia.
Sekali lagi, saya harus memberi apresiasi positif. Mudah-mudahan hasil kerja KPI tidak saja menjadi prestasi bagi Lembaga, tapi juga mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT karena telah meng-eliminasi pengaruh ‘jelek’ terhadap generasi. Dan tentu saja apa yang sudah dilakukan bisa menjadi energy positif bagi para pembuat program, untuk tidak lagi membuat program yang ‘menjual mimpi’.

Pembaca yang saya hormati…
Tentu Anda bisa menarik benang merah, tindakan saya yang agak ‘radikal’ sejak 2 (dua) bulan lalu dengan kegembiraan saya atas tindakan KPI terhadap Trans7.
Terima kasih, bila ada diantara Anda yang mendukung sikap saya. Dan bagi yang tidak mendukung, silahkan saja…itu hak Anda.
Mungkin Anda punya cara sendiri untuk ‘menangkal’ pengaruh acara TV bagi keluarga Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar