Senin, 25 Agustus 2025

Anak-Anak Gampong Lueng Daneun

Di sebuah pedalaman yang sunyi,
jalan tanah berdebu,
rumah kayu beratap rumbia,
hidup anak-anak dengan langkah sederhana.

Namun lihatlah, setiap sore mereka datang,
ke sebuah perpustakaan kecil,
dengan kaki yang berdebu tapi hati yang bersih,
dengan mata berbinar seperti cahaya pelita.

Mereka duduk beralaskan tikar,
membuka buku yang mungkin sudah lusuh,
tapi di sanalah dunia mereka terbentang,
seperti samudra luas yang mengajak berlayar.

Ada seorang anak, duduk tegap penuh disiplin,
seperti Prabowo kecil yang belajar tentang ketegasan.
Ada seorang lagi, matanya tajam penuh tanya,
seperti Anies kecil yang mencari makna di balik kata.
Ada yang pendiam namun tekun mencatat,
seperti SBY kecil yang menyimpan strategi dalam diam.
Ada pula yang tenang, berpikir dengan sabar,
seperti Bung Hatta kecil yang mencintai angka dan buku.
Dan ada yang berapi-api, suaranya lantang,
seperti Soekarno kecil yang sudah bicara tentang bangsa.

Mereka—anak-anak gampong itu,
bukan sekadar anak desa,
mereka adalah tunas yang akan tumbuh
menjadi pohon besar peneduh Nusantara.

Setiap huruf yang mereka eja,
adalah doa yang kelak menjelma pidato di podium.
Setiap angka yang mereka hitung,
adalah bekal untuk membangun negeri.
Setiap buku yang mereka baca,
adalah cahaya yang akan menuntun langkah Indonesia.

Wahai anak-anak gampong pedalaman,
jangan pernah merasa kecil di tengah dunia luas,
sebab di hati kalian telah tumbuh api yang sama,
api yang dahulu menyala
di dada para pemimpin bangsa.

Kelak, dari tikar perpustakaan sederhana ini,
akan lahir pemimpin baru,
akan lahir negarawan baru,
akan lahir Indonesia yang lebih terang.

Dan sejarah akan menulis:
bahwa dari gampong sunyi di pedalaman,
bangsa ini menemukan masa depannya.

Lueng Daneun, 25 Agustus 2025 Mukhlis Aminullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar