Sabtu, 16 Februari 2008

WAHAB DALIMUNTHE : TIDAK ADA YANG ABADI DI DUNIA POLITIK

‘ABDUL WAHAB DAN SYAMSUL ARIFIN DIPECAT”. Itulah judul berita Harian KOMPAS, halaman Sumbagut, hari ini. Beberapa media yang lain juga menulis dengan huruf besar-besar perihal pemecatan tersebut, walaupun dengan judul yang berbeda.

Bagi sebahagian orang yang suka mengamati proses politik, atau setidak-tidaknya suka membaca berita tentang Politik, berita pemecatan Abdul Wahab Dalimunthe dan Syamsul Arifin sebagai Anggota maupun Pengurus Partai Golkar Sumut sudah diprediksikan.
Abdul Wahab Dalimunthe dan Syamsul Arifin hanya menunggu waktu.. Pemecatan itu terjadi karena kenekatan mereka berdua maju sebagai Calon Gubernur Sumut melalui Partai lain, bukan dari Partai Golkar. Hal tersebut dimungkinkan oleh aturan intern Partai, yaitu Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar.

Namun yang ingin kita kaji dan amati dalam persoalan ini adalah “keberanian dan kenekatan” kader Partai (bukan hanya Partai Golkar saja) membangkang terhadap kebijakan Partainya. Tentu ada “sesuatu” yang membuat mereka tidak puas. Dan hal tersebut perlu kajian politik mapun psikologi dari para Pakar.
Hanya saja, bagi sebahagian masyarakat awam, dapat menggaris bawahi bahwa : dalam dunia Politik tidak ada kawan mapun lawan yang abadi. Semua rencana dan aplikasi kebijakan bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung kepentingannya apa dan milik siapa…… Yang abadi hanyalah tujuan dari politik itu sendiri yaitu kekuasaan. Sementara itu, menyangkut subjek kekuasaan bisa berbeda-beda. Hari ini mendukung si Anu, nanti siang mendukung si Fulan. Sah-sah saja.

Begitu juga kejadian yang terjadi pada Partai Golkar Sumut, puluhan tahun Abdul Wahab Dalimunthe dan Syamsul Arifin jadi kader setia partai. Tanpa bermaksud mengesampingkan peran kader lain, seungguhnya peran mereka berdua dalam mempertahankan hegemoni partai dari “serbuan” partai lain (terutama PDIP) pada 2 (dua) kali Pemilu terakhir patut dicatat sebagai bukti kesetiaan mereka.
Terlepas dari pembangkangan yang mereka lakukan dalam Pilkada Sumut kali ini, nampaknya Partai Golkar tidak belajar dari pengalaman sejarah. Saya bukan bermaksud membela Abdul Wahab Dalimunthe dan Syamsul Arifin, seharusnya Partai Golkar mencari sebab kenapa mereka “membangkang”, mungkin ada sesuatu yang salah. Partai Golkar malah memecat mereka. Ini merupakan preseden buruk bagi partai dalam menghadapi Pemilu 2009.

Kita masih ingat pada saat Pemilu Presiden tahun 2004, Jusuf Kalla (JK), yang saat itu menjabat Ketua Dewan Penasehat, kalah dalam Konvensi Capres/Cawapres Partai Golkar nekat maju sebagai Cawapres berpasangan dengan SBY dengan dukungan Partai Demokrat, PBB, PKPI, PBR dan PKS. Walaupun tidak sampai dipecat, JK sempat “terasing” dari komunitas Partai Gokar, sebelum akhirnya memutarbalikkan fakta dengan terpilih sebagai Wapres dan Ketua Umum Partai.
Ketika JK sudah jadi pusat kekuasaan, semua orang yang pernah jadi “lawan” kemuadian merapat, seolah-olah jadi teman sejati Sang Saudagar. Itulah Politik.

Dalam konteks yang lebih luas, mari kita flasback apa yang terjadi di Malaysia beberapa tahun yang lalu. Kita masih ingat kasus yang menimpa Anwar Ibrahim, bekas orang nomor dua di Pemerintahan Malaysia. Beliau selama puluhan tahun jadi kader setia UMNO (partai berkuasa di Malaysia), bahkan dari usia muda sudah ikut berjuang membesarkan UMNO, akhirnya dipecat oleh Seniornya yaitu Dr. Mahathir. Padahal sebelumnya beliau sudah memangku jabatan Wakil Perdana Menteri. Selangkah lagi akan jadi PM Malaysia.
Namun apa yang terjadi…?
Karena beliau terlalu “kritis” terhadap berbagai kebijakan Dr. Mahathir akhirnya beliau tersingkir. Ironisnya lagi beliau terkena kasus hukum yang membawanya ke penjara.
Walaupun Mahkamah Malaysia akhirnya menganulir hukumannya, tapi Anwar Ibrahim telah kehilangan moment dan kesempatan untuk jadi PM Malaysia.

Sekali lagi, itulah yang terjadi pada dunia politik.
Kasus Abdul Wahab Dalimunthe dan Syamsul Arifin, bukanlah yang pertama dan kita yakin itu juga bukan yang terakhir.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar